Fourth Victim : Aurora Part 2

318 10 0
                                    

maaf banget untuk keterlambatannya. tugas sekolah membuat saya sibuk sekali dan menghilangkan minat saya dalam membuat cerita. tapi mendadak tadi saya mendapat semangat untuk melanjutkannya lagi. selamat membaca :)

-----------------------------------------

“Oh sial.. Apakah kami terlambat dan keluarga Derres sudah terlanjur menjadi korban ?” pikirku yang berkecamuk ketika melihat mobil yang ditumpangi keluarga Derres menuju ke rumah sakit. Aku melirik Leo penuh tanya, sementara dia juga menatapku tak mengerti.

Setibanya di rumah sakit, kami segera mendapati Troy menggendong istrinya, Aurora, yang tampak tidak sadarkan diri. Tetapi istri dari Troy itu tidak memiliki semacam luka tusuk. Setengah berlari kami menuju ke mobil mereka yang masih terbuka, tanpa pengawasan. Kami memeriksa seluruh isi mobil itu kalau-kalau pisau itu sudah berada disini untuk berjaga-jaga.

“Nihil,” seru Leo padaku. Aku sedikit lega. Lalu aku melihat bahwa sopir keluarga Derres sedang berjalan ke tempatku.

“Leo, ayo sembunyi,” bisikku lalu menarik lelaki itu di antara mobil-mobil yang terparkir di dekat sana.

“Sepertinya pisau itu belum berhasil mencapai mereka,” ucapku ketika kami berada dalam persembunyian. “Mungkinkah dugaan kita salah ?”

“Impossible, Callista. Aku yakin kita benar hanya saja mungkin pelaku di balik semua kejadian ini memilih untuk berhenti sebentar karena dia atau mungkin mereka tau kita telah berhasil mengetahui calon korban selanjutnya.”

Aku mengangguk pelan.

“Callista, apa kau mau es krim ? Cuaca hari ini panas sekali,” tawar Leo. “Kau tunggu saja disini dan tetap mengamati mereka. Aku hanya sebentar.”

Leo berjalan santai menuju supermarket di dekat rumah sakit itu. Tiba-tiba dia dicegat oleh seseorang yang segera membawanya ke tempat yang sedikit tersembunyi. Aku melihatnya. Tanpa aba-aba aku berlari ke tempat Leo yang sedang disudutkan oleh orang itu.

“LEOOO !!” teriakku dan menghantam orang itu. Walaupun aku seorang perempuan, aku cukup handal dalam bela diri. Orang itu menghantam dinding lalu meringis kesakitan.

“Leo, ayo kita kabur !” ajakku setengah panik. Leo yang sedikit kaget dengan kejadian barusan, kembali ke kenyataan. Dia mencegahku yang telah siap akan berlari.

“Tenang, Cal,” katanya penuh ketenangan. “Dia adalah detektif McCeldon, bukan pelaku.”

“Benar,” sahut John McCeldon yang bersusah payah berdiri kembali. “Anda kuat sekali, nona. Maafkan saya telah menyeret teman anda sedikit kasar.”

Aku menunduk malu. “Tidak apa-apa detektif. Maafkan saya juga telah menghantam anda.”

“Well, seperti yang saya tanyakan tadi kepada Leo, mengapa kalian berada di tempat tersembunyi dan mengikut keluarga Derres ? Apakah kalian pelaku dari pembunuhan berantai menggunakan pisau itu ?”

Leo berdeham. “Seperti yang saya bilang, pelakunya bukanlah kami. Bagaimana mungkin saya membunuh kakak yang memiliki hubungan darah dengan saya ?” Leo melanjutkan, “Dan Callista juga bukanlah pelaku karena dia juga merupakan salah satu korban hanya saja dia berhasil selamat seperti saya. Karena takut akan dikejar kembali oleh pelaku, kami terpaksa hidup dalam bayangan dan menyelidiki kasus ini seperti anda.”

“Apakah anda dapat kami percayai ?”

“Saya dan Leo bersumpah dengan nama keluarga kami bahwa kami bukanlah pelakunya,” kataku penuh ketegesan dan meyakinkan.

“Detektif, detektif..” panggil seseorang yang merupakan salah satu anak buah McCeldon. “Pelaku berhasil membunuh Nyonya Derres.”

“WHAT ?” teriak John penuh rasa ketidakpercayaan. Dia memandang kami berdua bergantian, menuntut penjelasan.

Cursed KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang