3. Salahkah Aku Mengkhawatirkanmu?

77 7 1
                                    

Dea telah sampai di sekolah sebelum jam 9. Sebenarnya ia malas latihan hari sabtu. Selain karena weekend hari sabtu adalah hari yang paling lama untuk latihan sekitar 7 jam lebih. Selain itu, hari sabtu adalah hari dimana banyak alumni paskibra sma 6 datang untuk membimbing pasukan ini. Kalau tidak salah nama paskibra sma ini adalah carisma six dan carisma six terdiri dari instruktur -kelas 12- tugasnya adalah membimbing madya -kelas 11- dalam melatih adik kelas 10. Itu sedikit yang Dea tau. Saat menaruh tasnya di dekat tangga dekat podium, ia melihat Aldrian datang. Ia jadi ingat kejadian tadi malam. Dea sangat panik. Ia tidak tau harus mengabari siapa, ia tidak tahu nomor ibunya Aldrian dan hp Aldrian juga mati. Untung saja beberapa lama setelah itu ia siuman dengan sendirinya.

"Kenapa lo latihan hari ini? Seharusnya lo izin aja," kata Dea sambil menghampiri Aldrian yang juga menaruh tasnya.

"Sejak kapan lo perhatian sama gue?" Kata Aldrian sambil memasang wajahnya yang sok tampan. Dea sangat kesal jika Aldrian menampilkan wajah itu.

"Tadi malem lo baru aja pingsan, gue takut lo kenapa-kenapa," kata Dea.

"Gue gakpapa, gue udah baikan kok," Kata Aldrian.

"Apa ibu lo tau tentang kejadian tadi malem?" Tanya Dea. Aldrian menggeleng.

"Udah gakpapa, lagian gue udah baikan kok sekarang," kata Aldrian sambil berjalan ke lapangan meninggalkan Dea. Dea menghela napasnya. Ia bingung dengan sikap Aldrian yang keras kepala. Apa mungkin ia harus memberitahu ibunya soal kejadian tadi malam?

***

Jam setengah 12 siang, matahari sudah hampir sampai di puncak. 30 menit lagi adalah waktu istirahat makan siang. Dea sudah tidak sabar tetapi karena sesuatu insiden ia harus menunggu lebih lama.

"Seseorang dari angkatan kalian telah memposting foto salah seorang madya -kelas 11- tanpa izin dan hal itu adalah tindakan yang tidak terpuji," kata seorang alumni yang sekarang berdiri di podium.

"Oleh karena itu, sekarang lepas semua sepatu dan kaos kaki kalian dan letakan di depan podium!" Kata alumni itu. Semuanya terkejut dan terpaksa mengikutinya. Baru sebentar Dea melepas sepatunya kakinya mulai terasa panas. Karena cuaca sangat terik hari ini. Beberapa perempuan menangis karena tidak kuat sementara laki-lakinya mulai menggerakan kakinya agar tidak terbakar kakinya. Dea berusaha menahan air matanya, ia ingin pulang saat ini juga. Alumni itu menyuruh latihan kembali di mulai. Sementara itu madya dan instruktur mulai berbondong-bondong membawa ember dari kamar mandi untuk menyiram kaki kami agar tidak terlalu panas.

"Madya! Instruktur! Cukup! Jangan ada yang menyiram air lagi," kata Alumni itu. Ternyata ada beberapa madya dan ins yang tak tega melihat kami.

"Sekarang semuanya hadap serong kanan kemudian ambil posisi push up!" Lanjutnya. Dengan tenaga yang tersisa Dea mulai mengambil posisi itu. Ia menahan tanganya yang mulai terbakar. Madya dan ins masih terus menyirami tangan anak-anak lain. Setelah sekitar 10 kali push up alumni itu menyuruh kami untuk menahan setengah posisi push up. Dea tidak tahan ia melihat Aldrian di sebelahnya yang mulai menundukan kepalanya. Ia takut Aldrian akan pingsan. Akhirnya kami kembali berdiri. Dan melanjutkan latihan tanpa sepatu.

Pasukan 17 agustus dibagi menjadi 3 pleton. Dea berada di pleton 1 bersama Aldrian dan Davino yang merupakan pleton pengibar. Ia sekarang sedang latihan pbb karena alumni masih melarang kami latihan bendera karena insiden hari ini. Seseorang yang baris di belakang Aldrian membisikan sesuatu ke salah seorang madya. Ia meminta kakinya disiram lagi. Tapi hal itu di dengar alumni dan membuat pleton Dea di hukum push up lagi. Dea pasrah. Ia sudah tidak merasakan kakinya lagi saat ini.

***

Setelah sholat zuhur Aldrian melihat Dea duduk di selasar dekat podium. Ia masih menyirami kakinya dengan air. Aldrian menghampiri.

SubstituteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang