Chapter 11

210 40 31
                                    

Sang surya yang telah bertengger pas di langit kota Seoul membuat udara hari ini terasa semakin panas.

Sebuah kedai kecil sederhana yang terletak di kawasan pemukiman padat penduduk ini terlihat sedikit ramai dari sebelumnya, letaknya yang tidak terlalu jauh dari jalan besar dan banyaknya orang yang berlalu lalang adalah salah satu alasan kenapa kedai kecil penjual ice cream ini terlihat laris setiap harinya, apalagi cuaca yang menguntungkan seperti siang ini.

"Kau masih menyukai rasa stroberry, tapi kau tidak suka memakan buahnya. Kau masih sama seperti dahulu" ujar Tuan kim.

Kedua ujung kelopaknya terlihat berkerut saat tersenyum, maniknya terus saja mengikuti pergerakan tangan so eun yang sibuk menyingkirkan beberapa berry merah yang semula bertebaran di atas ice cream berwarna pink tersebut.

"Kau juga masih ingat apa yang ku suka dan tidak ku sukai"

So eun menyuapkan satu sendok penuh ice cream ke mulutnya setelah meniupnya beberapa detik. Hal biasa yang ia lakukan sejak kecil.

"Ahjussi, apa kau masih bekerja di tempat itu saat ayah ku sudah tiada?" Ujarnya lagi.

Ting

Suara sendok kecil yang diletakkan secara perlahan diatas piring ceper putih itu seolah pertanda bahwa obrolan serius akan segera dimulai. Tuan kim menghela nafas panjang. Ia menoleh pada seorang laki laki yang tengah duduk berseberangan meja dengan mereka menatapnya penuh arti.

"Tidak apa ahjussi, dia temanku. Park Chanyeol" ujar so eun seakan tahu maksud tatapan tuan kim pada chanyeol.

Dengan sekali gerakan, so eun tiba tiba mencondongkan tubuhnya ke hadapan tuan kim. Tangan kanannya sedikit menutupi bibirnya yang akan membisikkan sesuatu padanya.

"Bukankah dia terlalu tampan untuk disebut sebagai pengawal, bodyguard atau apalah itu" bisiknya, seolah tak membiarkan siapa pun mendengarnya. Terlebih chanyeol.

Merasa dirinya sedang dibicarakan, Chanyeol mencoba untuk tidak perduli. Ia mengalihkan pandangannya ke luar dinding kaca yang tembus pandang itu membiaskan pandangannya pada beberapa orang yang berlalu lalang.

Cih,
Apa dia pikir aku akan tertarik dengan pembicaraan itu?

Sudah cukup kesal dia karena kehabisan ice cream pisang favoritnya. Tangan kanannya mengambil secangkir ice coffe latte kemudian meminumnya dengan sekali tegukan hingga habis.

"Tadi pagi, ibumu.."

"Dia bukan ibuku!" Potong so eun. Ia sangat tidak suka jika ada orang yang menganggap nenek sihir itu adalah ibunya.

"Eoh, maaf. Tadi pagi Madam choi menyuruh ku datang ke sana. Tunggu sebentar"

So eun mengernyit bingung saat melihat tuan kim mengeluarkan sebuah amplop merah yang hanya  berisi selembar kertas. Ia meletakkan sendoknya begitu saja membiarkan ice cream nya yang bisa meleleh kapan saja jika tak segera dimakan.

"Ini adalah surat pengambil alihan kepemilikan perusahaan, ada nama ayahmu dan nama mu yang tertera disini" ujar tuan kim seraya menyodorkan surat itu ke hadapan so eun.

So eun sungguh tidak tahu maksud isi surat tersebut yang mencantumkan nama dirinya juga ayahnya.

"Sesuai dengan amanat dan isi dari surat itu, Tuan choi menyuruhku membantunya untuk mengalihkan perusahaan itu menjadi milikmu"

Melihat raut wajah so eun yang masih kebingungan, tuan kim mengeluarkan bolpen hitam dari balik saku jasnya kemudian memberikannya pada so eun.

"Disini, kau harus tanda tangan sekarang juga. Aku takut tidak ada kata nanti lagi dalam hidupku"

FAITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang