Thirteen

13 3 6
                                    

Vote dan komennya ya😆😇

Terlihat seorang gadis yang sedang merias wajahnya di depan cermin, senyum manisnya seakan tak ingin pudar atau mungkin ia lupa bagaimana caranya berhenti tersenyum.

Sebenarnya tidak banyak makeup yang ia berikan pada wajahnya. Hanya sedikit bedak dan lipgloss berwarana soft pink. Namun sudah hampir 20 menit gadis itu duduk di kursi riasnya. Saat dirasa sudah benar-benar puas dengan wajahnya, ia melirik jam yang menempel di dinding kamarnya, jarum pendek menunjuk pada angka 7 dan jarum panjangnya menunjuk tepat pada angka 10.

"10 menit lagi. Ahhhh gak sabar gue" ucapnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya di sekitar wajah guna menghilangkan rasa gugup.

"Duh kok jantung gue dangdutan sih?" lirihnya sambil memegang dadanya.

"Tunggu di bawah aja lah"

Setelah itu ia berjalan ke arah pojok kamar di sana terletak banyak sepatu koleksinya. Ia terdiam sebentar hingga akhirnya matanya tertuju pada salah satu sepatu boots-nya tanpa pikir panjang ia mengambil sepatu itu membawanya ke sisi kasur. Ia bangkit lagi memeriksa menampilannya sekali lagi, tapi kali ini bukan di cermin rias. Melainkan cermin yang menempel di pintu lemari pakaiannya agar bisa memperlihatkan seluruh badannya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"cantik" gumamnya. Senyum itu belum juga pudar.

Puas akan penampilannya gadis itu melenggang pergi meninggalkan kamarnya tak lupa membawa sling bag yang warnanya hampir senada dengan kaos yang ia gunakan.

Tepat saat ia menutup gerbang rumahnya seseorang menepuk pundaknya, secata otomatis ia membalikan badannya.

"Eh Sesil" sapanya dengan senyum yang masih setia menghiasi wajahanya.

Bukannya menjawab Sesil malah memperhatikan Melody dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Lo mau kemana?"

"Jalan sama doi"

"Dafa?" tanyanya memastikan, jelas sekali di nada bicaranya ada kesan tak percaya. Yang ditanya mengangguk antusias.

"Ini kan bukan malming"

"Ya trus kenapa? Gak ada larangankan 'Malem sabtu dilarang jalan sama doi' gak ada kan?"

"Mending batalin deh"

Seketika air muka Melody berubah, senyumnya memudar perlahan "Kenapa?"

"Oh ya gue lupa. Tujuan gue ke sini itu mau ngasih tau kalo mba Dea sama kak Dion mau ke sini. Jadi mending lo batalin kalo masih sayang sama tuh kuping" jelas Sesil.

"Gak mungkin di batalin Seeesiiil. Ini itu impian gue buat jalan sama Dafa" greget Melody. Mana mungkin ia menghancurkan impiannya yang sebentar lagi jadi kenyataan.

"Ya trus kalo mba Dea nyariin lo gue jawab apa?"

"Apake. Intinya jangan bilang kalo gue pergi sama cowo. Terutama sama kakak lo yang posesif itu"

"Nah justru itu. Gimana kalo kak Dion gak percaya sama gue. Duh pokonya gue gak mau kena masalah gara-gara boongin dia"

"ck... Lagian kakak lo posesif banget sih jadi orang. Sampe gue ikut-ikutan kena"

"Eh dia jadi kakak lo juga ya sekarang" dumel Sesil. "Lagian dia posesif sama lo itu wajar, semenjak kakak gue nikah sama mba lo secara gak langsung lo juga jadi adeknya"

"Ya tapikan cuma ipar. Seharusnya kakak lo gak usah seposesif itu dong sama gue"

"Trus apa kabar sama Maudy. Dia cuma tetangga tapi kakak gue juga posesif sama dia. Itu semua karena kakak gue sayang sama kita" jelas Sesil. "Maudy juga gak protes tuh" lanjutnya.

Really? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang