10|So Far Away

5.9K 693 72
                                    

|hyunnrc|

Warning: boyslove, yaoi, drama, angst, mature, typo(s)
.

.

.

Happy Reading!

[hoseok pov]

Eung?

"Bukankah itu Jimin dan Jeon Jungkook?" Alisku terpaut bingung.

Wah, mereka agak berlebihan untuk hubungan kakak dan adik ipar. Sudahlah, mungkin mereka ada masalah atau apa. Aku terus berjalan, tak memperdulikan mereka.

"Taehyung."

Aku berbisik ngeri saat melihat seorang berambut pirang itu terbaring tak bergerak dengan infus ditangannya.

Daridulu anak ini memang agak ajaib. Bisa-bisanya ia percaya sanggup mengalahkan preman jalanan sendirian.

"Cepat sembuh ya, pabo!" aku berkata pelan sambil tanganku terus dikepalanya.

"Hoseok hyung." aku menoleh, menarik tangan dari kepala Taehyung.

Jimin datang dengan wajah habis menangis. Jungkook dibelakangnya. Aku tersenyum. Ia menunduk lalu balas tersenyum menyapaku.

"Terimakasih sudah datang, hyung."

"Kok bisa Taehyung melakukan semua ini?"

Jimin hanya bercerita seadanya. Ditemani Jungkook yang daritadi menatapnya tajam. Aku memerhatikan keduanya. Ada hal yang mengganjal pikiranku.

Tiba-tiba dering telpon terdengar. Ponsel Jimin rupanya. Setelah itu ia pamit untuk kembali ke kantor.

Aku ditinggal berdua dengan Jungkook. Bertiga dengan Taehyung. Ia hanya diam, setelah menanyakan kabarku.

"Kau tidak kembali ke kantor, Kook?"

Aku mengenalnya sejak kami bertiga berada disekolah yang sama. Daridulu Jungkook memang sosok pendiam dan agak misterius.

Tapi siapa sangka, Taehyung bisa jatuh padanya. Bukan kepadaku yang telah lama disampingnya.

Jungkook menggeleng.

"Hobie hyung."

Taehyung masih belum siuman.

"Aku akan mengambil pakaiannya. Hyung bisa tolong jaga Taehyung sementara aku pulang?"

Aku tersenyum tulus, "Tentu saja."

[pov end]
.

.
"Kookie, maafkan aku. Dokumennya jadi hilang."

Taehyung sudah siuman sejak sepuluh menit yang lalu. Disambut kelegaan oleh tiga orang dewasa dan sebuah ocehan di sana.

"Astaga hyung, tidak usah dipikirkan lagi. Kau masih bisa selamat itu sudah cukup."

Masih ada sisa kekhawatiran dimata Jungkook. Segera ia kecup kening Taehyung lalu kedua pipinya.

Hey, kurasa aku mendengar suara retakan?

Sisa dua orang itu memalingkan wajah dari pemandangan yang disuguhkan. Menghindar untuk tak menyakiti diri sendiri.

Hoseok melihat keluar jendela, menatap gelapnya langit dengan hiasan kerlip bintang yang jarang. Ia menerawang.

Sepertinya memang Taehyung bukan takdirnya. Dan ya, takdirnya memang selalu didekat Taehyung tanpa bisa menyentuhnya. Tak apa yang penting Taehyung senang.

Jimin memilih bermain dengan Hyunwoo didekapannya. Kenapa juga dia ini? Kenapa baper? Kenapa suhunya memanas?

Ck.

Ia menggeleng menepis segala pemikirannya. Ia tak berhak atas Jungkook, seharusnya tak usah dibawa perasaan begitu. Ia menoleh lagi pada adiknya.

Biarkan Taehyung bahagia walau tak sepenuhnya.
.

.
"Lukanya belum mengering, Anda harus hati-hati dengan itu. Pastikan jangan terkena air. Cepat sembuh, Saudara Park."

"Terimakasih Dokter Min." Dokter putih itu tersenyum lalu undur diri dari hadapan mereka.

"Dokter Min manis ya hyung." Taehyung masih menatap punggung dokternya.

"Manis sih tapi agak menakutkan." Hoseok mengikuti arah pandang Taehyung.

"Hyung sudah lama di sini?" Ia mengalihkan pandangannya.

Tinggal Hoseok yang menjaga Taehyung. Tadi pagi Jimin sempat ke sana, namun segera pergi untuk bekerja. Begitu juga Jungkook.

"Ya semenjak Jimin menghubungiku."

Hoseok mengambil sebuah apel dan mengupasnya.

"Aku tau kau menyayangiku Hobie hyung." Taehyung tertawa, Hoseok ikut tersenyum. Memang begitulah Taehyung, ajaib. Dan Hoseok tak bisa untuk tak jatuh.

Eung, bukankah ini waktu yang tepat untuk membicarakan tentang kakak Taehyung dan suaminya?

Hoseok terhenti. Sempat termangu lalu menggeleng ragu.

"Ada apa hyung?"

"Tae, eum apa hyungmu dan eum Jeon Jungkook memiliki hubungan?"

Hoseok salah tidak ya tanya begitu? Salah tingkah ini.

Taehyung yang terdiam membuat Hoseok semakin gusar. Apa Taehyung sudah tau? Ehey, sebenarnya ia juga tak tau detailnya bagaimana sih.

"Iya mereka punya hubungan kan?" mata Hoseok membulat.

"Kau tau?" Hoseok jadi tergagap.

"Tentu saja, mereka kan kakak dan adik ipar. Masa begitu saja tidak tau. Kenapa hyung gugup begitu?"

Hoseok mencoba tak melempar pisaunya pada Taehyung.

Tolong bantu tenggelamkan Hoseok dilautan luka dalam! /eh?

Sudahlah, Hoseok malas membatin lagi. Biarkan Taehyung berkembang!

Terserah!
.

.
"Hyung, mau ke rumah sakit bersama?"

Jungkook sudah siap dengan kemeja kerjanya, sayang tak ada yang memasangkan dasi.

Jimin menoleh. Rambutnya masih berantakan habis memasak. Handuk kecil sudah tersampir dipundaknya.

"Duluan saja. Aku baru akan mandi." ia tersenyum lalu menggeleng. Jimin mau mandi bareng Hyunwoo.

Jungkook masih ditempat sambil memegang dasi merahnya. Ia bingung, tak bisa serapi Taehyung jika memasang dasi.

Tangan mungil tiba-tiba mengambil dasi itu. Lalu dengan terampil membuat simpul yang melingkari leher Jungkook. Jungkook menatapnya dalam. Jimin selesai, lalu maniknya bertemu dengan milik Jungkook.

Tangannya secara tiba-tiba menarik dasi yang sudah terpasang, menyisakan sedikit jarak sebelum mempertemukan bibir merah masing-masing.

Jimin terpejam. Sedikit menggerakkan bibirnya diatas bibir Jungkook. Namun, balasan dari Jungkook lebih dari itu.

Jimin merasakan pinggangnya ditarik mendekat. Bibir tebalnya dilumat kasar oleh Jungkook.

"Mhmm,"

Mereka bercumbu cukup panas dipagi hari. Lengan Jimin bahkan sudah berpindah melingkari leher sang adik. Lidah Jungkook dengan lihai mengobrak-abrik mulut Jimin.

"Anghh,"

Tautan panas itu terlepas. Menyisakan deru napas dan benang saliva dari kedua belah pihak.

"Akan kusampaikan salammu pada Taehyung."
.

.
TBC

note: auk ah, kalo sama jeyop bawaannya pen lawak mulu:v

apa saya kecepetan apdet?:v ya soalnya saya gabut tingkat dewaTwT/saveme

21 Juni 2017(WANJER! JIKOOK HONEYMOON DI BON VOYAGE S2:'33)

When love have to choose | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang