Second Victim : Erika Part 1

668 15 0
                                    

“Bibi, mana sarapan ?” teriak Erika Loyre dari ruang makan. Sudah dua minggu sejak pembunuhan ayahnya. Kini, dia tinggal bersama ibunya yang telah lama bercerai dengan ayahnya. Erika selama ini tidak pernah mengunjungi ibunya sehingga dia merasa asing kepada ibunya sendiri.

Pembantu rumah tangga yang membantu ibunya terburu-buru mendatangi majikan kecil barunya itu. “Pisaunya hilang, non,” katanya takut-takut. “Jadi, tunggu bibi beli pisau dulu, ya.”

          “Tidak mau !” bentak majikan kecil. “Aku lapar, aku mau makan sekarang.”

          “ERIKA !” bentak suara yang berwibawa milik ibu Erika. “Jangan bersikap manja !”

          Erika mendengus kesal.

          “Bi, saya tadi menemukan pisau di pintu depan. Pakai ini saja dulu,” kata ibu Erika yang bernama Lily Trax. Pembantunya menghela napas lega dan segera ke dapur untuk memasak.

          “Aku tidak jadi makan,” sahut Erika merajuk. “Nafsu makanku hilang.” Lily melihat kepergian Erika, perih. Erika bersikap seperti ini juga karena salahnya. Kalau saja dia tidak egois dan tidak bercerai dengan Gustav, mungkin sifat Erika akan sedikit lebih baik.

          Siangnya, Erika berada di dapur. Mengintip keadaan sebentar, lalu mengambil pisau yang ditemukan ibunya tadi, dan membuangnya dalam wc. Terdengar suara dentingan pisau beradu dengan pipa saluran air. Erika tersenyum dingin.

*

          “Bibi, makan  malam mana ?” teriak Erika lagi malam harinya. Bibinya yang kehilangan pisau lagi terpaksa menyediakan makanan instan yaitu mie.

          “Kenapa makanan kita jadi mie, bi ?” tanya Lily heran kepada pembantunya. Si pembantu membisikkan masalahnya. Lily mengangguk paham. “Oke, bi. Tidak apa-apa.”

          “Aku tidak mau mie,” bentak Erika lagi. Dia menjatuhkan mangkok mienya hingga pecah. Lily menatap anaknya marah.

          “APA YANG KAU LAKUKAN ERIKA ?”

          “A..aku tidak sengaja...”

          “MASUK KE KAMARMU SEKARANG JUGA !”

          “....” Erika berlari memasuki kamarnya. Dalam kamarnya, dia menangis terisak. Boneka-boneka di lemparnya ke lantai.

          “Kalau saja mommy tidak bercerai dengan daddy,” gumamnya. “Kalau saja daddy membolehkanku bertemu mommy. Kalau saja mommy mengunjungiku. Kalau saja daddy tidak mengurungku. Kalau saja daddy tidak meninggal. Kalau saja mommy tidak memaksaku tinggal dengannya. Kalau saja mommy mengerti perasaanku. Kalau saja daddy tidak tertusuk pisau. Kalau saja aku tidak menjadi trauma terhadap pisau. Kalau saja pisau itu tidak ada...”

          Gumamannya berhenti. Matanya membelalak kaget lalu berubah penuh kebencian. Pisau yang dibuangnya tadi siang, berada di dalam kamarnya.

Cursed KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang