Ep.14

45 9 0
                                    

"Halo, El. Ada apa?"

"Kau di mana?"

"Sedang jalan ke kelas. Memangnya kenapa?"

"Hil, cepat kemari! Aku butuh bantuanmu!"

"Aku tahu. Aku akan membantumu piket. Sebentar lagi sampai, kok."

"Bukan piket, Hil. Tapi Daniel!"

"Daniel ada di rumah sakit, El."

"Sudah. Jangan berakting lagi! Aku serius! Daniel pingsan!"

"Hah?! Kau serius?! Baik, baik. Aku akan ke sana secepatnya."

.
.
.
.
.
.
.

Di klinik...

Kami duduk dan bicara di kursi yang telah di sediakan sambil melihat Suster Elya yang sedang memeriksa Daniel.

"Untung saja Anda belum pulang, sus." ucapku lega.

"Ya... Sebenarnya Hilda yang menghubungi saya untuk tinggal sebentar di sini. Tadinya saya sudah di bawah."

"Oh... Begitu? Maaf sudah merepotkan Anda."

"Tidak masalah. Ini memang sudah menjadi salah satu tugas saya."

"Jadi... Bagaimana keadaannya, sus?" Hilda angkat bicara.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Sebentar lagi pasti sadar."

"Syukurlah jika tidak ada masalah." aku lega mendengar perkataan Suster Elya.

"Ya. Sepertinya... Pangeran Es sudah kembali."

Aku mengangguk menyetujui perkataan Hilda.

"Jadi... Kau terlibat juga dalam permainan Daniel?" tanyaku dengan topik baru.

"Ya. Aku di paksa bekerja sama dengannya dan semua orang yang ada di sekitarmu. Kami mulai setelah Daniel pergi dari kantin. Sebenarnya tanpa tur ulang kami bisa langsung mengajakmu ke tempat sepi itu.

"Waktu yang tepat untuk Pak Romeo keluar menyeret Daniel diberitahukan oleh Bu Daisy yang mengawasi dari atas." jelas Hilda.

"Jadi... Pak Romeo yang menyeret Daniel?" tanyaku.

"Ya... Sebenarnya bukan Daniel yang sebenarnya. Itu hanya patung mannequin yang dipakaikan seragam sekolah dan kulit palsu agar tidak mengkilap saat dibawa di bawah matahari." jawabnya.

"Lalu... Di mana Daniel selama itu?" tanyaku.

"Ah... Dia ada di ruang darurat seharian. Sekali-kali dia keluar untuk menghirup udara segar." ia memberi jawaban dengan mudah.

"Lalu foto itu?"

"Ah... Itu? Daniel mengambil foto di sana hari minggu. Itu benar-benar dia dengan darah buatan dan seragam lamanya yang sudah ia robek."

"Wow... Rupanya... Kalian merencanakan semua itu dengan baik. Jadi... Semua itu nampak nyata bagiku."

Aku benar-benar kagum dengan sahabatku itu. Dia bisa menciptakan sesuatu yang sangat nyata. Seolah-olah ini benar-benar terjadi.

Bitter Fate (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang