J here. Hehe.. gue lagi yang nulis part ini:v haha.. gue cowok, kalau kalian penasaran. Tulen. Hehe..
Jangan lupa vote ya. Makasih.
Ω Ω Ω Ω
Lebih baik nakal tapi jujur
Dari pada baik tapi munafik.Ω Ω Ω Ω
Semua orang menatap gundukan tanah itu dengan perasaan campur aduk. Ada perasaan sedih dan biasa saja.
Disana. Seseorang yang cukup dekat dengan mereka, telah berpulang ke pangkuan pencipta.
Windy dan Austin tampak biasa saja. Calista, Azka, dan Rey juga sama.
Disana tertulis nama Penelope Alexa Choi.
Mereka tidak menyangka jika gadis itu memilih mengakhir hidupnya di penjara.Siksaan yang ia terima di sel lah yang membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
"Sebenernya gue gak mau kesini. Tapi, gue masih punya hati." Kata Calista pelan. Azka ikut mendengarkan.
"Gue kasihan sama dia. Kenapa dia harus mengakhiri hidupnya?" Kata Azka pelan. Dia menatap gundukan tanah itu.
"Dan bahkan dia belum kasih tahu kita siapa satu orang yang kerja sama dengan dia." Kata Calista lagi.
"Sst.. kalian ini. Orang sudah gak ada malah dibicarain. Pamali." Kata Rey mengingatkan.
"Diem deh Rey." Kata Calista.
Lah.. yang rame siapa dari tadi siapa bancet?! Batin Rey memaki kesal.
"Yang rame mereka berdua, Rey." Bisik Emilio di sebelahnya. Rey langsung menoleh.
"Lo yang berisik." Kata Rey. Wajahnya berubah menjadi datar.
Kini giliran batin Emilio yang mengamuk-ngamuk padanya. Dasar sarap! Emilio menatapnya kesal.
Sedikit demi sedikit orang-orang pulang meninggalkan makam. Orang tua Penelope masih betah disana. Menangis, meratapi nasib putrinya.
"Pulang yuk." Ajak Calista pada Rey, Azka, Emilio, dan Ivan.
Azka melihat jam ditangannya. "Ayo." Jawab Azka mewakili mereka semua.
"Tan.. kita mau langsung ke rumah sakit." Kata Azka pada Windy.
"Bareng aja sama kita." Jawab Austin.
'Yang ditanya siapa. Yang ngejawab siapa.' Batin Calista bingung.
"Enggak deh om. Kita nebeng Azka aja." Kata Ivan tanpa dosa. Haha..
"Lah.. gua jadi babu ceritanya?!" Tanya Azka. Wajahnya berubah menjadi kesal.
"Iyalah. Lu kan memang babu buat kita. Hahaha.." tawa Emilio meledak. Gak tahu tempat dan kondisini ini anak!
Ivan menampol tangan Emilio. "Bego. Ini kuburan. Banyak orang sedih. Lo malah ketawa. Gak sopan!" Kata Ivan panjang lebar.
"Sudah buk ngomel nya?" Tanya Emilio. Wajahnya datar.
"Sudah." Jawab Ivan dengan polosnya.
"Bagus. Anak pintar." Kata Emilio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Confused Feelings ✅
Teen FictionTHIS WORK PROTECTED UNDER THE COPYRIGHT LAWS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA (UU HAK CIPTA RI NO 19 TAHUN 2002) **** Apakah bisa kamu mencintai aku kembali? Apakah bisa? Aku terlalu lelah untuk mencintai seorang diri. Dan juga, aku sudah bosan mencinta...