Pagi ini Surya sudah nangkring di depan rumah yang nampak asri. Rumah bergaya Jawa klasik, lengkap dengan pendopo dan halaman yang cukup luas yang ditanami pepohonan rindang. Adem, itu yang Surya rasakan saat pertama kali menginjakan kaki di tempat ini.
Surya merapikan rambut dan pakaiannya. Mengecek semua agar terlihat oke tapi nggak mencolok. Mendengar suara langkah kaki pelan membuat Surya menoleh ke sumber suara.
"Pagi, Bu Darsih." Sapa Surya hangat. Sehangat mentari pagi ini
"Ealah ada Mas Surya to, kok nggak masuk aja mas ke dalem."
"Enak disini Bu, sekalian dede" Surya menjawab sambil mesam-mesem.
"Ono-ono wae to Mas Surya iki, waktu itu juga saya suruh masuk jawabnya juga nyeleneh gini." Bu Darsih ini yang bantu-bantu di rumah ini.
"Surya orangnya emang aneh Mbok. Jadi biarin aja dia mau dede apa siram-siram." seorang cewek berparas ayu keluar dari pintu samping. Dia mendekat dan merangkul Bu Darsih.
"Mbak Rani ini lhoh, Mas Surya ganteng-ganteng gitu kok malah di suruh siram-siram, itu kan sudah tugasnya Yono." Tuturnya lembut. Surya yang dibilang ganteng memberikan senyum merekahnya.
"Percaya deh Mbok, dibalik wibawanya itu dia termasuk salah satu manusia paling nyleneh di muka bumi ini."
"Ealah iya to, Mas?"
"Bu Darsih jangan percaya omongannya Rani, saya orangnya nggak nyleneh kok." Bu Darsih hanya mengangguk-ngangguk sambil menepuk pelan lengan Rani.
Ya, dia Rani. Niar Maharani. Mahasiswi Arsitektur sekaligus seketaris BEM FT. Cewek ayu yang sedang dekat dengan Surya. Entah mereka sudah jadian atau belum. Hanya Surya, Maharani, Tuhan dan author yang tahu.
"Mau ngopi-ngopi dulu di dalem?" tanya Maharani selepas Bu Darsih masuk.
"Nggak usah, tadi udah ngopi di rumah kok."
"Jadi, mau berangkat sekarang atau kamu mau nyelesein dede-nya dulu?" Rani tersenyum.
"Manis sekali." batin Surya.
"Sekarang aja, takutnya malah kesiangan." balas Surya yang disambut anggukan Rani
"Eh tapi naik motor gak papa ya. Belum mampu bawa mobil, masih nebeng punya Bapak" tanya Surya kikuk, takut Maharani nggak suka naik motor.
"Apaan sih? Nggak masalah Surya, biasanya juga ke kampus motoran atau naik angkutan umum kok."
"Duh idaman banget nih cewek" batinnya lagi.
"Tapi motorku motor butut loh ya. Bukan motor sport."
"Iyaa...Kebanyakan tapi deh." Maharani masuk ke dalam sebentar untuk mengambil helm. Surya cuman cengengesan sambil mengelus-elus dadanya (sendiri).
"Yuk."
"Pegangan ya, siapa tahu khilaf ngerem mendadak" canda Surya yang disambut dengan pukulan pelan di punggungnya.
###RUANGMUSIK###
Setelah mengitari beberapa toko buku dan menjelajah Shopping-toko buku murah di kawasan Malioboro-Surya dan Maharani memilih untuk menepi di sebuah warung makan. Surya pergi memesan lotek dan Es Kelapa Muda sedangkan Maharani tampak lesu karena buku yang dia cari belum ketemu juga, padahal dua hari lagi dia sudah harus memilikinya untuk menunjang salah satu matkul yang dia ambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Musik
Fiksi UmumThis story was inspired by day6wargalokal, terinspirasi dari khasanah kelokalan mereka yang ternyata emang lokal banget sampe gak bisa bedain mana yang asli mana yang lokal karena image-nya ngeblend banget.. so let's check it out.. Kepo sama chat ab...