EIRENE 13 | Coming Back Home

471 93 48
                                    



Ini sudah satu bulan lamanya sejak Jiyeon berhenti dari sekolah kerajaan, bersamaan dengan Myungsoo yang melanjutkan sekolahnya melalui Home Schooling sesuai dengan yang diperintahkan Raja.

Dibanding sebelumnya, aktivitas Jiyeon berkali-kali lipat menjadi lebih padat dari biasanya setelah ia berhenti sekolah. Hal itu membuat Hyomin harus mengatur ulang jadwal yang sebelumnya sudah tersusun rapi. Setiap pagi ia harus menemani Sang Pangeran belajar di Istana karena itu permintaan yang tidak bisa dibantahnya. Setelah itu ia harus menghadiri pertemuan dengan para petinggi kerajaan yang sudah dijadwalkan hampir setiap hari. Lalu ia harus menyelesaikan beberapa kasus yang tidak bisa diselesaikan kepolisian.

Jiyeon menekan pelipisnya ketika Predana Menteri Kerajaan membanting setumpuk berkas layaknya onggokan sampah di meja pertemuan. Pria dengan usia menyentuk kepala lima itu terlihat murka ketika salah seorang bangsawan menyampaikan gagasannya. Jiyeon mengabaikan ketika pria itu berteriak penuh amarah dan menunjuk para pejabat yang melakukan kesalahan. Ia mengetuk-ketukkan telunjuk di meja yang membuatnya menarik perhatian dan amarah Sang Perdana Menteri terhenti dan menatapnya tajam.

TUK

TUK

TUK

Jiyeon tak kunjung menghentikan telunjuknya ketika semua pasang mata menatapnya dengan kening berkerut tidak suka.

"Where is your manners, Midford?"

Sindiran itu ditujukan oleh Predana Menteri padanya, membuat gerakan jarinya berhenti lalu menyinggungkan senyum penuh makna pada pria itu.

"I don't have much time for attending this meeting." Jiyeon memperbaiki posisi duduknya lalu meraih sebuah berkas dan membukanya. "Jadi, bisakah aku mengambil alih apa yang tidak bisa dijelaskan Tuan Jung Shinrae, Mr. Prime Minister?"

"Lakukan apa maumu, Midford," desis Perdana Menteri lalu kembali duduk di tempatnya.

-

"Kau tahu kalau ini sudah kewajiban siapa pun yang menjadi keturunan Midford." Raja Kim Jisub menggerakkan salah satu bidak caturnya ke depan lalu menatap Myungsoo dengan mata tajam. "Tidak-kah kau mempelajari semua yang perlu kau mengerti, Kim Myungsoo?"

Myungsoo menggerakkan bidak caturnya. "Yang kuketahui tentang kewajiban Midford adalah mereka harus tunduk pada Kerajaan Inggris, ayah."

Menyeringai, Raja Kim Jisub membalas Myungsoo. "Itu dulu, Myungsoo-ya. Sampai-"

Myungsoo mendengus lalu membuat langkah pada papan catur. Merobokan sebuah bidak catur lalu menyingkirkannya.

"Semua yang ayah lakukan untuk membuat kerajaan kita masih berdiri hingga sekarang." Raja Kim Jisub balas merobohkan bidak catur milik Myungsoo. "Di dunia politik kau bagaikan masih bayi, nak. Dan kalau kau ingin memahami seorang Jiyeon Vience Midford, kau berjalan masih sangat jauh di belakangnya."

"Aku tahu," Myungsoo membalas dengan tatapan kosong.

"Cinta membuat seseorang menjadi lemah, Myungsoo-ya," kata Raja tiba-tiba. "Kau menyukainya, kalau aku boleh menebak?"

Terdiam, Myungsoo enggan menjawab.

"Awalnya kupikir kau hanya merasakan cinta monyet setelah kau bertemu Jiyeon waktu masih kecil. Jadi, aku tidak akan menekan Jiyeon untuk menjaga sikapnya padamu." Raja Kim Jisub menghela napasnya. "Tapi saat pertama kali kau sadar dan mengingat kembali masa lalumu gadis itu yang kau cari..." Sang Raja enggan melanjutkan ucapannya ketika melihat rahang Myungsoo mengeras.

EIRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang