Dua hari selanjutnya, Leo sembuh. Dia merasa berhutang budi padaku dan memutuskan untuk membantu pekerjaanku, yaitu mengawasi korban selanjutnya. Karena aku masih kebingungan menentukan perkiraan korban selanjutnya, aku membagi tugas dengan Leo. Dia mengawasi orang tuanya dan aku mengawasi orang tua Arietta. Beruntung Arietta adalah anak tunggal sehingga aku tidak perlu mengawasi saudaranya juga.
Sebenarnya ada satu hal yang aku takutkan. Aku takut pelaku akan memilih anak seseorang yang terkenal di kota, bahkan negara ini. Jika itulah yang pelaku itu benar-benar lakukan maka tidak akan ada kesempatan bagi aku dan Leo untuk mencegah karena kami tidak mengetahui kemungkinan calon korbannya itu. Aku berharap semoga bukan itulah yang terjadi.
Aku sempat berpikir menyuruh Leo menghubungi orang tuanya agar pergi berlibur ke luar negeri tapi itu akan sangat beresiko. Aku juga sempat berpikir agar Leo menghampiri Archie, teman yang kemungkinan pelaku, lalu melabraknya. Tapi itu juga beresiko.
Setelah beberapa hari mengawasi tanpa perubahan yang mencurigakan, aku tambah takut jika pelaku memilih korban lain. Daripada aku kalut seperti ini, aku memutuskan membeli tiket berlibur ke Australia untuk orang tua Leo dan Arietta.
Leo dengan penyamaran bak seorang salesman, berhasil merayu mereka untuk berlibur. Dia sangat senang karena dia tidak perlu terlalu khawatir dengan keadaan orang tuanya lagi. Dia bahkan sampai memelukku saking senangnya.
“Oke, lepaskan aku, Leo,” kataku tegas. Dia melepaskan pelukannya. Aku langsung duduk.
“Kita harus mengadakan rapat,” sambungku. “Dengan perginya mereka, kita perlu mencari tahu korban selanjutnya.”
“Kau benar.” Dia duduk di depanku. Sekarang kami sedang berada di café tempat biasanya Leo dan Arietta kencan. Leo sendiri yang memilih tempat ini.
“Dari penyelidikanku, orang yang terkenal di dunia yang tinggal disini ada enam keluarga,” jelasku sambil menyesap jus melonku sesekali. “Di antaranya yaitu Erristone, Maradov, Loyre, dan Aswald. Itu semua totalnya empat keluarga. Berarti tersisa dua keluarga lagi, yaitu Spolion dan Derres. Spolion memiliki tiga anak yang salah satunya telah menikah. Kebetulan anak dari Spolion ini menikah dengan anak tunggal Derres.”
“Berarti maksudmu kemungkinan besar pisau itu berada pada anak tunggal Derres ?” potong Leo tidak sabar. Aku memandangnya tidak senang, lalu mengangguk.
“Firasatku berkata begitu. Selama penyelidikan, firasatku selalu benar.”
“Baiklah, Callista.”
Sebelumnya dia terlihat tenang, tapi sekarang dia terlihat emosi dan takut. Aku mengikut arah pandagannya dan Archie memasuki café ini. Aku bodoh sekali menyetujui Leo untuk makan siang disini sementara Archie, salah seorang yang aku curigai sebagai pelaku, sering berkeliaran di sekitar sini.
“Leo, ayo kita keluar,” ajakku sambil memasang kacamata hitamku lagi. Leo membetulkan kumis palsunya dan kami berjalan beriringan keluar. Archie sempat menatap kami penasaran. Jantungku jadi tidak mau tenang. Syukurlah temannya mengajaknya duduk di tempat kami tadi.
“Nyaris,” gumamku pelan. Leo menghentikan taksi dan menaikinya bersamaku. Kami pergi menuju rumah Troy Derres, anak tunggal keluarga Derres.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Knife
Mystery / ThrillerAku menemukan pisau tergeletak di halaman rumah. Karena aku tidak menemukan pemiliknya, aku pun mengambilnya. Sejak saat peristiwa itu, hari-hariku berubah menjadi hari-hari yang tak pernah aku bayangkan akan aku lewati. Tapi, aku harus mencegah per...