l

42 5 1
                                    

Yena menatap datar siswa yang sedang bermain basket dilapangan. Dia dapat melihat Jaehyun disana dengan wajah lebamnya.

Yena sebenarnya bingung sejak semalam. Kenapa Taeyong begitu membelanya? Dia bahkan membelikan Yena baju juga kemarin. Apa Yena pernah menolong Taeyong selamat dari kematian di kehidupan sebelumnya? Ah.. Yena terlalu banyak menonton drama.

Hidupnya terasa makin berat sekarang ini. Dulu Kang Seulgi dan sekarang ditambah Lee Taeyong. Ayolah Yena hanya ingin hidup sebagai murid biasa tanpa ada hinaan, cacian, bahkan bully. Apakah menjadi anak kelas sosial itu begitu hina? Apakah menjadi anak kelas sosial itu keingannya? Maka jawabannya adalah tidak.

Yena memilih pergi ke rooftop. Jangan lupakan tatapan tak suka dan gunjingan murid lainnya. Dibilang kebal? Tidak! Yena sudah muak! Tapi mau bagaimana lagi.

"Jangan dengarkan mereka, dan pakai ini!"

Yena terkejut saat melihat Ten memasangkan headphone ketelinganya dan menyerahkan mp3 playernya.

"Yah!!" seru Yena tapi Ten langsung lari sambil melambaikan tangannya

Dan lihatlah sekarang ini. Para fans Ten menatapnya benar-benar tak suka. Sedang Yena menghembuskan nafas kesal lalu berjalan cepat. Dan segera menutup pintu rooftop.

Dia hanya ingin satu hal. Tenang. Itu saja.

Yena mengeluarkan permen karet dari sakunya. Memasukkannya kedalam mulut lalu mengunyahnya. Sembari menikmati alunan lagu dari headphone Ten.

Yena sendiri tak tahu lagu apa itu. Karena dia tak pernah mantengin TV hanya untuk menunggu para idol tampil seperti para wanita dikelasnya. Dia lebih suka bekerja. Dapat uang. Agar dia bisa memenuhi kebutuhannya dan Jisung.

Hidup sebagai yatim piatu dan juga tulang punggung keluarga sangat berat baginya. Tapi mau apa lagi? Toh, ini sudah takdir. Mau marah pada Tuhan? Itu percuma.

Yena berdiri sambil memegang pagar pembatas. Dia ingin teriak untuk melepas semua bebannya. Tapi itu hanya akan membuatnya disangka orang gila.

"Apa yang kau lakukan disini?"

***

"Abeoji, kenapa kau memanggilku?" Tanya Taeyong sambil membuka pintu ruangan ketua yayasan SMA Seoul itu.

Ya, SMA Seoul milik keluarga Taeyong tapi atas nama Taeyong. Biasanya sekolah diurus anak buah ayahnya. Karena Tn. Lee sibuk mengurus perusahaan. Jadi ini adalah suatu hal yang jarang ditemui. Tn. Lee datang ke sekolah.

"Anjabwa."

Taeyong segera duduk di kursi hadapan ayahnya itu.

"Kau sudah tahu tentang itu?"

"Apa?" Tanya Taeyong heran.

"Baca!" Tn. Lee menyodorkan map berwarna coklat kearah Taeyong. Taeyong mengerutkan keningnya lalu meraih map itu.

Kemudian membaca biodata salah satu murid SMA Seoul.

"Kau sudah tahu tentang itu Taeyong-a?"

"Abeoji, kumohon jangan beritahu harabeoji dahulu."

"Kenapa? Kenapa kau malah ingin menyembunyikannya?"

"Abeoji, kau tak mengerti." Kata Taeyong.

"Apa yang aku tak mengerti?"

"Abeoji, dia hilang ingatan. Dia bahkan tak mengingatku. Dia bahkan sering jadi korban bully."

"Mwo?! Korban bully?! Siapa yang membullynya?!"

"Abeoji, kumohon jangan ikut campur. Jebalyo. Aku bisa mengatasinya abeoji. Biarkan aku mengembalikan ingatannya dulu. Setelah itu aku janji akan membawanya pulang. Jika kita membawanya sekarang itu malah mempersulitnya aboeji."

"Aku setuju denganmu. Kalau kau tak sanggup kau bisa minta bantuan abeoji." Kata Tn.Lee sambil menatap putranya bangga.

"Tentu saja abeoji. Tapi tolong jangan beritahu eomma. Abeoji tahu sendiri kan eomma itu orangnya bagaimana?"

Tn. Lee hanya terkekeh mendengar perkataan Taeyong.

"Kau sudah benar-benar dewasa Tae, apa perlu abeoji mempercepat pernikahanmu saat ingatannya kembali? Sepertinya kau sudah benar-benar siap untuk menikah." Goda Tn. Lee.

"Abeoji!!"

***

Yena terlihat menggendong tasnya dan beranjak untuk pulang.

"Kulihat kau ada di rooftop bersama Joshua sunbae, dia mengganggumu?" Tanya Soonyoung yang duduk dibelakang Yena dengan suara pelan.

"Anni."

"Jinjja? Tumben sekali. Bukankah dia sekongkol dengan Wonwoo?"

"Dia tak terlihat seperti orang jahat. Dia ramah."

"Heol.. daebakk! Aku tak percaya itu." Kata Soonyoung sambil menyamakan langkahnya dengan langkah Yena.

"Aku takut dia hanya rubah berbulu domba. Kau tahu kan?" Tanya Soonyoung

"Heol.. aku tak sebodoh itu dalam urusan sastra Tuan Kwon."

"Ya terserah kau, aku hanya mengingatkan." Soonyoung mengedikkan bahunya.

"Kapan-kapan mainlah kerumahku. Eomma sering bertanya padamu. Hingga aku heran, sebenarnya anak eomma itu aku atau kau?" Gerutu Soonyoung.

"Itu karena kau jelek."

"APA HUBUNGANNYA?!" Protes Soonyoung sambil memukul bahu Yena kesal.

"Sakit bodoh!" Umpat Yena. Sedang Soonyoung menatap Yena sebal. Sambil terus berjalan

"aku sedang marah, kau tak ada niatan minta maaf begitu?" Tanya Soonyoung.

"Tidak."

TBC

Yeay! Author udah selesai unbk 🙋🙋👏🎆. Bisa lanjutin cerita ini.

Mau tanya nih, ceritanya bagus gak? Please comment ama vote ya readers jan jadi siders. Karena suara kalian menentukan masa depan cerita ini. Ea~

sebenernya masih banyak ide tapi males aja ngetiknya. Trua kalo mau upload satu chaptet nanggung banget.

Maaf kalo banyak typo. Males ngedit. Bye.. see you again 💋

Promise ~ Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang