Ep.09

77 10 0
                                    

Drap drap drap...

Entah apa yang terjadi padanya... Aku tahu dia tidak gila. Tapi aku tak bisa menahan emosiku!

Sebenarnya ini antara marah dan sedih. Tapi kesedihanku lebih unggul daripada kemarahanku. Aku sedih melihatnya begitu. Penderitaannya semakin banyak saja setiap harinya.

Dan, sebenarnya apa yang membuatmu mengatakan semua itu? Soal ayah. Kenapa kau menjelekan ayah di hadapanku?

"El, berhenti!"

Aku berhenti berlari dan melihat Regina yang ada di depanku.

Ia melihat wajahku dan segera mengambil sapu tangannya, lalu mengusap air mataku.

"Kenapa kau menangis dan berlari seperti itu? Kau seperti anak kecil saja." Regina sibuk menghapus air mataku.

Dan aku hanya bisa diam. Tak menjawabnya sedikit pun. Aku hanya bisa menahan sakit hati atas perkataan Daniel soal ayah. Aku tahu dia hanya meracau saja karena dia gila. Tapi... Hatiku tetap sakit mendengarnya mengatakan hal itu.

Aku ingat perkataan Tuan Thomas yang membuatku tak percaya. Aku hanya bisa sedih mendengarnya yang sudah menderita begitu.

"Nona, dokter sudah mengklaim bahwa Tuan Muda mengalami gangguan mental."

"Apa?!"

"Saya sudah katakan kalau dokter mengamati Tuan Muda sejak seminggu yang lalu, kan? Tadinya itu bisa dibilang depresi. Tetapi setelah melihat dan mendengar Tuan Muda sering bicara sendiri, mengatakan hal yang tak jelas, dan marah-marah tanpa sebab... Sudah jelas Tuan Muda mengalami gangguan mental serius."

"Ellie, halo? Bumi memanggilmu, El."

Aku terkejut dan melihat Regina yang melambaikan tangannya di hadapanku. Di sampingnya sudah ada Hilda yang tampak kebingungan.

"Kau baik-baik saja, kan?" tanya Regina.

"Ya. Aku... Aku baik."

"Tuan Thomas menyuruh kita untuk pulang sekarang. Keadaannya sedang tidak baik disini." ucap Hilda.

"Kalian mau langsung pulang?" tanyaku

"Ya... Begitulah. Aku merasa tidak enak mendengar keadaan Daniel saat ini." jawab Hilda.

"Memangnya ada apa dengan Daniel?" tanya Regina bingung.

"Nanti aku jelaskan." jawab Hilda yang bersedia menjelaskan semuanya.

"Kalau begitu kami pulang duluan, ya!" Regina pamit padaku dan mereka berdua pulang bersama.

"Sampai bertemu besok!" ucapku sembari melambaikan tangan tinggi.

"Sampai jumpa!"

Aku tersenyum pada mereka berdua. Meskipun Regina agak menyebalkan, tetapi mereka tetap berteman. Mereka sangat akrab dan rukun.

Bitter Fate (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang