Budayakan vote sebelum baca😁😀
"Ayo Dy buruan ntar keburu bel" seru Melody sambil terus menarik paksa tangan Maudy keluar dari kelas yang ntah akan menuju kemana. Melody tak menariknya sendiri melainkan berdua dengan Sesil. Ya tadi ketika bel istirahat berbunyi Sesil sudah ada di depan kelas mereka untuk menunggu keduanya keluar dari kelas.
Apa tadi dia bilang keburu bel? Yang benar saja? Padahal jelas-jelas bel baru berbunyi 10 menit yang lalu dan saat istirahat kedua mereka memiliki waktu 45 menit untuk istirahat.
Kalau diliat dari arahnya sepertinya mereka akan membawa Maudy ke arah kantin. Jangan berfikir bahwa Maudy pasrah begitu saja ditarik oleh mereka, karena pada kenyataannya sejak mereka masih dikelas Maudy sudah memberontak tapi apa daya tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan tarikan dari 2 sahabatnya itu.
Setibanya di kantin Melody dan sesil langsung berjalan ke arah meja yang terdapat 3 orang anak laki-laki di sana dengan tetap menarik Maudy di tengah mereka.
Sekitar kurang 5 langkah lagi menuju meja tersebut mereka memberhentikan langkahnya. "Kertas yang kemaren gue kasih bawa gak?" tanya Sesil pada Maudy.
"Bawa"
"Mana?"
"Buat apa?"
"Kan kemaren udah dikasih tau kalo lo udah ngejalanin bakal dikasih tanda. Dasar pikun!" jawab Melody ketus.
Maudy hanya bisa mendengus dan memberikan kertas itu yang tadi diletakan di saku roknya. Awalnya ia kira temannya itu hanya main-main tapi siapa sangka jika mereka memang benar-benar niat untuk membuktikan.
Sebenarnya jika difikirkan apa untungnya bagi mereka membuktikan keberhasilan Maudy untuk move on, toh jika Maudy gagal membuktikan bukannya mereka malah untung karena tak mengeluarkan uang untuk menyewa vila dan biaya liburan untuk Maudy. Entahlah teman-temannya itu memang aneh.
"Gih samperin" ucap Sesil sambil mendorong pelan punggung Maudy.
"Ngapain sih. Gue gak bakal ngehindar lagi kok"
"Udah deh nurut aja. Mau jalan sendiri atau gue seret ke sono?" ancam Melody.
Akhirnya karena malas menanggapi duo curut itu Maudy mau tidak mau mengahmpiri meja tersebut dengan berjalan sendiri dari pada ia diseret bisa malu-maluin kan.
"Hy boleh gabung?" tanya Maudy hati-hati. Sebenarnya bukan hati-hati sih lebih tepatnya gerogi.
Dan duo curut itu memang sahabat yang paling menyebalkan bagaimana bisa mereka meninggalkan sahabatnya yang sedang menahan rasa gugup. Sedangkan mereka malah asik memesan makanan.
"Weh Maudy masih idup? Gue kira udah almarhumah abisnya udah berabad-abad gak liat lo di kantin" Ucap Adit dengan wajah yang dibuat sekaget mungkin.
Sedangkan Maudy hanya melongo mendengarnya. Dasar Adit lebay gak ke kantin bukan berarti mati kan? Lagian Maudy hanya beberapa minggu absen dari kantin kenapa dia bilang berabad-abad? Huh Adit itu cocokan sama Melody sama-sama gak di filter kalo ngomong. Tapi sayangnya Melody udah kecantol sama Dafa. Dan lebih parahnya justru Sesil yang suka sama Adit. Tapi apa Adit juga suka sama Sesil, sudah lah itu hanya Adit, tuhan, dan author yang tahu.
"Duduk aja kali. Ini kantin umum siapa aja boleh duduk" Kata Dafa menanggapi pertanyaan Maudy. Sedangkan perkataan Adit tidak ada yang menaggapinya.
Sebagai tanggapan Maudy hanya tersenyum canggung dan langsung duduk di sebelah Arya. Sepertinya nasib buruk sedang berpihak padanya mulai dari duo curut yang memaksanya untuk mendekati Arya, lalu meninggalkannya di kerumunan tiga laki-laki, sehingga dirinya seperti cabe-cabean, lebih parahnya ia harus duduk bersebalahan dengan Arya karena hanya itu bangku yang tersisa di meja ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Really?
Teen Fiction#akan dihapus untuk revisi "Gue sayang sama lo Ar, lebih dari sahabat" "Gue juga sayang sama lo Dy, tapi sayang sebagai adik" (Tentang Arya dan Maudy). "Cinta? Bukannya gue itu cuma pelampiasan lo aja ya Daf?" "Tapi kali ini gue serius Mel" (Tentan...