Pandangan kami seolah terkunci. Hingga tiba-tiba ada seseorang yang memegang bahu ku dan menyadarkanku.
"Dy... "
##•##
Merasa ada yang memegang bahunya, membuat Maudy kaget dan membalikan badannya. Ia mendapati ke 2 pasang mata yang menatapnya dengan tatapan aneh.
"Lo ngapain bengong di sini?" tanya seorang gadis yang memegang bahu Maudy tadi.
"Eh, lu Sil, gue kira siapa? Tadi lo ngomong apa? Gue gk denger" ya gadis yang memegang bahu Maudy adalah Sesil.
"Tadi gue nanya, ngapain lo bengong di sini?"
"Gue... Gue gk bengong kok" jawabnya sedikit gugup."Trus lo ngapain di sini?" kini Adit yang memberi pertanyaan kepada Maudy.
"oh iya, tadi gue ngeliat ada Ar... " ucapannya terhenti ketika ia membalikan badan tetapi tidak ada siapa-siapa. "Loh ko gk ada. Kemana tuh orang? " lanjutnya sambil clingak-clinguk.
"Ada Ar? Ar siapa?" tanya Adit lagi
"Ar? Maksud lo Arya?" tambah Sesil
"iya, Arya Sil, tadi gue ngeliat dia di depan Tu" jawabnya sambil menatap Sesil intens. Seolah meyakinkan.
"Segitu kangennya lo sama dia? Dy lo sadar kan Arya tuh gk sekolah di sini" ucap Sesil yg balik menatap Maudy intens.
"Tapi tadi gue beneran liat dia. Masa iya itu cuma hayalan gue?" kini mata Maudy terlihat sendu dan ia menundukan kepalanya.
"Tunggu deh. Arya yg lo maksud itu Arya siapa?" Setelah beberapa menit Adit terdiam. Akhirnya ia angkat bicara.
"Percuma Dit, mau dijelasin sampe mulutnya berbusa juga lo belum tentu kenal" Sesil lah yang menjawab pertanyaan Adit.
"Ya siapa tau aja Arya yang Maudy maksud itu Darrel yang gw kenal"
"Emang lo punya temen yang namanya Arya?" kini Maudy menatap Adit dengan tatapan yang sulit dimengerti.
"Punya, dia sepupu gw. Tapi kayaknya bener deh kata Sesil, Arya sepupu gue sama Arya yang lu maksud itu beda" jawab Adit pelan. Takut mengecewakan Maudy. Dan benar saja, setelah mendengar pernyataan Adit, ia kembali menunduk.
"Eh lo abis dari mana? Bolos pelajaran ya lo?" ucap Sesil berusaha mengalihkan topik pembicaraan yg pastinya akan membuat sahabatnya semakin mengingat Arya.
Usaha yang dilakukan Sesil ternyata tidak sia-sia. Maudy langsung mengangkat kepalanya dan menatap Sesil. "Tadi gue abis dari kamar mandi Sil, eh btw ini jam berapa? Ko lo juga keluar? Istirahatkan masih lama" tanya Maudy karena saat itu dia memang tak menggunakan jam.
"Gue mau ke kantin bareng Adit, guru SBK gk masuk" ucap Sesil setelah itu dia menarik tangan Kiri Adit untuk melihat jam berapa sekarang. "Sekarang jam 08.45" sambungnya.
"Ha? Berarti udah setengah jam dong gue keluar kelas" ucapnya sambil memelototkan kedua matanya. "Gue balik ke kelas dulu ya. Bye" belum mendapat jawaban dari kedua temannya, Maudy langsung berlari sambil melambaikan tangan sebentar.
Sesil Pov On
Setelah Maudy pergi dan melambaikan tangan. Tak ada satu pun diantara aku dan Adit yang membalasnya. Kami hanya menatapnya aneh, aku mengerutkan dahi bingung dengan sikap Maudy barusan. Apalagi dia berkata bahwa dia melihat Arya. Sedangkan, Adit hanya mengeleng - gelengkan kepalanya.Setelah beberapa detik kepergian Maudy, tiba-tiba Adit berdehem dengan suara berat khasnya. Reflek aku melihat ke arahnya dan mengangkat satu alisku seolah bertanya 'kenapa?'. Namun bukannya menjawab keherananku, Adit justru tertawa yg membuat ku semakin dibuat bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really?
Teen Fiction#akan dihapus untuk revisi "Gue sayang sama lo Ar, lebih dari sahabat" "Gue juga sayang sama lo Dy, tapi sayang sebagai adik" (Tentang Arya dan Maudy). "Cinta? Bukannya gue itu cuma pelampiasan lo aja ya Daf?" "Tapi kali ini gue serius Mel" (Tentan...