CHAPTER 7

22 9 0
                                    

Aku sedang mengerjakan tugasku saat seseorang mengetuk pintu kamarku, sepertinya bukan orangtuaku atau Seokwo oppa, karena biasanya mereka mempunyai cara yang berbeda untuk memanggilku.

"Mianhaeyo, Nona Yuju, aku Dokyeom. Apa aku bisa bicara denganmu?"

Aku menghentikan aktivitasku sejenak dan membuka pintu, "Hajimarayo, Seokmin-ssi, kupikir tadi itu siapa...." Jadi, nama panggilannya adalah Dokyeom?

Ia tersenyum lebar sambil menggaruk tengkuknya, "Hm, apa aku mengganggumu? Maaf kalau tidak sopan."

Aku tersenyum kecil, "Anio, na gwenchana, Dokyeom-ssi. Kau ingin bicara apa? Kita bisa mengobrol di teras dan aku akan mengerjakan tugasku di sana, bagaimana?" aku menawarkan.

Laki-laki di hadapanku ini tampak terkejut, "Oh, sorry, kalau aku mengganggu, sebaiknya tidak usah saja, aku tidak ingin mengganggumu, Nona Yuju. Sekali lagi aku minta maaf."

Aku kembali tersenyum, "Sebenarnya tidak, Dokyeom-ssi....."

"Ah, anio.....panggil saja Dokyeom," ia mengoreksi perkataanku.

"........ne, Dokyeom. Hanya tinggal beberapa poin saja. Kalau kau tidak keberatan, aku akan menyelesaikannya dulu,"

Dokyeom tersenyum, "Okay!" jawabnya dengan suara yang sangat imut. Ternyata ia pandai melakukan aegyo.

Aku mempersilakan tamuku untuk masuk dan duduk di bangku yang ada di kamarku, kemudian menuangkan jus yang ada di cerek ke dalam gelas yang sejak tadi belum kugunakan untuk Dokyeom.

Sejujurnya aku masih sedikit merasa aneh ketika ada orang asing di dalam kamarku, tapi mau bagaimana lagi, dia adalah tamuku. Lagipula aku juga ingin menanyakan satu hal yang membuatku bingung sejak tadi, apa alasannya mencariku?

Tugas yang kukerjakan kali ini adalah tugas matematika, cukup sulit menurutku karena aku belum terlalu memahami materi yang dijelaskan selama aku mengikuti Olimpiade Olahraga Antarsiswa Korea Selatan. Harusnya itu tidak boleh terjadi, bukan? Aku bukan tipe siswa yang tidak menyukai salah satu pelajaran yang sulit, tetapi justru aku menyukai semua pelajaran yang kebanyakan tidak disukai teman-temanku.

Akhirnya setelah aku sampai pada nomor terakhir, aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengerjakan soal ini. Bibirku sedikit mengeluarkan decakan bersamaan dengan Dokyeom yang bertanya padaku apakah ada sesuatu yang bisa ia bantu. Tentu saja aku berharap bahwa ia bisa menolongku menyelesaikan tugas ini. Dokyeom mendekat padaku dan membaca tulisan di bukuku, "Ah, aku tahu...." katanya setelah itu.

"Benarkah? Apa kau mau membantuku mengerjakan soal ini, Dokyeom-ssi?" aku menatapnya dengan penuh harapan.

Dokyeom menatapku, memberikan senyuman bulan sabitnya, "Ya, aku akan mencoba membantumu, Nona Yuju."

Ia memegang pensilku dan mengajariku bagaimana cara mengerjakannya perlahan-lahan, mungkin jika kuhitung kami menyelesaikan soal ini hanya dalam waktu tiga menit dengan cara mengajarnya yang benar-benar baik.

Ia menjelaskan semuanya padaku secara rinci, dan aku beruntung bisa menangkapnya dengan mudah, mungkin karena ia juga sudah biasa mengerjakan soal-soal yang sulit di pelajaran berhitung. Setelah aku mengerti, aku menyalin apa yang kutangkap dari ajarannya tadi ke buku tulisku dengan bahasaku sendiri. Kemudian ia kembali mengecek apakah jawabanku benar atau tidak, dan jawabannya singkat, "Benar!"

Dokyeom-ssi tersenyum lagi padaku, "Kau hebat Nona Yuju, dapat menangkap materi secepat itu,"

Aku tersenyum malu, "Ah, gamsahamnida, Dokyeom. Itu semua karena cara mengajarmu yang sangat baik, jadi aku juga mudah menangkapnya. Gamsahamnida," kataku lagi.

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang