CHAPTER 13

16 2 0
                                    

Zuho oppa mengusap rambutku dan mencium keningku sejenak saat kami sampai di depan kelasku yang sudah cukup ramai. Ia terus memandangiku sambil menyelipkan rambutku ke belakang telinga agar tidak mengganggu.
Sungguh, Zuho oppa sangat perhatian padaku, jadi mana mungkin aku bisa bersikap buruk padanya?

Aku bersandar di dinding kelasku sedangkan Zuho oppa berada di hadapanku. Senyumnya tidak memudar sejak tadi, "Yuju-ya, apa kau tahu, aku membawa sesuatu untukmu."

Mataku menyipit, "Ah, apa oppa ingin memberiku sebuah kejutan?"

"Ne..." Zuho oppa mengeluarkan sebuah kalung cantik dengan bandul yang berbentuk merpati. Indah sekali.

"Zuho oppa seharusnya kau tidak perlu melakukan ini. Aku tidak suka merepotkanmu."

Zuho oppa semakin mendekatkan wajahnya padaku, sampai membuatku ketakutan, mataku melebar karena rupanya ia hanya memakaikan kalung pemberiannya di leherku. "Aigo! Apa kau tahu, kau semakin cantik jika mengenakan kalung ini chagi." Pujinya.

Aku tersenyum kecil, "Ne, oppa, gomawo. Tapi jangan lakukan ini lagi, ya? Aku tidak mau membuatmu repot, bagaimana?"

"Hei, siapa bilang kau merepotkanku? Kau kan yeojachingu-ku, tidak mungkin aku merasa seperti itu."

CHUP

Zuho oppa baru saja mencium pipiku ketika Dokyeom dan sepupuku sampai di tangga menuju ke lorong berikutnya. Aku tahu mereka melihatnya. Apa aku boleh pergi sekarang?

"Hei, mesranyaaaaa!" Kata Dokyeom menggodaku.
Keningku berkerut, "Kau ini apa-apaan?"
Seokwoo dan Dokyeom tertawa lagi. Ah, lihat saja nanti!

Setelah itu, Zuho oppa membiarkanku masuk ke dalam kelas. Akhirnya aku terbebas!
Aku melihat Eunha sedang menulis sesuatu ketika aku duduk di sampingnya, tapi kurasa itu adalah privasinya, jadi aku hanya diam saja.

"Finally!" Teriaknya.

Mataku melotot, "Jangan berteriak terlalu kencang Eunha-ya! Telingaku bisa tuli nanti!" Kataku.
Eunha tersenyum lebar, "Mianhae, aku sedang senang sekali saat ini. Apa kau tahu? Namja yang kusuka mau membalas suratku!"
Aku balas tersenyum, "Mwo? Itu bagus, Eunha-ya! Eh... kau bilang surat?"
"Ne, surat!"

Jantungku berdetak kencang, "Siapa namja itu?"
Eunha memegang bahuku, "Rowoon oppa!"

*** 1 Month Later ***

Aku sedang duduk di taman sekolah saat ini, tidak ada siapapun karena sebenarnya hari ini adalah hari libur. Sudah satu bulan aku dan Zuho oppa berhubungan, tapi tetap saja aku tidak bisa berhenti memikirkan Jaeyoon oppa yang saat ini sedang menjalani training di FNC Entertainment. Ia sering mengabari kami dengan mengirimkan e-mail, rasanya aku masih bisa merasa dekat dengannya meskipun kami terpaut jarak yang cukup jauh. Seokwoo oppa-pun masih belum mengetahui siapa pengirim surat yang setiap hari diberikan padanya karena Eunha memintaku untuk tidak memberitahu sepupuku sebelum ia berniat untuk menyatakan perasaannya sendiri. Dokyeom sudah sangat dekat denganku, bahkan aku sering sekali menceritakan rahasiaku tentang kehidupanku, begitu juga dengan perasaanku diam-diam terhadap hyung-nya.


"Chagiya, kau di sini rupanya," suara Zuho-ssi membuatku terkejut.
"Ah, ne. Mianhae tidak memberitahumu, oppa." Jawabku.
Ia mencium keningku sekejap kemudian duduk di sampingku, "Sudah satu bulan kita bersama," bisiknya.
"Ne, oppa." Jawabku singkat.
"Ehm, Yuju-ya. Apa aku boleh bertanya padamu?"
Aku tersenyum, aku akan berusaha mengabulkannya karena ia sama sekali tak pernah meminta apapun selama kami berhubungan. "Ne, oppa, selama aku sanggup menjawabnya."

"Yuju-ya, tolong jawab dengan jujur, ne? Setiap kali aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, kau hanya menjawabnya hanya dengan kata aku tahu dan tak pernah mengatakan bahwa kau juga mencintaiku. Jadi, apa kau memang mencintaiku?"

Aku menunduk, sepertinya tubuhku bergetar saat ini, mengapa harus hari ini? Dadaku benar-benar terasa sesak saat ini. Mataku berair dan semakin lama semakin memenuhi pelupuknya. Aku menangis.
Beberapa detik selanjutnya, aku sudah ada dalam pelukan Zuho-ssi, ia memelukku dengan hangat.
Tangannya menepuk-nepuk kepalaku pelan, ia tetap diam selama aku masih terus menangis. Apakah ia sebenarnya mengetahui apa yang kusembunyikan selama ini? Ya Tuhan, mengapa semuanya begitu cepat? Aku hanya tidak ingin melihat orang lain terluka.

"Sudahlah tidak apa-apa, aku juga tidak mau mengekangmu. Jinjja mianhaeyo, hm?" Zuho menenangkan diriku dengan perkataannya yang justru membuatku semakin merasa bersalah.

Aku tak dapat berkata-kata lagi, semuanya mulai terlihat jelas, akulah orang yang paling kejam selama ini. Akulah dalang di balik masalah ini. Isakanku semakin terdengar jelas, maka saat itu juga aku menyatakan permohonan maafku pada seseorang yang sedang memelukku saat ini, "Oppa, mianhae....."

Sedetik kemudian aku melepaskan pelukan Zuho dan langsung berlari menuju luar gedung sekolah, meninggalkan setiap kenangan menyedihkan selama tiga puluh hari terakhir ini, aku telah berlari dan mengakhiri kisah cinta yang justru menyebabkan orang lain menderita ini. Sesampainya di halte bus, aku beruntung karena tak lama kemudian bus  yang akan membawaku pergi entah ke mana datang. Aku masih terisak, bahkan beberapa orang di sini memandangku dengan tatapan kebingungan. Mungkin mereka merasa terganggu denganku, atau bahkan mereka penasaran padaku. Aku segera duduk di bangku yang berada di tengah badan bus. Di sana aku duduk bersama seorang laki-laki berjaket yang sedang memerhatikan jendela luar bus, hanya saja aku tak mau ambil pusing dengan orang asing itu.

Ya Tuhan, mengapa aku harus seperti ini? Jujur saja aku tak bisa mengerti apa yang telah kuperbuat. Aku paham, apa yang kulakukan selama ini memang jahat, aku tak memikirkan perasaan orang lain dan malah tidak menepati janji yang kuucapkan untuk diriku sendiri bahwa aku akan berjanji untuk mencoba mencintai Zuho oppa. Aku akan mencoba untuk membalas perasaannya dan membalas kebaikan hatinya. Tapi kenapa justru orang lain yang kuharapkan? Kenapa justru orang asing yang bahkan tak kuketahui sama sekali siapa dia. Hanya sebatas pertemuan singkat yang jika dibandingkan dengan waktu di mana aku mengenal Zuho oppa sangatlah jauh. Tak ayal, aku hanya bisa meredam tangisanku di balik riuhnya suara orang-orang yang berada di dalam bus ini. Namun yang membuatku bingung, tiba-tiba saja aku merasakan seseorang memelukku. Direngkuhnya tubuhku dengan lembut dan sentuhannya sedikit membuatku tenang. Karena merasa penasaran, akhirnya kuberanikan diriku untuk melihat siapa orang itu. Kubuka mataku perlahan, dan kemudian aku menangkap sosok berjaket yang sejak tadi duduk di sampingku.


"Jaeyoon oppa?!"

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang