Berpisah part 3

3.1K 300 8
                                    

Normal POV

2 minggu kemudian..

“Ibu! Mina sudah bangun!” Ucap Ibu tirinya Mina.

“Tolong panggil dokter, Aiko.” Ucap Nenek Mina yang melihat Mina membuka matanya.

“Mina, ini nenek sayang. Oh terima kasih tuhan.” Ucap nenek Mina memegang tangan Mina.

Dokter memasuki kamar Mina, mengambil semua peralatan medisnya menangani pasiennya yang baru tersadarkan setelah 2 minggu musibah menimpanya.
.
.
.

“Jimin.. kenapa kau seperti ini terus nak?” Tanya ibunya Jimin melihat Jimin sangat lesu.

Jimin tidak menjawabnya, dia hanya terdiam di tempat tidurnya. Matanya sudah tidak bisa mengeluarkan air mata nya lagi.

“Kau harus sekolah nak, gurumu semua melenepon ibu, bila kau tidak masuk sekolah mereka akan mengirim surat kau akan dikeluarkan dari sekolah, Jimin.” Lanjut ibunya mengelus pundak Jimin yang masih terdiam.

Tapi tetap saja, Jimin puasa bicara selama dia pulang dari Jepang. Tidak berniat keluar dari kamarnya, bahkan makan saja harus ibunya yang menyuapinya, jika tidak dia tidak ingat sama sekali untuk makan.

“Apa kau masih memikirkan Mina?” Tanya Ibunya. Jimin masih diam.

“Ikhlaskan nak, kematian bukan keinginan kita. Semua orang pasti akan hilang di bumi ini cepat atau lambat. Kau tidak boleh menghukum dirimu sendiri Jimin.” Lanjut Ibunya mengelus wajah Jimin.

“Ibu yakin Mina sekarang sudah memaafkan mu, bayangkan Mina pasti akan tersenyum disana. Mina itu suka sekali tersenyum.” Ucap Ibunya membuat Jimin kembali mengeluarkan air matanya dengan wajah masih terdiam.

“Mandilah, Jimin. Kau sudah 3 hari belum berganti baju.” Ucap Ibunya Jimin menghapus air mata Jimin.

“Ibu..” Panggil Jimin pelan.

“Hm?” Balas Ibunya yang tersenyum mendengar suara Jimin lagi sekian lamanya.

“Apa aku bisa hidup bu?” Lanjut Jimin dengan wajah datarnya. Membuat ibunya Jimin terdiam.

“Tentu saja kau harus hidup Jimin.” Ucap Ibunya.

“Aku tidak yakin bisa jika nyawa ku saja pergi meninggalkanku bu.” Ucap Jimin.

“Ibu yakin Mina akan membencimu jika kau mengikuti jejaknya.” Ucap Ibunya Jimin lagi. Tapi Jimin hanya terdiam.

“Kau ingin mengunjungi keluarga Mina untuk berdoa di abu Mina tidak? Temani ibu, ibu belum mengunjungi mereka sama sekali semenjak kepergian Mina. Kau mau?” Tanya Ibunya Jimin sedikit berusaha menghibur Jimin.

Jimin masih terdiam.

“Ayolah Jimin, untuk kali ini saja. Kau sudah lama tidak keluar rumah kan? Kita akan ke Jepang menemui keluarga Mina untuk terakhir kalinya.” Lanjut Ibunya Jimin. Jimin akhirnya melihat kearah ibunya.

“Hm? Bagaimana? Kita akan melihat makamnya untuk terakhir kalinya?” Ucap Ibunya Jimin sambil tersenyum.

“Baiklah.” Ucap Jimin terdiam.

“Mandilah. Ibu akan memesan tiket untuk pergi ke Jepang hari ini.” Ucap Ibunya pergi dari kamar Jimin.
.
.
.

“Bagaimana keadaan Mina, bu?” Tanya ayahnya yang baru sampai di rumah sakit.

“Mina sekarang sudah tidak apa – apa, tubuh dalamnya sudah stabil semua, hari ini bisa dibawa pulang kerumah kata dokter. Mungkin hawa rumah akan membuatnya lebih tenang.” Ucap Neneknya.

Gone 「Jimina」 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang