Ep.24

52 9 0
                                    

Ellie's P.O.V

.
.
.
.
.
.
.

Gelap.

Mataku terpejam. Udara dingin menyentuh kulitku. Rasanya aku seperti berbaring. Tapi aku tidak tahu di mana.

Kucoba membuka mataku sedikit demi sedikit. Rasanya teramat berat. Tapi aku bisa membukanya.

Cahaya langsung menusuk mataku ini. Tapi lama-lama cahayanya bisa dikontrol dengan sendirinya.

Kepalaku juga terasa berat. Dan terasa ada sesuatu di keningku. Tangan kananku bergerak memegangnya. Rasanya kasar. Tapi aku tidak tahu apa.

Ruangan besar putih dengan ranjang yang sedikit keras terlihat familiar. Selimutnya juga. Aku seperti berada di posisi Daniel saat ini.

Yang terakhir kuingat... Daniel menghampiriku sambil membawa kursi. Ia juga sempat menyeringai padaku. Aku sangat ketakutan saat itu.

Sebenarnya... Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia tiba-tiba seperti itu?

Dia marah seolah aku tidak percaya lagi padanya. Sepertinya dia menyakitiku. Dia pasti bertindak seperti itu jika seseorang datang dan tidak percaya padanya.

Aku melihat sekitar ruangan besar ini. Di ruangan ini terdapat dua ranjang. Tapi tidak ada pasien di sana. Tapi ranjang itu terlihat sedikit berantakan. Sepertinya memang ada pasien di sini selain aku.

Tapi tunggu.

Aku merasakan udara hangat di tangan kiriku yang berhembus setiap beberapa detik. Seperti ada yang bernapas di sana.

Aku melihat tanganku itu. Rupanya benar ada yang bernapas di sana. Aku hanya bisa melihat rambut coklat gelapnya yang berantakan. Tidak dengan wajahnya.

Rambut itu sangat familiar. Aku selalu melihatnya setiap waktu. Kadang aku mengelusnya dengan perlahan.

Tanganku bergerak mengelus rambut coklat itu dengan perlahan. Dari rambutnya saja... Aku tahu siapa dia. Aku yakin dia adalah Daniel.

Tiba-tiba kepalanya bergerak bangun dan melihatku dengan matanya yang melebar. Kedua tangannya langsung memegang tangan kiriku yang mengelusnya tadi.

Kulihat terdapat kapas yang direkatkan dengan plester di pipi kirinya dan perban yang melingkari kepala dan dadanya. Selain itu, banyak luka lebam di wajahnya. Aku juga melihat beberapa luka di tangannya.

Kenapa dia bisa terluka begini?

"Syukurlah kau sudah bangun." ia menghilangkan rasa terkejutnya itu dan bersikap datar. Tidak menunjukkan ekspresi apapun lagi. Senang saja tidak.

"Apa yang terjadi? Apa yang sudah aku lewatkan? Berapa lama aku tertidur di sini? Dan... Dan apa yang terjadi padamu?"

Dia hanya terdiam setelah aku bertanya. Tak lama, ia menghela napas dan tertunduk lesu.

Apa yang sebenarnya terjadi, Dan?

"Aku harus memanggil dokter untuk memeriksamu." ia segera beranjak pergi. Tapi aku menahan tangan kanannya.

"Dan, katakan padaku! Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa terluka seperti ini?"

Ia melepas tanganku dengan paksa dan mengangkat tangannya menjauh dari tanganku.

"Bukan urusanmu."

Luka sebanyak itu... Pasti dia menyakiti dirinya sendiri. Jika tidak... Mungkin ayah menyakitinya lagi.

"Ayahku menyakitimu lagi, kan?"

Ia terlihat terkejut setelah aku bicara. Tapi, dia langsung membuang muka dariku dan pergi menjauh dariku.

Bitter Fate (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang