CHAPTER 17

20 2 0
                                    

Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir sekolah, Eunha mengatakan bahwa ia akan membeli sesuatu untuk ia berikan kepada sepupu Yuju saat bertemu nanti. Ia merupakan penggemar rahasia Seokwoo sejak lama, jadi ini merupakan suatu kesempatan yang tak akan disia-siakan olehnya selama Seokwoo masih menanggapinya dengan baik. Yuju sendiri berjalan menuju ke kelasnya yang berada di lantai dua dengan perasaan yang masih sama. Ia tak tahu harus berekspresi bagaimana untuk menemui orang-orang yang biasanya selalu mendapat senyuman darinya karena hari ini mood-nya benar-benar buruk. Ponselnya sejak tadi berdering, entah siapa yang menghubunginya, Yuju tak peduli. Raut muka dan tatapannya benar-benar kosong, seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Untung saja sekolah belum terlalu ramai, hanya ada sunbaenim (senior) yang sejak tadi berjalan di sisinya.

Ketika ia baru saja akan menaiki anak tangga ke-5 menuju ke lantai atas, tiba-tiba tubuhnya tak seimbang karena kakinya terbentur dan ia sempat sedikit terpeleset. Akibatnya ia terjatuh dan teriakannya sempat membuat semua orang yang berada di sekitarnya berlarian panik menuju ke arahnya. "Akhhh!" rintih Yuju. Ia benar-benar kesakitan dan tak tahan ketika lukanya itu mengeluarkan darah. Rasanya benar-benar nyeri sampai akhirnya ada seseorang yang menerobos ke arah kerumunan yang sedang berusaha menolong Yuju. "Ada apa ini?" ada jeda beberapa saat sejak seorang laki-laki berhasil masuk ke barisan orang-orang itu, "Ya ampun Yuju?!" orang itu kemudian langsung membawa Yuju dalam gendongannya saat Yuju tak sadarkan diri. Orang itu benar-benar panik dan khawatir mengenai keadaan kaki Yuju yang sampai berdarah. Ia tahu rasanya memang sakit, oleh karena itu ia dengan tergesa membawa Yuju ke Unit Kesehatan, ia berlari kencang, ia bahkan tak peduli lagi dengan keselamatannya sendiri demi Yuju.

Para siswa yang melihat Yuju sedang tidak sadarkan diri langsung membuka jalan untuk mereka berdua, kemudian pintu Unit Kesehatan yang tadi sempat terkunci. Dengan cepat, orang tadi langsung membaringkan tubuh Yuju di ranjang dan membersihkan luka Yuju yang semakin banyak mengeluarkan darah, setelah itu ia membalut luka Yuju. Air matanya tak bisa ia tahan karena ia benar-benar mengkhawatirkan seseorang yang kini sedang tak sadarkan diri, ia sangat takut akan terjadi sesuatu pada seseorang yang pernah menjadi gadisnya itu. Tangannya menggenggam erat tangan lembut Yuju dan menciuminya pelan, "Kumohon bangunlah, Yuju-ya..." suaranya yang berat dan sedikit serak berhasil keluar dari dalam mulutnya.

Yuju yang dalam tidurnya masih merasakan nyeri yang amat sangat pada kaki dan lukanya tadi mendengar rintihan pelan dari mantan kekasihnya, ia tak ingin mendengar orang lain menangis karenanya, ia juga tak ingin orang lain menjadi cengeng hanya karena melihat lukanya yang mungkin tak seberapa, sehingga ia ingin sekali saja mengusap lembut kepala sosok yang selama ini berusaha membuatnya bahagia, ia ingin menghapus kesedihan dan meminta maaf atas apa yang terjadi. Matanya membuka pelan, ia lalu mengangkat sebelah tangannya yang bebas dan memberanikan dirinya untuk menyentuh Zuho. "Oppa...." panggilnya lemah.

Zuho terkejut bukan kepalang, antara senang dan khawatir berada dalam benaknya, tanpa malu ia menunjukkan sisi perhatiannya kepada Yuju yang saat ini bukan miliknya lagi, "Kau baik-baik saja, Yuju?" Matanya masih sembap dan ada beberapa air mata yang masih menetes dari pelupuknya. Tangannya mengusap pelan rambut Yuju dengan penuh perasaan.

Yuju tersenyum kecil, "Oppa, jinjja gomawo... dan aku benar-benar minta maaf atas semua perbuatanku terhadap oppa, aku benar-benar pasrah sekarang. Oppa boleh menghukumku..." (terima kasih banyak)

Pria dengan hidung mancung itu menggeleng, "Tidak perlu, Yuju... aku tahu kau bagaimana. Aku memang salah sejak awal, aku membuatmu merasa tidak bebas selama satu bulan yang lalu. Aku benar-benar minta maaf, ne? Apa lukamu masih sangat sakit?"

Dalam kondisi begini pun oppa masih mau mengkhawatirkanku? -batin Yuju. Yuju mengangguk, ia masih merasa nyeri di kakinya, dan dengan begitu ia akan sulit untuk menepati janjinya bersama Eunha tadi. Bahwa ia akan menemani Eunha bertemu dengan Seokwoo. Yuju menggeleng sebal, mengapa setiap kali ia akan menepati suatu janji pasti ada saja halangan yang membuatnya merasa frustasi. Ia tak mau melukai janjinya, apalagi dengan sahabatnya sendiri. Ia tetap bertekad untuk menemani Eunha meskipun kakinya terluka, bagaimanapun caranya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang