Keep VOMMENT YAW!!
Sudah 5 hari semenjak Aretha koma. Keluarga dan teman-temannya tak berhenti berdoa agar Aretha cepat bangun.
"Reth.. lo kapan bangun?" Tanya Calista. Ya. Dia bahkan sudah tak sekolah selama 5 hari karna, menunggu sahabatnya ini.
"Lo tahu, sekolah sepi gak ada lo. Bahkan nih ya, gue rela bolos karna lo gak ada." Katanya. Dia menangis lagi, dan lagi.
Dan kalian tahu jawabannya. Aretha masih menutup matanya. Dan tidak bergeming sama sekali.
"Gue bosen Reth, harus kemana-mana sendiri. Gue butuh lo." Katanya lagi.
Tanpa ia sadari, Aretha perlahan menggerakan tangan kirinya.
"Gue keluar dulu ya. Gantian sama Azka. Lo cepet bangun." Katanya.
Sedikit demi sedikit, Aretha menggerakan tangannya. Tapi, Calista tidak menyadarinya. Matanya juga sedikit membuka.
"Lo boleh masuk." Kata Calista. Dia menghapus air matanya. Matanya sudah bengkak.
"Dokter.. Aretha bangun." Kata Azka. Dia berlari keluar kamar. Mencari dokter.
Calista yang mendengar itu, menengok dari jendela. Dan benar. Aretha telah bangun. Sahabatnya telah bangun!
Dia menangis lagi. Menangis karna bahagia. Dia mengambil ponselnya, lalu menelpon Austin.
"Hallo om. Aretha.." ucapannya dipotong Austin.
"Kenapa Aretha?!" Tanya nya.
"Dengerin dulu om. Jangan asal potong aja." Kesalnya.
"Yaudah. Cepat, kasih tahu." Kata Austin.
"Aretha bangun." 2 kalimat itu membuat Austin langsung memberhentikan mobilnya.
"Apa?! Beneran kamu?!" Teriaknya. Sampai Calista menjauhkan ponselnya.
"Gausah teriak om. Aku gak tuli. Iya om. Aretha bangun." Katanya antusias.
"Om kesana ya. Tunggu 15 menit." Katanya.
"Enggak om. Om pulang dulu. Mandi, makan, baru kesini. Atau enggak makannya bawa kesini." Kata Calista bijak.
"Oke deh. Jagain Aretha ya." Katanya.
"Oke om. Siap." Calista langsung mematikan panggilannya.
Calista masuk ke kamar Aretha. Dokter sedang memeriksanya. Dan Azka berada di sampingnya.
"Aretha.. kamu selalu buat saya takjub. Kamu selalu berhasil melawan vonis dokter." Kata dokter itu.
"Haha.. dokter apa sih? Aku kan cuman kena gores aja." Kata Aretha. Dia malah tertawa.
Seharusnya, orang sakit itu meratapinya. Lah ini? Malah ketawa. Gak jelas memang.
"Setelah ini, kita akan periksa kamu seperti biasanya ya." Kata dokter itu.
"Dok. Aku tuh cuman kegores ditangan. Gak perlu harus di periksa dari ujung kepala sampai ujung kaki." Kata Aretha kesal.
"Oke oke. Setidaknya kamu harus kami periksa." Kata dokter itu tak mau terbantahkan.
"Baiklah dok." Kata Aretha lemas.
Sebetulnya, ia sangat malas jika harus diperiksa secara detail begitu. Dia paling anti! Saat terapi pun ia kadang kabur, karna gak kuat kena bau obatnya yang gak banget!
Setelah dokter keluar, Calista mendekati Aretha. Matanya banyak mengeluarkan air mata.
"Hei. Kenapa lo nangis?" Tanya Aretha bingung. Tentu saja! Gimana gak bingung, waktu lihat orang tiba-tiba nangis begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Confused Feelings ✅
Teen FictionTHIS WORK PROTECTED UNDER THE COPYRIGHT LAWS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA (UU HAK CIPTA RI NO 19 TAHUN 2002) **** Apakah bisa kamu mencintai aku kembali? Apakah bisa? Aku terlalu lelah untuk mencintai seorang diri. Dan juga, aku sudah bosan mencinta...