First Victim : Lucy Part 2

775 16 0
                                    

Lucy berjalan kebingungan atas kejadian kemarin. Sekarang, dia akan menyusuri daerah yang biasa digunakannya untuk ke tempat kerjanya. Kali ini dia berselisih dengan seorang gadis yang berpakaian serba tertutup walau cuaca hari ini sangatlah panas. Mungkin sanggup membentuk sebuah danau jika keringat setiap orang dikumpulkan akibat cuaca ini.

Pisau yang didapatnya kemarin, dibawanya juga ke restoran. Alat pemotong itu berada dalam tas sandang yang selalu berada dalam genggamannya setiap ia berpergian keluar. Lucy menemukan sesuatu yang harus ditunjukkannya kepada bos tentang pisau itu.

          “Archie,” panggilnya kepada karyawan terbaik di restoran itu. Kalau dia terlihat senang melihat Archie, maka Archie sebaliknya. Dia serasa ingin melarikan diri sejauh mungkin dari Lucy. Sepertinya karena trauma akibat kejadian tadi malam.

          “Kau kenapa Archie ?” tanya Lucy penuh perhatian. Dia mengetahui perubahan tidak wajar dalam ekspresi Archie ketika melihatnya. Lelaki itu menggeleng pelan sebelum berlari kencang ke dapur.

          “Gawat, bos,” bisik Archie di hadapan bosnya itu. “Lucy benar-benar kembali kesini.” Gustav Loyre tersenyum kecil. Bukannya menemui Lucy, dia malah memasuki ruangannya.

          “Kenapa kau melarikan diri dariku Archie ?” tanya Lucy yang entah sejak kapan berada di samping Archie. Refleks, dia mundur beberapa langkah. “Kau kenapa sih ?” tanya Lucy lagi. Pertanyaan itu semakin menambah langkah mundur Archie.

          “Sudahlah.” Lucy pasrah meminta jawaban dari Archie. “Bos dimana ?” Yang ditanya menunjuk ruangan yang bertuliskan ‘Owner, Gustav Loyre’ di depan pintunya. Karena menjunjung tinggi sopan santun, Lucy mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan itu.

          “Hai, Lucy,” sapa Gustav Loyre. “Bagaimana kabarmu ? Apakah kau lebih baikan ?”

          “Lebih baikan ? Aku selalu baik, bos,” bantah Lucy yang telah duduk berhadapan dengan bosnya.

          “Begitukah ? Lalu bagaimana dengan kamu yang melempar pisau ke arah Archie kemarin ?”

          “Aku ? Melempar pisau ? Jangan bercanda, bos.”

          “Kalau aku bercanda, bagaimana kau menjelaskan pisau yang tiba-tiba tertancap di dinding dekat pintu ?”

          “Aku...tidak...Aku...tidak ingat melakukan hal tersebut.”

          “Baiklah. Bila kau tidak mau mengaku, berikan pisau itu padaku agar aku berikan pada polisi.”

          “Aku memang akan memberikan pisau ini padamu, bos.” Lucy mengeluarkan pisau dari tas sandangnya. Gustav mengambilnya lalu memperhatikan detil demi detil yang ada.

          “Asal kau tau, ganggangnya terbuat dari emas putih,” ucap Lucy. Gustav kembali meneliti bagian ganggangnya lebih cermat.

          “Aku kira ini terbuat dari aluminium tapi sepertinya kau benar, Lucy.” Gustav mengelus-ngelus ganggang pisau itu. “Ngomong-ngomong, darimana kau mendapat pisau ini ?”

          “Aku tidak ingat, bos,” jawab Lucy lirih. “Aku dicegat seorang kakek-kakek lalu tiba-tiba bos dan Archie sudah berada di pintu belakang.”

          Pisau yang diletakkan Gustav sembilan detik lalu, disambar Lucy karena rasa penasaran yang tak terelakkan lagi. Tiba-tiba saja, kesadarannya hilang kembali.

          Setelah sadar, dia melihat pemandangan mengerikan. Gustav tergeletak tak berdaya di lantai. Darah merembes dari lengan, dan dadanya. Tubuh Lucy juga penuh darah. Dia menjerit histeris. Tetapi, itu tidak sampai berlangsung sedetik. Karena pisau itu menggerakkan tangannya dan menusuk dadanya.

**

Aku menatap garis kuning yang melingkari restoran Italia di depanku itu. Petugas polisi masih berkeliaran di sekitarnya. Penduduk lokal juga masih berkerumun, ingin melihat tempat pembunuhan oleh pisau itu.

Cursed KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang