g

36 5 0
                                    

"Jadi kau sekarang bekerja jadi guru privat juga?" Tanya Soonyoung tak percaya sambil menutup buku tebal miliknya.

"Hm."

"Dan itu karena Taeyong-Taeyong itu?"

"Ya begitulah." Jawab Yena sambil mengikat rambutnya yang agak berantakan karena angin.

"Lalu bagaimana pekerjaanmu di cafe?"

"Tetap ku lakukan. Toh, itu tak setiap hari."

"Geunde Yena-ya, apa kau dan Taeyong dekat?"

"Tidak, bahkan aku tak mengenalnya," jawab Yena yang masih fokus pada buku sejarah yang super tebal itu.

"Lalu kenapa kau sering ah tidak terkadang. Kau sering berurusan dengannya."

"Molla. Kebetulan mungkin."

"Huh.. oh iya kau tahu aku nelihat Taeyong dan Seulgi tadi."

"Heol.. sejak kapan kau jadi seperti ajjuma-ajjuma penggosip dekat rumahku?"

"Ya!"

"Diamlah, aku ingin belajar!"

***

Taeyong terlihat menghembuskan asap rokoknya ke udara. Dia benar-benar stress sekarang ini.

Keluarganya mulai memberikan tanggung jawab perusahaan padanya. Gila! Taeyong bahkan masih SMA. dan sebentar lagi akan ada ujian kelulusan yang membuatnya harus belajar esktra. Taeyong memang bukanlah pria bodoh. Dia selalu masuk jajaran peringkat 3 paralel.

"Jangan merokok disini Lee! Kalau appa tahu, dia bisa marah besar!"

Taeyong masih tetap diam dan mengabaikan kakaknya yang sudah duduk berhadapan dengannya.

"Dengarkan aku. Jika kau sedang stress sebaiknya jangan lampiaskan itu pada rokok dan minuman keras. Kau tahu, kau berubah semenjak kita pindah ke Incheon." Oceh Taerin, kakak perempuan Taeyong.

"Jam berapa sekarang noona?"

"Apa matamu bermasalah? kau tak bisa lihat jam sebesar itu?" Tanya Taerin sambil menunjuk jam dinding besar yanh terpajang pada dinding ruang keluarga itu

Taeyong menoleh, kemudian membuang rokoknya sebarangan. Meraih jaket kulitnya lalu berlaei keluar.

"Ya! Neo eoddiga?!!"

***

Yena terlihat keluar dari rumah tempatnya mengajar les. Yena mendongak, menatap langit malam yang agak mendung.

Yena mempercepat langkahnya menuju halte bis. Menunggu bis datang yang akan membawanya kerumah.

"Ugh.. aku lapar sekali." Kata Yena sambil memeluk perutnya.

Dia bahkan belum makan sejak tadi siang karena lupa membawa bekal. Dan Yena bukanlah seseorang yang akan menghabiskan uangnya begitu saja untuk membeli makanan yang ada dikantin. Karena itu sangat mahal. Maklum, sekolah orang kaya.

Tak lama sebuah motor sport besar berhenti di hadapannya. Si pemilik melepas helmnya.

Yena mengerutkan keningnya. Lee Taeyong? Kenapa dia ada disini? Yena dapat melihat ada luka di sudut bibir Taeyong yang mengering.

Dia berkelahi lagi. Begitulah pikiran Yena sekarang ini.

"Apa kau akan terus menunggu disana seperti orang bodoh?"

Yena menautkan alisnya. Apa yang dimaksud pria Lee itu? Kenapa anak orang kaya itu mau berbicara dengan anak kelas sosial? Wow!

Yena sendiri tak tahu. Siapa Taeyong. Keluarganya. Kedudukannya. Sebenarnya gadis itu memang tak mau tahu juga. Berurusan dengan Lee Taeyong akan membuat hidupnya semakin sulit.

"Gila! Aku diacuhkan!"

"Kau bicara padaku?" Tanya Yena.

"Tidak! Aku berbicara dengan anjing itu!" Seru Taeyong sambil menunjuk seekor anjing yang duduk tak jauh dari sana.

"Oh.."

Taeyong menatap Yena bingung. Gadis ini benar-benar diluar ekspetasinya. Saat gadis lain selalu memujanya tapi Yena? Dia malah mengacuhkan primadona sekolah.

"Ayo pulang!"

Yena melirik anjing itu. Taeyong gila! pikir Yena.

"Bukan anjingnya tapi kau!"

"Tidak terimakasih. Aku akan menunggu bis saja."

"Bisnya tak akan datang aku jamin. Lihatlah sekarang ini jam berapa? Tidak akan ada bis yang lewat."

"Aku bisa jalan kaki."

"Naik atau aku gendong paksa!!"

"Tidak terimakasih."



Promise ~ Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang