Cukup kecil, tapi terbilang mewah jika hanya digunakan untuk sebuah pertemuan 'keluarga'. Hanya ada satu meja ukir panjang lengkap dengan kursinya dan Sebuah jam klasik yang berdiri kokoh disudut ruangan.
Beberapa orang telah menempatkan dirinya dalam posisi yang menurut mereka nyaman. Saling melontarkan senyum dan mengobrol satu sama lain. Sungguh keluarga harmonis, tapi tidak adakah yang tahu bahwa ada bakat tersembunyi dalam diri mereka? Madam Choi tersenyum sinis.
"Nonna ipar, bagaimana kesehatanmu? Aku tahu setelah hyung ku meninggal, kau pasti kesulitan"
Madam Choi mencoba tersenyum,
"aku baik baik saja, baik kesehatan maupun perusahaan. Terima kasih telah memperhatikanku"
Bahkan tanpa sadar, ia telah menjadi bagian dari mereka.
"benarkah? Syukurlah kalau begitu. Aku takut jika kau sampai lengah.."
Namja itu menghentikan kalimatnya sejenak, menoleh ke kanan kiri kemudian berdiri dan mencondongkan tubuhnya kedepan agar semakin dekat dengan madam choi.
"banyak orang yang mengincar perusahaan itu. Jadi berhati hatilah" bisiknya.
Seperti kalimat sindiran, tapi lebih pada sebuah ancaman. Madam choi mencoba terlihat tenang, bibirnya masih melengkung keatas membentuk senyuman meski emosinya mulai menyeruak ke dalam hatinya. Ia lebih memilih diam.
Tap tap tap..
Suara derap langkah seseorang menginterupsi kegiatan mereka. Seketika suasana dalam ruangan menjadi hening, mereka sibuk memperhatikan seseorang itu mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"annyeong haseyo"
Kedua mata madam choi membulat sempurna ketika hanya mendengar suaranya saja, suhu dingin dalam ruangan sudah tak dapat ia rasakan. Panas, sungguh hatinya merasa panas mendengar suara itu.
tidak mungkin jika anak itu ada disini kan? Tapi suaranya?
Madam choi mencoba berdiri, kakinya seakan terasa berat menopang beban tubuhnya. Maniknya Mulai menelusuri gadis itu dari bawah hingga atas.
Kim so eun?
Benar saja, gadis itu adalah kim so eun.
"nuguseyo?" Seorang yeoja paruhbaya mencoba memecah keheningan.
"Kim so eun imnida"
‐
‐
15 menit, lumayan lama so eun berada dalam rumah itu. tapi kenapa earphonenya tak kunjung berbunyi? Apa mungkin belum ada sesuatu hal yang mencurigakan? Atau dia lupa untuk menekannya? Chanyeol mengerang frustasi.
"ada apa dengan mu?"
Chanyeol hanya menggeleng, merogoh saku jasnya kemudian mengambil sebungkus permet karet.
Dalam situasi yang membosankan seperti sekarang, mengunyah permen karet adalah hal yang terbaik.
"saat bekerja kau tidak diperbolehkan memakan sesuatu" Son won kembali membuka suaranya
"kenapa?"
"itu akan merusak konsentrasimu"
"dengan mengunyah permen karet kita bisa memecahkan soal matematika sesulit apapun. Itulah yang pernah ku dengar"
"lalu, apa kau sekarang sedang olimpiade matematika?!" kesal son won.
"Diamlah, suaramu bisa merusak konsentrasiku"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAITH
Fanfictionseorang lelaki yang ingin merubah tujuan hidupnya dan mencari tahu alasan tentang ibunya yang sengaja membuangnya dan seorang gadis yang sengaja disembunyikan oleh keluarganya. akankah mereka mampu melewati setiap masalah yang akan mereka hadapi? "...