Boys Heart {Chapter 14}

514 71 13
                                    

"Alaude-san?" aku berbisik sambil mengintip.

Alaude tengah duduk di depan altar merapatkan kedua telapak tangannya. Hanya diterangi sebuah lilin yang di letakkan disampingnya.

Ng-Ngepet?, pikirku ngaco. Tidak, tidak, tentu tidak mungkin...

"Fon bilang padaku hari ini, Kyoya membawa anak perempuan itu lagi," tiba-tiba Alaude berbicara.  Aku pun duduk bersender di depan pintu mendengarkan Alaude.

'Deg' jantungku seketika berdetak kencang.

K-Kenapa aku gugup?, pikirku mengerutkan baju di tengah dada.

"Kukira dia mau mengenalkan anak itu padaku sebagai calon menantu."

Tidak! Tidak! Tidak mungkin juga iblis seperti Hibari melakukan itu!, aku menekuk wajah dengan kesal.

"Tapi kuharap..."

"Anak itu bisa merubah Kyōya."

Wajahku mengendur, sedikit terkejut. Tidak disangka Alaude-san berpikir seperti itu tentangku. Kukira dia berpikir aku hanya perempuan yang aneh.

"Yah, meski awalnya kupikir dia anak aneh."

Beneran?!, aku terkejut.

"Anak yang benar-benar aneh mau mengunjungi rumah ini. Rumah yang orang-orang paling takuti."

Aku membalikkan badan dan melihat Alaude lagi.

"Hei, menurutmu aku laki-laki yang buruk?"

Untuk sesaat itu membuatku terkejut, karena kukira dia bicara padaku. Tapi, wajahnya menatap foto ibu Hibari dengan wajah yang belum pernah kulihat sebelumnya dari Alaude.

"Anakmu itu... sepertinya masih kecil. Dia masih sama saja seperti dulu. Tapi mungkin ini salahku karena jarang berkumpul dengan kalian. Sekarang dia bersikap seakan-akan aku yang membunuhmu, dia berpikir bahwa aku tidak pernah 'berbicara' lagi denganmu," Alaude mengambil foto ibu Hibari dan mengusap foto itu.

"Padahal setiap malam aku selalu duduk di depanmu."

Mataku melebar melihat apa yang disana. Bukan karena melihat Alaude mengusap foto istrinya itu. Tapi aku melihat tetesan air di foto itu. Satu-persatu terjatuh. Alaude lalu menempelkan foto itu di keningnya.

"Maafkan aku."

Alaude-san..., rasanya dadaku sesak melihat sisi Alaude yang seperti itu. Aku pun perlahan berdiri dan berjalan sepelan mungkin agar tidak ketahuan. 

Aku tidak jadi mengambil air dan kembali ke kamar Hibari. Posisi tidurnya sudah berubah dan lebih ke pojokan menghadap tembok--membelakangiku. Sepelan mungkin, aku menidurkan badanku dan menatap punggung Hibari. Punggung yang seakan-akan mengatakan bahwa dia selalu sendiri.

"Hibari," aku berbisik sambil menyentuh punggungnya pelan dan menempelkan keningku.

Dingin. Perasaan apa ini? Aku ingin melakukan sesuatu untuknya. Aku ingin mengisi kesepiannya.

Aku ingin menyingkirkan awan gelap yang menutupi hatinya.

#Author P.O.V

Dibalik itu, Hibari sebenarnya terbangun ketika kamu membuka pintu saat kembali ke kamar. Tapi tentu karena penasaran Hibari membiarkanmu membangunkannya seperti itu.

Dia terkejut ketika kamu melekat padanya. Perasaan hangat menyelimuti dadanya. Perasaan yang tidak pernah dia inginkan muncul di hatinya.

Musim gugur yang telah datang, seperti perubahan perasaan orang-orang.

Cloudy Heart {Hibari x Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang