Five

34 7 4
                                    

Ting.. Nong... Ting.. Nong

Jam menunjukan pukul 06.15 tampak seorang anak laki-laki berpakaian sekolah lengkap sedang memencet bel sebuah rumah yang cukup besar.

Tak lama kemudia muncul seorang bapak tua, dari penampilannya mungkin bisa disebut satpam.

"Cari siapa mas?" tanya nya pada anak laki-laki tersebut.

"Melody nya ada pak?" jawabnya dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

"Kalo boleh tau, ade siapa nya non Melody ya?".

"Saya teman sekolahnya. Apa Melodynya ada?" tanyanya lagi, karena merasa tak mendapat jawaban.

"Ada mas, silahkan masuk dulu. Saya panggil kan Non Melody nya" ucap pak satpam, sambil mempersilahkan masuk dan menuntunnya ke ruang tamu.

"Duduk dulu mas. Saya panggi non Melody dulu"

"iya makasih pak" ia langsung duduk disalah satu sofa.

Pak satpam pun langsung menaiki tangga dan menuju kamar Melody.

"Non Melody sudah bangun? Ada temannya non dibawah" ucapnya setelah sampai di depan kamar Melody dan mengetuk pintu

"iya pak udah bangun. Lagi siap-siap. Emangnya ada siapa?" Melody hanya menjawab dari dalam kamarnya tanpa membuka pintu.

"Temennya non Melody. Laki-laki non, tapi bapak lupa nanya siapa namanya" jelas pak satpam

"Owh iya pak, bentar lagi Melody turun".

"Baik non. Kalo gitu saya permisi" pak satpam pun meninggalkan kamar Melody.

#Dikamar Melody
Disuatu kamar yang bernuansa hijau muda, terdapat seorang gadis yang sibuk merapihkan baju seragamnya di depan cermin.

"Temen cowo? Siapa ya? Randy, Rafa, atau Iky?" batinnya bebisik ditengah-tengah kegiatannya.

"Kalo Rafa gak mungkin, meskipun dia sahabat gue diakan lebih deket sama Maudy. Ya kali dia ngejemputnya gue. Kalo Iky gk mungkin juga. Rumahnya deket dari sekolah! Kepeleset juga nyampe. Apa jangan-jangan Randy?" gumannya di depan kaca sambil menyisir rambut panjangnya.

"Turun ajalah".

Melody pun keluar dari kamarnya, lalu menuju ke arah tangga dan menuruninya. Hingga sampai anak tangga ke 3 dari bawah. Betapa terkejutnya dia. Melihat seorang anak laki-laki yang ia kagumi sedang berbincang dengan ibunya.

"DAFA!!" sangkin terkejutnya ia malah terlihat bodoh, karena telah berteriak dan membuat Si punya nama dan ibunya menengok ke arahnya. Sadar akan kebodohannya ia hanya menyengir kikuk dan berjalan ke arah sofa, lalu berdiri di depan Dafa.

"Hai Mel, udah siap? Knapa kaget gitu liat gue" ucapnya menyapa Melody. Jujur ia sangat kesal dengan laki-laki di depannya ini. Bagaimana bisa dia bertanya mengapa Melody kaget, padahal ia yakin 1000% persen laki-laki itu pasti tau alasanya.

"Engg.. Engga ko gak kaget. Cuma aneh aja kenapa lo kesini pagi-pagi" saat ini jantungnya tidak bisa berhenti berdetak. Ini pertama kalinya Dafa datang ke rumah Melody.
"Katanya Dafa mau jemput kamu, biar berangkat sekolah bareng" bukan Dafa yang menjawabnya melainkan mamah Melody. Apa tadi katanya? Dafa mau menjemputnya? Apakah ia sedang bermimpi? Untuk membuktikan ia mencubit lengan kanannya dan terasa sakit. Ok ini nyata Melody.

"Tapi aku kan berangkat bareng Sesil sama Maudy" ucapnya pada mamah. Sebenarnya ia ingin berangkat bersaman Dafa. Tapi ini sungguh buruk bagi kondisi jantung Melody.

"Kamu bilang aja ke mereka kalo kamu berangkat sama Dafa. Kasian kan Dafa udah jauh-jauh ngejemput" biasanya mamahnya akan melarang Melody pergi bersama laki-laki. Tapi mengapa sekarang beliau mengijinkannya? apa Dafa telah memelet mamahnya? Ah tidak mungkin, Dafa tidak sejahat itu bukan.

Really? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang