CHAPTER 1

108 12 0
                                    

"Oppa, apa yang sedang kau lakukan?" aku memanggil sepupuku yang terlihat sedang melakukan suatu pekerjaan.

Setelah menyadari bahwa aku telah memanggilnya, Seokwoo oppa menoleh dan tersenyum padaku, "Membaca surat....." jawabnya singkat.

Aku semakin mendekat, penasaran dengan apa yang sebenarnya membuatnya tersenyum-senyum begitu, sepertinya surat itu sangat spesial untuknya, "Apa aku boleh mengetahuinya?"

Sepupu lelakiku ini mencubit pipiku gemas, ia juga memberiku tatapan 'dasar' yang biasa ditujukan padaku ketika aku merasa ingin tahu urusannya, "Ada gadis yang memberiku surat ini.... Entah menyangka atau tidak, di sini ia mengatakan bahwa ia menyukaiku." jawabnya sambil menunjukkan surat yang ditulis di atas kertas berwarna merah muda itu.

"Aku bukan anak kecil lagi, oppa.... Hmmm, hei, apa dia menuliskan siapa namanya?"

 Hmmm, hei, apa dia menuliskan siapa namanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokwoo menggeleng, berarti tidak.

Alisku bertaut, mencoba menebak siapa sebenarnya orang yang menyukai sepupuku, tapi aku tak menemukan jawaban. Kami sebenarnya tidak bersaudara, marga kami bahkan juga berbeda, hanya saja keluargaku dan Seokwoo sudah tinggal bersama-sama sejak kami masih kecil. Appa adalah teman baik teman baik Paman Seokmin saat SMU, jadi mudah saja bagi mereka untuk menjalin persahabatan yang lebih erat.

"Mungkinkah kalau dia (gadis pengirim surat) berada di sekolah yang yang sama dengan kita?" tanyaku lagi.

Seokwoo meringis, "Aku tak peduli. Sudahlah, ayo kita makan!" ia melipat suratnya kemudian memasukkannya ke dalam saku celana.


Kami bersekolah di School of Performing Arts Seoul, tentu saja kami berada di tingkat yang berbeda. Seokwoo sedang menjalani pendidikan di tingkat akhir, sedangkan aku berada satu tingkat di bawahnya. Usia kami yang hanya terpaut satu tahun tidak membatasi cara kami untuk bergaul, aku sangat dekat dengannya, begitu juga sebaliknya. Sebenarnya ia lebih sering dipanggil Rowoon oleh teman-temannya, tetapi karena aku sudah terbiasa memanggilnya dengan nama sebenarnya, aku hampir tidak pernah memanggilnya seperti itu. Tubuh Seokwoo benar-benar tinggi, membuatku harus terus mendongak ketika berbicara dengannya, dan itu menjadi hal lucu jika kalian melihat kami berdua berjalan beriringan, karena tubuh kami berjarak sekitar 20 cm. Aku tak pernah merasa bosan saat mendengarnya berbicara, bahkan aku membayangkan bagaimana hariku jika tak mendengarkan suaranya satu kalipun, karena ia memang pandai berkata-kata.

 Aku tak pernah merasa bosan saat mendengarnya berbicara, bahkan aku membayangkan bagaimana hariku jika tak mendengarkan suaranya satu kalipun, karena ia memang pandai berkata-kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokwoo oppa menghentikan kegiatan kegiatan mengunyah makanannya sejenak dan menatapku lekat, sepertinya ia akan menngatakan sesuatu. Jadi aku memilih untuk lebih dulu bertanya padanya, "Ada apa?"

Ia tersenyum lebar, "Gadis secantik dirimu belum juga mempunyai pacar?"

Mataku menyipit, sejak kapan ia peduli dengan masalah perasaanku? Rasanya benar-benar aneh. "Ne, aku tidak ingin mencari namja yang cocok untukku pada saat ini. Menurutku mereka itu sama sekali tidak menarik," jawabku kemudian menegak segelas susu yang ada di sisiku.

Seokwoo menggeleng heran, "Yuju-ah, memangnya apa yang kau pikirkan?"

Aku tak menjawab, bukan karena marah tetapi karena aku tak tahu jawaban apa yang harus kukatakan padanya. Hanya gerakan bahu yang menjawab pertanyaan itu.

Eomma datang tepat setelah aku menghabiskan makananku, katanya kami akan kedatangan tamu baru yang baru saja pindah dari Amerika, mereka adalah keluarga teman Paman Seokmin. Aku menyambut kabar itu dengan sangat gembira, bagaimana tidak, aku akan mendapatkan teman baru lagi. Tetapi masalahnya, apakah ia lelaki atau perempuan? Mungkin kakakku akan merasa senang jika tamu baru kami mempunyai anak perempuan yang cantik, tetapi ia bahkan tak pernah mendengar kabar apapun dari Appa-nya tentang keluarga itu, yeah, Paman Seokmin memang sedang pergi ke Amerika untuk mengerjakan proyek yang cukup besar bersama Bibi Nara dan Appa-ku. Tetapi apapun itu, aku berharap mereka akan menganggap kami sebagai tuan rumah yang baik nantinya.

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang