Bagian 12.

1.2K 43 1
                                    

Hai guys. Miss me? No? Okey.

Selamat menjalankan ibadah puasa untuk yang sedang menjalankannya. Semoga lancar. Yang enggak puasa, coba gih sekali-sekali. Gimana rasanya. Hahaha.. diriku mah sudah sering puasa😂😂

Dont forget vote and comment. I love you guys:*:*

"Retha.. ayo." Teriak Ivan dari dalam mobilnya.

"Gue duluan ya Cal. Bye." Aku langsung berlari kecil menuju mobilnya.

Aku membuka pintu mobil dan duduk di bangku penumpang belakang.

"Woy! Lo kata gue supir? Sini. Duduk depan!" Kata Ivan.

"Abaikan dia. Aretha sama gue. Lo memang supir. Sudah. Jalanin mobilnya." Kata Emilio cuek.

"Aretha.. duduk samping gue aja." Kata Ivan.

Aku menatapnya sebentar. "Gue aja yang nyetir sini." Kataku jengah.

"Enggak. Aretha sama gue. Jalanin mobilnya Ivan." Kata Emilio.

"Yadeh." Dia langsung menjalankan mobilnya ke jalanan.

"Lo gak lupa rumah gue kan Van?" Tanyaku.

"Enggaklah. Perumahan Wisnu Indah blok C no 18." Katanya.

"Masih inget aja lo. Hahaha.." aku tertawa.

"Yaiyalah. Kan rumah gue juga dikomplek itu. Ogeb lu ah." Katanya kesal.

"Em? Lo tumben diem. Pms ya lo?" Candaku.

"Enggak. Gak apa kok." Dia langsung pura-pura tersenyum.

"Kalau lo mau cerita. Cerita aja." Kataku. Aku tersenyum padanya.

"Kapan-kapan deh gue cerita. Timingnya gak pas kalau gue cerita sekarang." Katanya sambil tersenyum asal.

"Oke deh. Jangan lama-lama kalau mau cerita." Kataku.

"Iya iya. Lo gak berubah. Masih sebawel dulu. Haha.." katanya lalu dia tertawa.

Ivan memberhentikan mobilnya tepat di depan rumahku.

"Thanks ya guys. Gak mau mampir dulu nih? Ketemu eomma, maybe?" Tanyaku.

"Enggak deh. Nanti malem aja kita kesini. Kita mau bantuin mama beresin rumah." Kata Emilio.

"Oh oke. Makasih ya sekali lagi." Kataku. Aku segera keluar dari mobilnya. Dan mereka menjalankan mobilnya menuju rumah mereka.

Rumah kami hanya berjarak 3 rumah.

"Aretha cantik pulang.." teriakku dari luar. Aku melepaskan sepatuku dan menaruhnya di rak.

"Apaan sih dek? Jijik amat gue dengernya." Kata bang Asa dari ruang tengah.

Aku duduk di sebelahnya. Senyumku mengembang. Abangku menatapku dengan tatapan ngeri.

"Lo jangan senyum gitu dek. Sedikit creepy kalau lo lagi senyum." Katanya.

Senyumku semakin mengembang.

"Berhenti senyum kayak gitu dek. Senyum lo kayak Jason yang suka bunuh itu." Katanya.

"Apaan sih bang? Gak suka ya lihat gue seneng gitu?" Tanyaku ketus.

"Seneng sih.. tapi, lo tiba-tiba senyum begitu, lo nunjukin kalau lo kayak pembunuh." Katanya.

"Abang yang mau aku bunuh sekarang." Kataku sarkas padanya. Aku memberinya tatapan membunuh.

Be Confused Feelings ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang