Yena tetap melanjutkan perjalanannya menuju rumah walau dia sadar dia diikuti.
Yena tak tau siapa karena dia memang enggan menoleh. Lagi pula kalaupun itu penculik, untuk apa? Mereka tak akan mendapat uang sepeserpun.
Yena berjalan sembari menunduk. Cuaca hari ini memang benar-benar panas. Karena Korea sudah masuk musim panas.
Dengan sangat amat terpaksa. Yena menoleh kebelakang. Menatap mobil sport yang sepertinya itu milik Taeyong. Sepertinya.
"Aish.. Tuhan biarkan aku hidup tenang disini." kata Yena sambil menyatukan kedua tangannya dan memejamkan matanya sesaat
Dan melanjutkan jalannya hingga sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. Membuat Yena reflek menoleh kebelakang.
Menatap si dingin namun jadi primadona sekolah. Lee Taeyong.
"Astaga... Tuhan, kau tak adil padaku." gumam Yena.
"Apa?!" seru Taeyong.
"Seharusnya aku yang bertanya begitu tuan."
"Benarkah?"
"Tanganmu!" kata Yena sambil menatap tangan Taeyong yang masih setia di pergelangan tangannya.
"Ada apa dengan tanganku?"
Taeyong menunjukan tampang sok bodoh sambil menaikkan satu alisnya. Yena berusaha melepaskan tangannya tapi genggaman tangan Taeyong benar-benar luar biasa.
"Kau mau apa?" tanya Taeyong.
"Lepaskan tanganku!"
"Kau yang memegang tanganku!"
"Heol.." kata Yena malas.
Bukannya membalas perkataan Yena. Taeyong menarik tubuh mungil Yena dan setengah membanting tubuh gadis itu ke kursi penumpang bagian depan. Dan sebelum Yena melayangkan protesnya Taeyong terlebih dulu menutup pintu mobil.
"KAU GILA!!" Teriak Yena
"Aku anggap begitu." kata Taeyong santai melajukan mobilnya cepat.
"Turunkan aku!!"
"Aku rasa tidak untuk sekarang."
"Sebenarnya apa maumu hah?"
"Aku? Kau hanya perlu duduk diam disitu." jawab Taeyong.
"Turunkan aku! Atau aku akan loncat dari sini!!"
"Loncat saja kalau kau mau mati."
Yena terdiam. Kata-kata Taeyong benar dia bisa saja mati kalau loncat dari mobil dengan kecepatan dibatas rata-rata ini.
"Hah.. Sebenarnya apa mau mu? Kenapa kau selalu menggangguku? Apa aku pernah berbuat salah padamu?" Seru Yena kesal.
"Ya, kau pernah berbuat kesalahan yang besar padaku. Dan sialnya lagi aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu membantumu."
"Aku bahkan tak mengenalmu. Dan untuk janji. Lupakan. Dan jangan pernah ingat kalau aku pernah membantumu sebelumnya."
"Kau mengenalku, sangat bahkan. Dan aku bukan pria yang dengan mudahnya melanggar janji yang sudah aku ucapkan."
"Heol.. Berhentilah mengarang cerita."
"Kau fikir ini karangan. Tidak sama sekali nona Park!"
"Ayolah Lee Taeyong! Aku lelah. Kehidupan menjadi anak kelas sosial sudah membuatku hampir gila. Dan jangan menambah bebanku."
"Kau mengganggapku sebagai beban?"
"Ya."
"Aku benci kau mengatakan hal yang seperti itu padaku."
"Aku tak peduli."
"Yang perlu kau tau. Aku tak akan menjauh ataupun pergi darimu."
"Jangan berlagak seolah kita ini sepasang kekasih."
"Kalau memang itu kenyataannya bagaimana?"
"Ck.. Berhenti membual!"
"Susah bicara denganmu."
"Kalau begitu turunkan aku!"
"Tidak."
"Oh ayolah.." Kata Yena frustasi.
"Aku hanya ingin membelikan ibuku sebuah hadiah karena beliau berulang tahun hari ini."
Yena menoleh kearah Taeyong yang menatap lurus kedepan.
"Lalu apa hubungannya denganku?"
"Kau ini sama sekali tak peka."
"Jangan berbelit-belit. "
"Aku ingin meminta bantuanmu untuk memilih hadiah."
"Kenapa aku? Kau punya banyak teman bahkan fans. Jangan membuat hidupku semakin rumit."
"Aku tak peduli. Karena aku hanya ingin kau."
"Seleraku rendahan. Jadi turunkan aku di halte depan itu."
"Tidak akan."
"Kau membuat kepalaku benar-benar mendidih!"
"Apa salahnya membantu seorang anak yang ingin membahagiakan ibunya?"
Yena terdiam dan mengusap wajahnya kasar.
"Kita lakukan dengan cepat!"
Taeyong tersenyum penuh kemenangan menatap Yena yang membuang tatapannya keluar jendela. Setidaknya dia bisa menghabiskan waktu seharian ini dengan gadis itu.
Tbc
Aing update again readers. Butuh saran nih buat ni cerita. Soalnya aing bingung banget.
Ya udah deh.. Semoga readers suka ama cerita author. Vote and vomment juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise ~ Lee Taeyong
Fanfiction"Lupakan! lupakan semua janji yang pernah kau ucapkan! itu hanya membuatku tersiksa!"