CHAPTER 9

22 4 0
                                    

Aku sedang mendengarkan musik dari headphone-ku ketika Eunha memanggilku, seperti biasa mungkin ia akan menceritakan apa yang ia alami, tetapi rupanya tidak untuk kali ini. Ia duduk di sampingku dan mulai bercerita, sementara aku sendiri masih terlalu fokus dengan lagu yang kudengarkan, bahkan aku hampir tidak mendengar apa saja perkataannya. Tanganku yang sedang menggenggam pulpen perlahan mulai menulis kata-kata yang mengalir begitu saja dari pikiranku, tapi Eunha kembali mengejutkanku dengan menjitak kepalaku, "Aigo! Jadi sejak tadi kau tidak mendengarkanku, ya?" wajahnya berubah menjadi imut saat marah.

Kuusap bagian yang tadi Eunha pukul, kemudian aku langsung meminta maaf karena Eunha lebih tua dariku sekitar lima bulan. Jadi aku tetap merasa tidak sopan, "Mianhae, Eunha-ya. Kau bicara apa tadi?" tanyaku.

Eunha memajukkan bibirnya, "Ish, kau ini... Dengar, Zuho-sunbae sedang menunggumu di kafetaria, apa masih butuh penjelasan lagi?" ungkapnya kemudian.

"Aih, Zuho oppa? Ada apa? Mengapa dia menungguku di sana? Apa juga ada Seokwoo oppa?" tanyaku bertubi-tubi.

"Yuju-ya, mana aku tahu. Tadi dia hanya mengatakan bahwa dia memintamu untuk datang ke kafetaria, bisa jadi kau akan ditraktir makan siang? Atau entahlah. Hei, karena aku telah memberitahumu, jadi jangan lupa bawakan aku satu makanan ya?" di akhir kalimatnya, Eunha melebarkan senyumnya hingga membentuk cengiran uniknya.

 Hei, karena aku telah memberitahumu, jadi jangan lupa bawakan aku satu makanan ya?" di akhir kalimatnya, Eunha melebarkan senyumnya hingga membentuk cengiran uniknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yak, kau itu sama saja, Eunha-ya! Baiklah, baiklah. Jadi ia menyuruhku untuk datang ke kafetaria sekarang?"

Eunha mengangguk dengan ekspresi lucu, kalau begini aku sudah tidak bisa apa-apa. Jadi aku harus berterima kasih pada Eunha karena setiap kali aku merasa kesal, ialah orang yang paling sering meredakan emosiku. "Ne, gomawo, Eunha-ya!"

Aku berjalan santai menuju ke kafetaria, sebetulnya aku tidak terlalu penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Zuho oppa, aku kan sudah cukup lama mengenalnya, bisa saja ia juga mengajak Seokwoo untuk makan bersama. Berhubung sekarang adalah jam istirahat, suasananya jadi berkali-kali lebih ramai, apalagi dengan anak-anak tim basket yang sedang berlatih di lapangan dekat kafetaria, pasti mengundang banyak siswa untuk menyaksikannya.

Aku langsung menemukan Zuho oppa yang duduk di bangku yang biasa kami tempati, di sudut ruangan. Dengan percaya diri aku menghampirinya, "Annyeong, oppa!" sapaku sambil tersenyum, mataku mencari-cari di mana sepupuku, tetapi tetap tidak ada. "Di mana Seokwoo oppa?"

Zuho oppa tersenyum ramah padaku, mungkin bagi orang-orang yang belum mengenalnya, senyum ini merupakan senyuman yang mengejutkan, tetapi tidak untukku karena sahabat sepupuku ini sudah ratusan kali tersenyum padaku seperti ini. "Dia tidak datang, Yuju-ah. Apa kau mau duduk sebentar saja?"

Aku menunduk, "Ne, oppa." selanjutnya aku duduk di bangku yang ada di hadapan Zuho oppa. "Jadi, oppa ingin membicarakan apa denganku? Sampai-sampai tidak mengajak Seokwoo oppa, hm?"

Zuho oppa menatapku dengan sedikit gugup, bibirnya bergerak berkali-kali sebelum akhirnya benar-benar mengucapkan sesuatu, "Yuju-ya, aku tahu kau dan Rowoon sudah terlampau dekat, sampai-sampai aku sendiri iri padanya, aku ingin memiliki adik sepertimu yang selalu bisa membuatku tersenyum setiap hari." katanya.

Senyumku kembali merekah dan ada perasaan bahagia di dalamnya, "Oppa, kalau begitu anggap saja aku sebagai adikmu, sama seperti Seokwoo oppa. Kita kan juga sudah sangat dekat, itu mudah, kan?" aku menjawabnya tanpa kesulitan.

Zuho oppa menatap mataku lebih dalam, "Anni, aku mengerti. Tapi bukan itu yang kumaksud."

Mataku melebar, aku jadi lebih bingung sekarang, "Mianhae, lalu apa yang oppa maksud?"

Zuho oppa memegang kedua tanganku di atas meja, kali ini akulah yang merasa gugup, "Yuju-ya, kau tahu kan aku adalah namja yang dingin di hadapan hampir semua orang?" aku hanya mengangguk.

"Kau juga tahu kan kalau aku hanya bisa berbicara dan lebih terbuka jika bersama denganmu dan Rowoon?"

"Ne." jawabku singkat.

"Jadi....aku tahu ini konyol, tapi rasanya ini benar-benar nyata, Yuju-ya. Aku merasa ada yang aneh pada diriku setiap kali kau tersenyum dan mau bicara padaku."

Aku menatap meja tanpa menundukkan wajahku, kini aku tahu apa yang menjadi arah pembicaraan sahabat dekat sepupuku ini, tapi aku hanya diam saja tanpa tahu apa yang harus kukatakan.

"Yuju-ya, aku menyukaimu."


***

Nah, Zuho itu yang ada di video atas ^ Hehe
Gimana nih, ceritanya bikin penasaran ga?
Terus kira-kira apa yang jawaban Yuju???
Vomment juseyo ^^

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang