Ep.16

41 9 0
                                    

"Ini, enak, kan?" tanya Dania yang menyantap puding coklatnya.

"Ya. Aku menyukainya!" jawabku yang sudah mengabiskan hampir semua bagianku.

"Ah... Syukurlah kau menyukainya. O ya. Sebentar lagi dansanya akan di mulai." ucap Dania.

Aku terkejut mendengarnya. Dansa?! Ada dansa di pesta ini?!

"Kau bisa melakukannya, kan?" tanya Dania.

"Bisa. Sedikit." jawabku.

"Baiklah. Ini tips dariku. Ikuti saja gerak-gerik laki-laki yang berdansa denganmu. Laki-laki yang berdansa denganmu bisa siapa saja. Jadi, jangan sampai kau injak kakinya."

"Apa berarti aku harus melihat ke bawah?" tanyaku malu.

"Tidak juga. Cukup sesekali saja." jawabnya yang kemudian tertawa sebentar.

Dia sangat baik padaku. Sangat ramah dangan hangat. Aku tidak menyangka akan bertemu salah satu keluargamu.

Aku sudah yakin seratus persen kau tidak datang ke sini. Karena aku tidak melihat batang hidung pengganti ayahmu di sini.

"Dania, apa saudaramu ada di sini?" tanyaku.

"Ada. Kak Luna dan Kak Ezra. Keduanya sudah masuk perguruan tinggi. Tapi sejak tadi aku belum melihat Daniel. Sepertinya dia memang tidak datang kali ini." jawabnya.

"Oh... Begitu, ya?"

"Aku tahu kau pasti mencarinya. Tapi Daniel... Dia orang yang sangat tertutup. Dia tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya. Tapi kau... Mungkin kau sudah mendalaminya meskipun dia itu sulit ditebak."

Aku mengangguk setelah mendengarnya. Aku yakin Dania tidak mengenal Daniel. Aku yakin dia tidak pernah mendekati Dania. Dan aku yakin Dania sudah berusaha mendekatinya.

"Menurutku... Dia adalah orang yang penuh kasih sayang. Dia sangat peduli dengan orang terdekatnya. Khususnya Tuan Thomas. Dia mencintai keluarganya. Dia hanya tertutup pada orang yang tidak selalu di sisinya. Dia hanya tidak percaya. Dia hanya perlu kepercayaan bahwa orang yang bersamanya adalah orang baik."

Ia melihatku, kemudian tersenyum senang. Dia terlihat sangat bahagia setelah menedengarku.

"Sudah kuduga. Kau sangat mengenalnya. Kau lebih baik dari keluarganya sendiri."

Aku ikut tersenyum bersamanya. Sampai akhirnya dansa itu di mulai.

Aku benar-benar tegang mengingat soal dansa ini. Selain entah siapa pria yang mengajakku ke tengah-tengah ruangan dan bergerak dengan halus, aku juga tidak dapat melakukannya.

Aku takut membuat kesalahan. Mungkin pria itu akan menganggapku payah dan pergi setelah aku menginjak kakinya.

Aku melihat piringku yang sudah kosong dan meletakannya di atas meja.

Tiba-tiba musik tenang dan halus masuk ke indera pendengaranku. Sangat pelan dan menghanyutkan. Lampu ruangan ini diredupkan sedikit demi sedikit untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat. Dan pintu kantor di tutup  dengan pelan.

Aku lihat semua orang berkumpul pinggir ruangan meninggalkan seorang remaja laki-laki berpakaian formal dengan topeng biru tua dan dasi dengan warna yang sama dengan topengnya di tengah ruangan.

"Ah... Dansanya sudah di mulai!" salah satu tamu bicara tak jauh dariku.

Remaja itu nampak melihat ke seluruh ruangan mencari seseorang perempuan yang mungkin akan jadi pasangannya. Aku yakin dia mencari seorang perempuan yang sempurna baginya.

Aku yakin Dania yang akan berdansa dengannya.

"Hei, laki-laki yang di tengah!"

Laki-laki itu melihat kami berdua setelah mendengar Dania yang memanggilnya.

Bitter Fate (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang