Ep.29

44 8 0
                                    

11.02 AM

Perjalanan kali ini cukup sunyi. Tidak ada percakapan sama sekali. Hanya suara pendingin udara yang masuk ke indera pendengaranku.

Aku berdiam diri duduk di atas kursi mobil yang empuk melihat mobil yang melintas di luar sana. Gedung-gedung tinggi berjajar di sepanjang jalan. Mobil berjalan cepat melintasi jalan tol yang sepi.

Aku sudah mengirim pesan pada Ellie kalau aku pulang lebih cepat. Aku juga sudah katakan kalau ini mendadak. Sangat mendadak.

Aku tidak bisa menolak ajakan ini. Tapi aku tidak mengerti mengapa Om Freedy terlihat lesu. Seharusnya dia bersemangat untuk mempromosikan perusahaan.

Sepertinya Om Freedy sedang punya masalah. Masalah yang sepertinya serius. Aku tidak bisa bertanya soal masalahnya. Aku hanya bisa diam dan menunggu sampai kami sampai di kantor.

"Maafkan om, Daniel. Tidak seharusnya om mengajakmu untuk mempromosikan perusahaan karena kau harus sekolah. Sebenarnya Dania saja sudah cukup. Dia cukup terampil untuk menjalankan tugasnya di perusahaan.

"Om tahu kau pasti sudah lupa cara untuk mengurus perusahaan karena ayahmu sudah tidak lagi mengurus perusahaan. Tapi kau masih punya kesempatan untuk menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang akan menggantikan Ezra suatu saat nanti." Om Freedy akhirnya bicara setelah benar-benar hening tadi.

"Tidak masalah, om. Aku mengerti. Aku masih punya kewajiban untuk mengurus perusahaan. Lagipula... Jiwa kepemimpinan harus tertanam sejak dini. Om sudah benar dalam mengajakku ke kantor. Aku bisa kembali belajar untuk menjadi seorang pemimpin yang baik."

"Maafkan om juga karena sudah mengajakmu kembali. Om tahu kau masih takut untuk kembali karena dulu banyak masalah di kantor saat ayahmu memimpin. Apalagi ada kecelakaan yang menimpamu di malam pesta ulang tahun Ellie.

"Om sangat menyesal tidak bisa menjagamu. Om terlalu sibuk dengan rekan-rekan lainnya."

Aku kembali teringat semua kejadian yang membuat ayah terluka. Takdir kejam itu kembali muncul dalam ingatanku.

Semua suara-suara kekecewaan dan kemurkaan bersahut-sahutan. Semuanya berbondong-bondong mengetuk-ngetuk pintu dan kaca ruang direktur. Bahkan ada yang sampai memecahkan kaca itu.

Semuanya ingin agar ayah turun daei jabatannya. Semuanya sangat membenci ayah. Semuanya tak segan-segan menyakiti ayah.

Ayah menyuruhku berlindung di belakangnya dan semua orang langsung menghajarnya habis-habisan. Pakaian ayah langsung berantakan, bahkan robek. Beberapa dari mereka malah sampai tega menumpahkan darah ayah di hadapanku.

Mereka sangat tega. Mereka sangat jahat. Mereka tidak tahu apa yang sudah ayah lakukan pada perusahaan. Ayah sudah memajukan perusahaan dengan susah payah. Ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tapi ayah tidak pernah lupa padaku.

Ayah berusaha tidak lupa lagi padaku. Ayah tidak mau apa yang terjadi padaku sebelum kematian ibu terulang kembali. Ayah tidak mau aku selalu menangis setiap hari. Ayah tidak mau aku sakit. Ayah tidak mau melihatku melemah.

Ayah ingin aku bahagia. Ayah ingin aku terus tersenyum padanya. Ayah ingin aku jadi anak yang baik.

.
.
.

"Cepat turun dari jabatanmu, dasar tidak berguna!"

"Iya! Kerajaanmu hanya mengambil harta saja!"

"Kau sampah!"

Drap drap drap...

Aku berlari dari balik meja dan langsung berdiri di depan ayah yang terduduk dan memegang lengan kirinya. Aku ingin melindungi ayah. Aku ingin mereka tidak menyakiti ayah lagi!

Bitter Fate (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang