WARNING!! Sebagian chapter ini mengandung muatan 15+!! Bagi yang di bawah umur atau tidak nyaman dengan konten yang ada, silakan melompati bagiannya!!
***
Aku hanya terbawa suasana ingin menyentuh wajahnya. Tapi aku lupa bahwa itu hal paling beresiko dan sangat berbahaya bagiku.
Orang yang tidur disampingku adalah malaikat kecil yang kemarin. Namun saat terbangun, dia berubah menjadi iblis.
Sekarang aku akan dibunuh olehnya.
'Srat!' Hibari memindahkan posisinya jadi di atasku. Kedua tangannya menggenggam tanganku dengan sangat erat disamping kepalaku.
"M-Maaf! A-Aku hanya m-mengigau! Kukira kau itu kucing!!" aku sedikit gemetar.
"Jangan coba-coba berbohong. Sudah jelas matamu terbuka," geramnya.
"M-Maafkan aku!" aku menatapnya takut.
"Hn... disaat seperti ini kau justru takut padaku. Kemana keberanian yang selama ini kau tunjukkan?" Hibari menyeringai seakan-akan meremehkanku.
"Kalau sebelumnya memang aku tidak punya salah! Kau saja yang tidak pernah mendengarkanku!" balasku kesal.
"Kau bahkan membiarkan nanas itu menciummu? Rendahan."
Kenapa dia malah membahas hal itu?! Tidak ada hubungannya, kan?!, pikirku bingung, "A-Apa boleh buat, kan? Aku lengah dan terhipnotis, lagipula kalau tidak kulakukan bisa saja kau tidak bisa kembali seperti semula."
"Aku bisa kembali tanpa harus melakukan hal bodoh," genggamanya semakin erat.
"Ugh! Aku tidak melakukan hal bodoh! Aku kan hanya berusaha membantumu!" aku mencoba melawan.
"Sebegitu rendahnya kau sampai mengorbankan bibirmu hanya untuk hal seperti itu?"
"Tidak kena, kok! Waktunya tepat ketika kau melempar sepatu ke arahnya."
"Hn," Hibari begumam.
"Sekarang lepaskan! Kau tidak pakai baju! Kalau ibu masuk, dia bisa salah sangka," aku meronta-ronta.
Tapi seringaian justru terlukis di wajah Hibari.
"A-Apa?" jantungku seketika berdegup kencang.
"Kalau begitu aku bisa duluan, kan?"
"H-Hah? Apanya yang duluan?!"
"Ini," tanpa kusadari wajah Hibari begitu dekat.
"Hiba--" mulutku dibungkam dengan bibirnya. Aku begitu terkejut sampai tidak bereaksi untuk melawannya. Apa?!
Sangat lama dia menciumku, tapi hanya ciuman ringan. Kemudian, dia menjauhkan kepalanya lagi.
"Apa-apaan itu?!" seruku dengan wajah yang terasa panas.
"Aku tidak mau ada hal didului olehnya," Hibari terlihat kesal.
Apa maksudnya?, aku menatap Hibari. Aku tidak pernah bisa mengerti apa yang dia pikirkan. Apa yang dia lakukan tidak bisa ditebak apa maksud dan tujuannya.
"Kau ini... benar-benar menggangguku," Hibari menajamkan matanya padaku sambil mendekatkan kepalanya lagi. Aku berusaha menghindarkan kepalaku tapi tiba-tiba dia menahan pipiku dengan satu tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cloudy Heart {Hibari x Reader}
FanfictionSeperti bangsawan penyendiri yang tak terikat oleh apapun. Seperti awan yang melayang dan tak dapat di tangkap. Hibari Kyōya, ketua komite kedisiplinan SMA Namimori sekaligus orang yang sudah menguasai hampir seluruh daerah Kota Namimori. Sementara...