'Let them take a short break.' -Author
Jiyeon tetap bergeming ketika Kathryne Rosaline Williams mengusap kepalanya dengan lembut. Gadis itu tidur di atas ranjang dengan kepala di pangkuan Kathryne dengan posisi begitu nyaman hingga Jiyeon ingin tertidur. Salah satu tangannya enggan melepas genggaman tangan neneknya saat neneknya menyanyikan lullaby untuk mengantarkannya tidur.
"Grandma."
"Hm?" sahut Kathryne tanpa menghentikan usapannya.
Jiyeon berdehem membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering. "Apa yang Grandpa lakukan hingga membuat Grandma mau menikah dengannya?"
Gerakan tangan Kathryne terhenti. Lambat laun, Jiyeon mendengar suara kekehan kecil neneknya.
"What's so funny, Grandma?"
Kathryne menggeleng lalu kembali membelai kepala Jiyeon. "He didn't do anything, sweetheart."
Jiyeon mengerutkan keningnya.
"I loved him at the first sight. And I did many things that'll make him love me," lanjut Kathryne.
"But Midford are..."
"The King's Right Hand," sahut Kathryne cepat. "Dulu dia berkali-kali mengatakan itu pada Grandma. Tapi karena para keturunan William keras kepala dan berhati baja, akhirnya Grandpa-mu menerima uluran tangan Grandma."
Kathryne menghela napasnya lalu mulai menerawang masa lalunya. "Pada suatu saat Grandma mengatakan padanya 'Kalau Ariel tidak menukarkan suaranya dengan sepasang kaki, dia tidak akan pernah bertemu dengan Pangeran', dan kau tahu bagaimana reaksi Grandpa-mu? Dia bertanya padaku, siapa Ariel?" Kathryne tertawa di sela-sela cerintanya. "Pada akhirnya, setiap kali nenek berkunjung ke kediaman Midford, nenek akan menceritakan sebuah cerita dongeng untuknya. Dan dia bilang, 'Walaupun para tokoh utama memiliki masalah, di setiap cerita selalu berakhir bahagia. Di dunia ini, Tuhan tidak menetapkan sebuah akhir yang sama pada semua orang'. Dan pada akhirnya yang dikatakan Grandpa-mu benar."
Jiyeon merasa familiar dengan kata-kata itu.
"Bagaimana Grandma bisa jatuh cinta pada seorang Alexis Vience Midford? Kenapa semua orang menanyakan hal itu, sweetheart? Seharusnya yang mereka tanyakan, bagaimana bisa orang-orang tidak jatuh cinta padanya? Di balik sikap arogannya yang mengerikan, dia memiliki senyum yang sangat hangat."
Jiyeon menyentuh perak cincin Kathryne yang persis seperti miliknya. "You really love him, don't you?" bisik Jiyeon hati-hati.
"He's my forever love," jawab Kathryne. "Even though he's not living in this world, I'm still love him."
-
Hyomin menunduk hormat ketika Louis berhenti di depannya. Sudah terhitung tigapuluh menit ia menunggu Jiyeon di depan pintu kamar Putri Kathryne Rosaline Williams dan tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka dalam waktu dekat.
"Dad wants to meet you."
Hyomin terkejut tapi sedetik kemudian ia mengubah raut wajahnya menjadi tenang. Ia mengangguk. "Di mana saya harus menemui beliau?"
Louis menunjuk seorang pelayan di belakangnya dengan gerakan kepala. "Pelayanku akan mengantarkamu."
Hyomin mengangguk sekali lagi sebelum mengikuti pelayang yang sudah berjalan terlebih dahulu. Selang beberapa langkah, ia menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat Louis yang sedang membuka pintu kamar perlahan lalu masuk ke dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIRENE
Fiksi PenggemarJiyeon tidak pernah menyalahkan Tuhan atas garis takdir yang mengelilinginya. Bahkan ketika setelah ia kehilangan kedua orang tuanya dan diperlakukan layaknya sampah oleh musuh keluarganya. Ia tidak menyesal dan menyalahkan Tuhan atas itu. Terkadang...