m

41 4 0
                                    

"Yah! Park Yena!!"

"Apa kau tak ada pekerjaan lainnya Tuan Chittaphon? Berhenti mengikutiku!!" Seru Yena kesal sambil menggendong tasnya. Dia baru saja pulang dari les privat.

"Memangnya siapa yang mengikutimu? Percaya diri sekali kau. Aku hanya ingin mengambil headphone ku. Itu saja."

Yena mendengus kemudian mengeluarkan headphone dan juga mp3 player dari tasnya dan memberikannya pada Ten. Lalu beranjak pergi.

"Tak berniat berterimakasih nona Park?!" Seru Ten namun hanya diabaikan oleh Yena.

"Aku semakin penasaran dengan gadis itu." Gumam Ten saat melihat Yena masuk kedalam bis yang akan mengantarnya sampai rumah. Ah tidak, lebih tepatnya halte bus dekat rumah Yena.

Setelah membayar Yena segera turun dari bis. Dia dapat melihat ada sebuah mobil yang terparkir didepan rumahnya.

Semoga saja bukan rentenir. Batin Yena.

Yena segera masuk kemudian melepas sepatunya.

"Aku pu~ kau?! Kenapa ada disini?!" Seru Yena terkejut ketika mendapati Taeyong sedang mengobrol dengan Jisung diruang tamu.

"Tak berniat menyapa dulu nona?" Tanya Taeyong yang kembali memasang ekspresi datarnya.

"Ini rumahku, jadi terserah diriku. Dan kau kenapa ada disini?"

"Hanya main."

"Main? Jisung-a, kau mengenal psikopat gila ini?" Yena menatap adiknya yang baru berhenti tertawa.

Entah apa yang mereka berdua bicarakan hingga Jisung tertawa lepas seperti itu.

"Aku punya nama Yena-ya." Kata Taeyong.

"Yena-ya? Sepertinya kau salah sebut tuan. Kita tak pernah kenal sebelumnya."

"Baiklah, kalau begitu kita mulai dari awal lagi. Namaku Lee Taeyong. Kau?" Tanya Taeyong sambil mengulurkan tangannya.

Sedang Yena hanya menatap tangan Taeyong dan juga Taeyong datar kemudian berlalu begitu saja.

"Pffft.. yang sabar ya hyung." Kata Jisung sambil menahan tawanya.

                                   *
                                   *

"Kau ini?! Hah!! Apa maumu sebenarnya Lee Taeyong?!" Teriak Yena saat Taeyong memaksanya masuk kedalam mobil sport mewah keluaran terbaru itu.

Sedang Taeyong hanya menghempaskan tubuh Yena ke kursi penumpang.

"Pakai save bealtnya. Dan juga jangan berusaha kabur." Kata Taeyong.

"Apa kau fikir aku orang yang mudah digertak?!"

Bukannya menjawab Taeyong malah menutup pintu mobil kencang lalu masuk ke bagian kemudi.

Taeyong mencengkram lengan Yena kuat saat gadis itu berusaha membuka pintu mobil.

"Bukankah sudah kukatakan jangan kabur?! Duduk dan diam!" Sentak Taeyong dingin sambil menatap Yena tajam.

"Kau gila!!" Teriak Yena apalagi saat Taeyong memasangkan save beltnya.

"Aku memang gila!! Dan itu karenamu!"

Yena menatap Taeyong tajam kemudian dibalas dengan tatapan mematikan Taeyong.

Sedetik kemudian Yena memalingkan wajahnya. Oke dia kalah. Taeyong benar-benar menyeramkan.

Sekarang ini Yena menatap pemandangan kota Seoul dari mobil Taeyong. Dia pasrah mau dibawa kemanapun. Dia bahkan juga pasrah jika nantinya Taeyong akan membunuhnya, memutilasinya dan dibuang begitu saja. Yang jelas Yena sudah lelah

"Turun!" Kata Taeyong saat mereka sampai ditaman kota.

Yena mendengus, dan segera memilih turun dari pada dia harus digendong seperti karung beras lagi.

"Ttarawa!"

Yena masih diam dan menatap Taeyong dingin.

"Kau tuli?!" Taeyong langsung menarik tangan Yena. tak peduli gadis itu terus mengajukan protes.

"Diam atau aku akan menciummu!" Ancam Taeyong

Yena langsung diam. Taeyong sudah gila! Taeyong benar-benar sudah gila!

Yena memilih diam. Walau dia masih merasa risih karena tangan Taeyong yang terus menggenggamnya. Dan juga suasana taman.

Suasana ini. Akh.. Yena seperti pernah merasakannya tapi kapan? Bayangan itu terus terbesit layaknya kaset rusak.

"Argh.." Yena memegang kepalanya yang terasa berat. Bayangan seorang pria yang tersenyum sembari menggenggam tangannya itu selalu berkeliaran. Dia sendiri tak dapat mengingat jelas siapa pria itu.

"Neo gwechana?" Tanya Taeyong yang mulai panik.

"Kepalaku... akh.. semuanya berputar.."

"Duduklah dulu."

Entah mengapa Yena memilih untuk menuruti perkataan Taeyong. Lagipula kepalanya benar-benar pusing.

"Minumlah."

Taeyong terlihat menyodorkan satu cup kopi. Sedangkan Yena malah menatap Taeyong sembari mengangkat satu alisnya.

"Kapan kau membelinya?"

"Jangan banyak bicara, tinggal minum apa susahnya?!"

"Kau tak meracuninya kan?" Selidik Yena sembari menatap kopi hangat yang diberikan Taeyong padanya tadi

"Bisakah kau berhenti berfikiran buruk tentangku?!"

"Tidak." Jawab Yena santai sembari meminum kopi dan menatap lurus kedepan.

"Sialan." Umpat Taeyong dengan nada rendah.

"Aku bisa mendengarmu tuan Lee."

"Biarkan, lagi pula aku tak berniat berbisik juga."

"Terserah!"

Yena dan Taeyong kembali terdiam. Menatap indahnya taman dimalam hari. Cukup ramai orang. Terutama sepasang kekasih.

"Apa motivasimu sehingga kau terus berurusa  denganku?" Tanya Yena dingin.

"Motivasi? Aku tak punya motivasi dalam hidup."

"Kalau begitu mati saja."

Taeyong menatap tajam gadis mungil yang duduk disebelahnya itu. Tapi Taeyong masih berusaha sabar. Kalau dia kelepasan. Semua rencananya akan gagal total.

"Dulu aku berniat begitu. Tapi sekarang tidak."

"Ya, itu terserah kau saja. Tapi bisakah kau menjauh dari kehidupanku? Bukankah kita tak saling mengenal?"

"Apa kehadiranku mengganggumu?"

"Hm.. sangat."

"Tapi aku tak akan pernah menjauhimu Park Yena." Kata Taeyong sambil menatap Yena serius.

"Kau akan membuat hidupku semakin sulit."

"Aku tak peduli karena aku akan terus melindungimu."

TBC

Lama gak update. Males ngetik soalnya. jangan lupa tetap vote dan comment ya ❤

Promise ~ Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang