"Aku mengingat hazel itu. Dan, sudah berapa lama cahayanya meredup?" -Kim Myungsoo
Istana Berkshire
Semalam Grey Anderson kembali dari Korea setelah mengunjungi makam teman kecilnya. Walaupun sebenarnya ia menganggapnya sebagai teman karena Hwayoung adalah teman pertama Jiyeon saat tiba di Korea. Memberikan kenangan-kenangan yang pantas didapatkan Jiyeon sesuai umurnya. Oleh karena itu Grey berterima kasih pada Hwayoung.
Saat ini ia dalam perjalanan menuju kediaman Raja Inggris, yaitu Vincent Aldren Williams dengam mengendarai McLaren putihnya di jalanan yang licin karena salju. Ia menghela napasnya, entah sudah ke-berapa kalinya. Buku-buku jarinya memutih seiring pegangannya pada kemudi mengerat saat ia mengingat pembicaraannya dengan Jiyeon di depan makam keluarga Ryu.
Flashback
Salju yang berjatuhan tak menyurutkan keinginan Grey untuk tetap berada di area pemakaman, begitu pula dengan Jiyeon yang dipayungi Yunho, menghalangi majikannya terkena salju yang berjatuhan. Sehun dan Wonho berdiri agak menjauh ketika Grey mengatakan bahwa ia ingin menbicarakan sesuatu dengan Jiyeon.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Grey membuka obrolan mereka.
"Tidak buruk," balas Jiyeon. "Tidakkah seharusnya kau harus segera kembali ke London?"
Grey menggumam sebagai balasannya. "Kau juga... kembali-lah ke London. Raja sudah menunggumu."
Mendengar ucapan Grey, Jiyeon mengalihkan tatapannya dari Grey. "Kehidupanku di sini, Grey. "
"For what?! Looking for someone who murdered your parents?!" Grey menatap Jiyeon dengan tatapan tajamnya, mencoba mencari jawaban dari manik itu. Sadar bahwa nada suaranya meninggi, ia mengepalkan tangannya untuk menahan gejolak emosi. "Stop it, Jiyeon. I beg you," lirihnya.
"Tidak, Grey," Jiyeon membalas tatapan Grey. "Selama ini, aku bangkit setelah kejadian itu menimpaku setelah melihat kedua orang tuaku meninggal di depan mata. Kau tahu apa salah satu alasanku untuk hidup? Alasan untuk membalas dendam kematian kedua orang tuaku! Aku hidup untuk hal itu, kau tahu?! Kalau bukan karena alasan itu, aku tidak akan segan-segan menyerahkan diriku untuk dijadikan budak oleh mereka! Membiarkan mereka memperlakukanku layaknya makhluk yang lebih rendah daripada hewan sekalipun! Menyiksaku sampai mati! Aku tidak akan keberatan!"
Grey terperangah melihat kemarahan Jiyeon di depan matanya. "Kau... melakukannya untuk membalaskan dendam orang tuamu? Tidak ada seorang pun yang memintamu untuk balas dendam, bahkan orang tuamu pasti juga tidak menginginkanmu melakukan ini, Jiyeon-ah."
"Memang... tidak ada yang memintaku melakukannya," balas Jiyeon sambil menyinggungkan senyum liciknya. "Aku melakukannya, karena ini memang keputusanku. Aku ingin membalas dendam atas namaku, Jiyeon Vience Midford."
Pengakuan gadis itu membuat dunianya seolah ditelan kegelapan abadi dengan warna hitam yang melingkupinya tanpa secercah cahaya sedikitpun.
Gadis lembut yang dikenalnya sejak keci, kini telah berubah.
Flashback End
Tigapuluh menit kemudian Grey sampai di tempat kediaman resmi keluarga kerajaan Inggris, yaitu Istana Windsor. Istana yang sudah dibangun berabad-abad yang lalu itu tampak luar biasa seperti biasanya. Rumput hijau dan tanaman yang benar-benar terawat sempurna, keramik di tengah air mancur begitu bersih, dan beberapa penjaga berdiri bak patung manekin di beberapa lokasi.
Setelah menyerahkan kunci mobil kepada seorang pelayan, Grey menaiki anak tangga melingkar yang membawanya ke pintu utama Istana yang dibukakan lebar oleh seorang maid untuknya dan memasuki Istana lebih dalam. Suara ketukan sepatunya terdengar setiap kali ia melangkah di lantai marmer itu. Beberapa lukisan mendiang Raja yang tergantung di dinding merah menemani perjalanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIRENE
أدب الهواةJiyeon tidak pernah menyalahkan Tuhan atas garis takdir yang mengelilinginya. Bahkan ketika setelah ia kehilangan kedua orang tuanya dan diperlakukan layaknya sampah oleh musuh keluarganya. Ia tidak menyesal dan menyalahkan Tuhan atas itu. Terkadang...