CHAPTER 8

18 4 0
                                    

"Annyeong." Yuju membungkukkan badannya saat ia berpapasan dengan tamunya di tangga menuju ke ruang tengah.

"Annyeong, Yuju-ya. Apa kau akan berangkat sekolah?" namja bernama Jaeyoon itu membalas sapaan Yuju dengan hangat.

"Ne, mianhae, aku harus memanggil dengan sebutan apa?" Yuju terlihat sangat gugup ketika berhadapan dengan kakak Dokyeom.

Jaeyoon terkekeh kemudian tangannya mengacak rambut Yuju yang tergerai bebas, "Panggil saja 'Oppa', jangan terlalu formal denganku, okay?"

Yuju mengangguk paham, "Ne, Oppa."

"Kalau begitu kita berangkat bersama-sama saja, bagaimana? DK juga satu sekolah denganmu dan Rowoon, bukan?"

Yuju tampak bingung, ia tak mau merepotkan tamunya ini, tetapi ia juga merasa tidak enak jika menolaknya, "Apa Dokyeomie tidak keberatan?"

Jaeyoon terkejut, mulutnya terbuka dengan ekspresi yang lucu. "Dokyeomie? Ah lucu sekali! Rupanya adikku sudah bisa menarik perhatian yeoja manis sepertimu, Yuju-ya!"

Sebenarnya Yuju tidak begitu mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Jaeyoon, dan sebagai responnya ia hanya tersenyum sopan.

***

"Oppa! Jangan minum susuku!" kataku saat Seokwoo mengambil susuku yang kutaruh di depan piringki.

Terlambat. Seokwoo sudah meneguknya sampai habis.

Karena aku kesal, aku hanya membalas tatapan sepupuku dengan malas, lalu tiba-tiba Jaeyoon memberikan susunya padaku. "Minum saja milikku, Yuju-ya. Tidak apa-apa," saat ia tersenyum, lesung pipinya kembali tampak, ia sangat tampan!

"Anni, oppa. Tidak perlu, ini kan punyamu, aku tidak apa-apa
Hm, sepertinya aku harus berangkat sekarang." aku menatap jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.

"Oh, Yuju-ah. Chamkkaman, kau berangkat bersama kami, kan?" Dokyeom angkat bicara.

Aku menoleh ke Seokwoo dan ia tersenyum meng-iyakan. Apa ini benar-benar bukan sebuah kebetulan?

Sepertinya aku setuju bukan karena sekolah kami memang sama, tapi karena Jaeyoon oppa yang menawariku pagi tadi. Jadi, apa aku mulai menyukainya?

"Yak! Jangan terlalu lama berpikir, Yuju-ah! Cepat ambil tasmu," kata Dokyeom lagi.

Aku menggaruk kepalaku karena merasa malu. Setelah itu aku memakai tas punggungku dan berpamitan dengan keluarga besarku -- keluarga Choi, Kim, dan keluarga Lee --
Seokwoo berjalan sambil merangkul pundakku dan kepalanya disandarkan di puncak kepalaku, "Apa kau lupa mengatakan maaf padaku, oppa?" godaku.

Seokwoo justru mengeratkan rangkulannya, membuat tubuhku jadi lebih dekat dengannya, ia tetap diam dan tak mengeluarkan sepatah katapun. "Baiklah kalau begitu, tidak usah bicara denganku lagi." kataku kemudian.

Namjaku ini bergerak tidak nyaman setelah kata-kataku baru saja, ia lalu berhenti saat kami telah sampai di depan mobil Keluarga Kim, matanya menatapku, "Mianhaeyo, Yuju-ah. Jangan marah padaku lagi, ya? Aku menyayangimu." Seokwoo melakukan aegyo agar membuatku tidak marah lagi, dan seperti biasa, ia berhasil.

Aku tersenyum lebar, bagaimana bisa aku marah pada namjaku yang sangat tampan dan lucu ini? Lagipula aku hanya kesal karena kebiasaannya meminum susuku saat sarapan, itu kesalahan kecil kan?

Akhirnya aku masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Dokyeom yang sejak tadi melihat ke arahku dan Seokwoo. Ia masih tersenyum manis padaku, bahkan jika ia adalah saudara kandungku, aku akan memintanya untuk tersenyum setiap waktu, karena senyumnya itu benar-benar lucu.

Aku mendekatkan bibirku pada telinganya, kemudian aku berbisik, "Jangan buat aku meleleh, Dokyeomie!"

Ia menatapku bingung, "Lalu aku harus bagaimana?"

Aku meliriknya jail, "Kau harus ber-aegyo untukku setiap hari, apa kau mau?"

Dokyeom melebarkan senyumnya lagi, "Itu bukan masalah, Choi Yuna!" suaranya sangat lucu saat membisikkan jawabannya. Yak, aku menang!

Jaeyoon dan Seokwoo oppa tertawa melihat kami berdua bertingkah seperti anak kecil. Memangnya tidak boleh ya?

Oh, Ya Tuhan! Saat Jaeyoon bertatap mata denganku, aku bisa melihat matanya yang dalam dan ramah!
Sungguh, ia lebih pantas menjadi seorang publik figur daripada hanya menjadi orang biasa. Siapapun yang bisa mendapatkan hatinya pasti akan sangat beruntung, sebab ia adalah namja yang begitu baik.

Tiba-tiba Dokyeom mengejutkanku dengan aegyonya, "Nuna, kau memikirkan apa?"

Mataku melebar, "Yak! Dokyeomi, kau lebih tua dariku...." jawabku bingung.

"Hanya beberapa bulan saja kok." ia menjulurkan lidahnya untuk mengejekku.

Aku sendiri hanya memajukan bibirku karena malu, lalu tidak terasa rupanya kami sudah sampai di depan gerbang sekolah. Astaga! Berapa lama aku melamunkan Jaeyoon dalam pikiranku?

Aku segera membuka pintu mobil dan keluar, menunggu dua namja lain untuk menyusulku. Kemudian aku mengucapkan terima kasihku pada Jaeyoon yang melongokkan kepalanya dari kaca mobil, "Gamsahamnida, Oppa!"

Tangannya terulur lagi untuk mengacak rambutku, "Sudah kubilang jangan terlalu formal padaki, Yuju-yaaaa! Kau ini menggemaskan sekali."

Aku merasa malu sekali saat ini, apalagi Jaeyoon oppa berada tepat di hadapanku, "Ne, mianhae. Aku lupa," aku kemudian terkekeh, "ah, gomawo ne? Hati-hati di jalan,ya?"

"Ne, belajar sungguh-sungguh. Hei, DK, Rowoon! Aku pergi dulu, ya!"

Dokyeom dan Seokwoo balas berteriak, "Ne, hyung! Gomawo."

Setelah itu, mobil Keluarga Kim sudah menjauh dari gerbang sekolah kami.

Aku, Dokyeom, dan Seokwoo oppa berjalan beriringan menuju halaman sekolah, sementara itu aku hanya mendengarkan apa yang menjadi candaan dua namja di sampingku ini, apalagi Dokyeom yang sedari tadi melakukan aegyo dan berhasil membuatku tertawa, bahkan aku sampai harus menahan tawaku yang hampir meledak.

Aku baru tahu ternyata ia duduk di kelas 2.3.6 sedangkan aku 2.3.1, berarti kami memilih kompetensi yang sama, Department of Practical Music. Kelasnya juga berada di lantai 3 di gedung timur, berjarak satu lantai denganku. Pantas saja Seokwoo mengetahui kabar tentang kepindahannya itu kemarin, dan itu artinya aku harus melewati kelas Dokyeom jika aku akan menemui Seokwoo oppa di kelasnya.

Tiba-tiba saja para gadis yang kami lewati berbisik-bisik ketika melihat aku dan sepupuku bersama dengan Dokyeom, mungkin saja mereka merasa cemburu, padahal aku hanya biasa saja kalau Dokyeom ada di dekatku. "Dokyeomie, sepertinya mereka menyukaimu." bisikku pelan.

Seokwoo oppa berdeham keras, entah itu ditujukan untukku atau pada siswa lain yang sejak tadi menatap Dokyeom. "Kajja oppa, biarkan Dokyeom berbicara dengan mereka, benar kan?" aku menoleh ke Dokyeom dan berusaha mendapatkan jawaban darinya.

"Tidak juga, ayo kita ke kelas." Dokyeom merangkul Seokwoo dan menarik lenganku di saat yang bersamaan.

***

Jaljja, readersku tersayaaang :D eheheh
Gimana sama ceritanya?
Bosan kah?
Hehehh btw aku gatau itu dapat ide dari mana yang tentang susu itu looohh :v
Wkwk
Sesuai janji, itu chapter yang barusan udah mulai banyak kan wordsnyaaa?
Yang chap 7 tadi sampe 1715 dan ini cuma 1003 kata hehe.
Gomawo ^_^
Vomment juseyo :*

Nih aku kasih videonya SF9 yang Easy Love :D kalo ada yang masig bingung sama Rowoon atau Seokwoo, nah dia yang nyanyi pertama kali tuh.
Terus Jaeyoon itu nyanyinya agak belakangan.
Zuho juga ngerappnya yang terakhir kayanya :D

Waiting ~ Don't Ever Regret What HappenedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang