CHAPTER 10

21 3 0
                                    

"Yuju-ya, aku menyukaimu. Anni, anni, lebih dari itu. Hm, jadi apa kau mau menjadi yeoja chingu-ku?" kata-kata itu membuatku merasa ingin lari.
Baru kali ini aku mendapati seseorang yang menyatakan perasaannya di hadapanku, apalagi dengan sebuket bunga yang sangat indah, aku tidak tahu bunga apa itu karena aku tidak terlalu menyukai bunga.

Mataku menerawang, pikiranku juga berkelana ke mana-mana. Aku teringat saat Zuho oppa benar-benar berubah pertama kali, jujur saja aku bahagia mengetahuinya, tapi aku sungguh-sungguh bingung untuk memberikan jawaban. Aku tidak mau membuat orang lain merasa kecewa, apalagi akulah penyebabnya, tapi bagaimana jika menyangkut masalah perasaan? Aku menyukai Jaeyoon oppa, tamuku yang baru datang kemarin, sedangkan hari ini Zuho oppa menyatakan perasaannya padaku. Ini untuk pertama kalinya.

"Ah, tidak apa-apa jika kau menolak-" aku memotong perkataan Zuho.

"Anniyo, aku menerima perasaanmu, oppa." jawabku perlahan dengan perasaan yang sedikit tercekat.

Suara Zuho oppa yang berat terdengar seperti terkejut, "Apa kau serius?"

Untuk kesekian kalinya aku mengangguk, "Ne."

Zuho oppa tersenyum lebar,kemudian ia kembali berkata, "Gomawo, Yuju-ya! Aku akan menjagamu sampai kapanpun!"

Kami berdua bangkit untuk memesan makanan untuk Eunha yang telah kujanjikan tadi, sebenarnya Zuho oppa sudah memesan beberapa makanan untukku, tapi kembali lagi dengan apa yang terjadi tadi itu membuatku sedikit tidak bernafsu untuk memakan apapun. Zuho oppa hanya membawakan minuman untukku setelah kami keluar dari kafetaria, bunga yang tadi kuterima juga masih ada di genggamanku, lebih baik aku bersikap sebaik mungkin jika tidak mau menyakiti hati namja yang sekarang sudah menjadi kekasihku.
Zuho oppa merangkul pundakku sambil terus berjalan, "Yuju-ya, apa kau sudah pernah berhubungan dengan namja lain sebelum ini?"
Kegugupanku kembali datang, suaraku jadi sedikit bergetar karenanya, "Anniyo, aku bahkan tidak tahu harus bagaimana saat oppa mengatakannya." jawabku sambil sedikit terkekeh.
Zuho oppa juga ikut tertawa, "Jinjja? Kau ini lucu sekali, chagi. Bisa-bisa aku merasa ketagihab dengan kepolosanmu itu."

Chagi?

"Ah, aku tidak polos, oppa. Usiaku sudah sembilan belas tahun." kataku mengoreksi.
Tawa beratnya kembali kudengar, "Ne, ne, mianhaeyo, chagi. Eh, aku boleh memanggilmu seperti itu, kan?"
Aku terdiam sejenak, lalu kepalaku mengangguk secara otomatis.

Kami sedang melewati perpustakaan saat aku melihat Dokyeom duduk di dekat tangga samping menuju ke gedung utama, aku memanggilnya sambil melambaikan tanganku, "Dokyeomie! Kau sedang apa?"

Aku dan Zuho oppa menghampirinya, sekalian saja moment ini bisa jadi moment perkenalan mereka berdua

Dokyeom bangkit dan tersenyum ramah padaku, senyum yang selama ini kulihat, "Yuju-ah! Aku hanya duduk saja di sini. Ah, annyeong haseyo, Dokyeom imnida!" kata Dokyeom sembari menjabat tangan Zuho oppa
Namja di sampingku pun membalas ajakan Dokyeom, "Annyeong haseyo, Zuho imnida. Eh, kau adalah murid baru, bukan? Yang tinggal bersama keluarga Rowoon dan Yuju? Selamat berteman denganku juga kalau begitu."

Dokyeom tersenyum sopan, "Ne, sunbae. Hm, ah, aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi...." ada jeda beberapa detik saat Dokyeom terkekeh, "Kalian baru saja menjalin hubungan, ya?"

Ya Tuhan, sepertinya mataku mulai berair sekarang. "Ne." kataku.

Dokyeom bersiap untuk melakukan aegyo-nya lagi, "Semoga kalian bisa saling mencintai lebih lama lagi."

Zuho oppa tertawa mendengar suara Dokyeom sampai bahunya bergerak naik-turun, "Kau ini lucu sekali, Dokyeom!" katanya di sela tawa.

Aku berpikir bahwa Dokyeom pasti salah sangka setelah semalam ia bertanya padaku mengenai perasaanku terhadap sepupuku, dan sekarang justru akulah yang menjadi kekasih dari sahabat sepupuku. Ini membingungkan.

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang