CHAPTER 12

21 2 0
                                    

Makan malam di rumah kami telah selesai, biasanya setelah ini aku akan mencuci piring dan belajar. Ketika aku mencuci piring di dapur, sepupuku menghampiriku dan mengajakku mengobrol, "Yuju-ah, apa kau tahu? Aku mendapat surat lagi." Ia menunjukkan surat berwarna merah muda itu padaku.
"Wah, gadis itu sudah tergila-gila padamu, oppa." jawabku tanpa antusias sama sekali.
Seokwoo menatapku bingung, "Ada apa, Yuju-ah? Apa kau sedang sedih?"
"Ah, anniyo, oppa. Gwaenchanhayo." jawabku berusaha jujur.

Di surat itu terdapat tanda tangan si pengirim yang menurutku cukup sulit, tapi siapa yang mengirim surat ini?

"Oppa, sudah berapa kali kau mendapatkan surat ini?"
"Mwo? Kurasa lebih dari lima belas kali, lagipula juga belum ada satu bulan ini." jawabnya.
Aku tersenyum, "Terima saja, oppa. Siapa tahu saja dia adalah cinta sejatimu, benar kan?"
"Yak, Yuju-ah! Kau ini apa-apaan sih? Aku tidak mungkin menyukai pengirim surat ini karena aku menyukaim-"

Mataku terbelalak, "Menyukai siapa, oppa? Woaaah, oppaku jni sedang jatuh cinta rupanya."
Sepupuku langsung salah tingkah, "Haish, lupakan saja kata-kataku. Hm, kau juga menyukai Zuho ya?"

Deg

Jantungku berdetak dua kali lebih cepat kali ini, mengapa ia harus bertanya seperti itu? Apa harua kijawab?

"N..ne, tentu saja."
"Oh, baiklah kalau begitu. Aku akan pergi ke kamarku dulu. Selamat malam, Yuju-ah."
"Jaljjayo, oppa."

Selesai itu aku hanya duduk di teras tanpa melakukan hal yang menarik, aku tahu ini bodoh, tapi karena pikiranku sedang bimbang saat ini, aku tidak bisa berpikir dengan jernih.

Seseorang mengejutkanku dengan duduk di bangku sampingku, "Yuju-ah, kau sedang apa?" oh, itu suara Dokyeom.
"Tidak sedang apa-apa." jawabku pelan.
"Hei, apa kau mau kubuatkan teh? Ini sangat dingin Yuju-ah, tidak baik untukmu. Bahkan kau belum beristirahat sejak tadi, benar kan?"

Aku tersenyum kecil tanpa menoleh, "Anni, aku tidak apa-apa."

Dokyeom diam beberapa detik, mungkin mengerti kalau aku sedang tidak bisa diajak bercanda, "Kau kan baru saja mendapatkan cintamu, kenapa kau justru sedih seperti itu?"

Aku mulai menoleh, tiba-tiba saja aku merasa ingin menangis sekarang. Begitu aku bertemu mata dengan Dokyeom, bahuku langsung bergetar karena aku tak bisa menahan kesedihanku. Dokyeom sepertinya tidak tahu harus mengatakan apa, sampai-sampai ia berkali-kali meminta maaf padaku, "Yuju-ah, maafkan aku, apa aku menyakiti perasaanmu?"

Aku hanya menggeleng.

Kemudian aku sudah berada dalam pelukan Dokyeom sekarang, aku menangis dalam rangkulan Dokyeom yang adalah orang baru di hidupku. Tapi entah mengapa rasanya aku benar-benar ingin menumpahkan segala kesedihanku padanya. Tapi bagaimana bisa?

Tangannya mengusap punggungku dengan lembut, "Yuju-ah, tidak apa-apa. Aku ada di sini." bisiknya.

"Apa kau tahu, Dokyeomie? Aku tidak mau menyakiti perasaan Zuho oppa, tapi aku......"

***

"Apa kau tahu, Dokyeomie? Aku tidak mau menyakiti perasaan Zuho oppa, tapi aku......"

Apa itu artinya Yuju tidak memiliki perasaan apapun terhadap Zuho sunbae? Tapi kenapa ia mau menerimanya sebagai kekasih? Bukankah itu juga akan menyakiti perasaan Zuho sunbae? Aku tahu ia adalah gadis yang baik, tapi sebaik apapun ia juga harus memikirkan dirinya. Bagaimana jika ia terus memikirkan hal ini sampai ia jatuh sakit?

Oh, dasar bodoh! Dokyeom, kau adalah namja yang baik, jadi hiburlah Yuju semampumu!

"Yuju-ah, aku tahu kau itu gadis yang terlalu baik, tapi untuk apa kau melakukan itu jika kau sendiri yang akan sakit hati?"

"Sudah kubilang, aku tidak mau melukai siapapun, Dokyeomie! Apa kau tidak mengerti?"

Ya, aku tahu. Tapi secara tidak sadar kau telah menyakitiku, Yuju-ah. Saat kau mengatakan bahwa kau menerima perasaan Zuho sunbae di kafetaria siang tadi.

"Dokyeomie, aku harus bagaimana?" tanyanya lagi.
Aku tidak melepas pelukanku, "Dengarkan aku, jika menurutmu apa yang kau lakukan itu benar, maka lakukan saja selama itu masih wajar, kau mengerti?"
Yuju menatapku lamat, "Ne, gomawo, Dokyeomie."

Aku tersenyum saat ia mengucapkan terima kasih padaku, walaupun aku juga yang merasakan sakit itu. Tapi tak apa, seperti yang ia katakan bahwa membuat orang lain bahagia adalah cara yang terbaik. Setelah itu ia menuju ke kamarnya.

***

Seperti yang Zuho oppa katakan sebelumnya, ia akan menjemputku setiap kali kami akan berangkat ke sekolah, jadi aku memintanya untuk ikut sarapan bersama-sama keluargaku. Untuk hari ini ia mau memenuhi permintaanku, hitung-hitung untuk menjalin keakrabanku lagi dengannya. Kami semua sarapan sambil terus bercanda tawa, aku bahkan bisa melihat Jaeyoon oppa tertawa lepas karena candaan Dokyeom yang berlebihan. Sementara itu Seokwoo oppa yang duduk di sampingku hanya tersenyum saat aku menyandarkan kepalaku di bahunya, Dokyeom justru berbalik. Ia adalah happy virus di rumah ini, jadi ia terus saja memberikan banyak lelucon untuk kami. Aku tak bisa memalingkan mataku dari Jaeyoon oppa yang terus tertawa, wajahnya benar-benar menawan bagiku. Kemudian ia menyanyikan sebuah lagu yang juga merupakan salah satu lagu kesukaanku, So Beautiful.

Ah, aku setuju dengan perkataan Dokyeom yang mengatakan bahwa suara hyung-nya itu sangat merdu, karena hal itu memang benar.

"Jaeyoon oppa, suaramu benar-benar bagus!" pujiku.

"Gomawo." jawabnya sambil tersenyum ramah padaku.

Kami semua telah selesai makan pagi, jadi kami langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Karena hari ini Jaeyoon oppa akan mengikuti audisi menjadi entertainer di FNC Entertainment, jadi ia tidak bisa mengantar Dokyeom dan Seokwoo oppa. Akhirnya mereka berdua berangkat dengan menaiki mobil keluargaku sementara aku dan Zuho oppa pergi menggunakan motornya.

***

Wohoooo, Vomment juseyoooooooooo ♥♥♡♡

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang