11. Skorsing

49 5 0
                                    

Setelah makan malam Davino memutuskan untuk langsung masuk ke kamarnya. Ia duduk di karpet kamarnya sambil memeluk bantal yang ia ambil. Ia sedang memikirkan sesuatu.

"Gue sebagai temen lo dari smp gak tega ngeliat lo mendem rasa sakit lo itu sendiri, lebih baik lo cepet-cepet bilang ke Dea, ini bukan nembak tapi cuma nyatain perasaan lo ke dia," Davino masih memikirkan perkataan Alfani. Menurutnya, perkataan Alfani ada benarnya terlepas dari semua rencananya yang busuk itu. Selama ini ia memendam perasaannya dan menahan sakit demi persahabatannya dengan Aldrian. Davino takut jika ia melakukan ini akan berdampak pada persahabatannya dengan Aldrian. Tapi apapun keputusan Davino itu pasti akan berdampak sesuatu, apakah ia akan terus menahan sakit atau persahabatannya hancur.

***
Di perjalanan pulang Aldrian tertidur di bahu Dea. Dea menatap Aldrian sambil merapikan rambut Aldrian yang padahal rambutnya sudah rapi.

"Kenapa kamu tambah ganteng sih al kalo lagi tidur," pikir Dea. Tapi pikirannya itu terhenti karena Mas Agung mulai berbicara.

"Dea maaf yaa soal kejadian tadi, gue bener-bener lupa kalo Aldrian masih trauma, gue kira dia udah sembuh," kata Mas Agung. Dea yang sedari tadi menatap Aldrian akhirnya beralih melihatnya.

"Gakpapa kok, aku ngerti," jawab Dea. Mas Agung ingin berbicara lagi tapi ia kalah cepat karena Dea lebih dulu berbicara.

"Aldrian lucu yaa kalo lagi tidur," kata Dea sambil kembali mengelus rambutnya. Mas Agung menghela napas. Ia tau kalau Dea tidak ingin membahas ini.

"Yahh begitulah, kadang kalau gue lagi tidur sama dia bawaannya pengen meluk dia, tapi ini sebagai adik dan kakak," kata Mas Agung. Dea tertawa. Begitu pula Mbak Niken.

Mobil Aldrian sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Dea. Tetapi ia tidak bisa keluar karena sedari tadi Aldrian masih tertidur di bahunya.

"Al, bangun gue udah sampe rumah," kata Dea sambil menepuk pelan kepala Aldrian. Aldrian bergerak pelan tapi belum mengangkat kepalanya.

"Al, jangan kayak anak kecil," kata Mas Agung.

"Al," kata Dea sambil menepuk pipi Aldrian. Akhirnya Aldrian terbangun dan menatap Dea. Pikiranya belum sepenuhnya terkumpul dan matanya juga belum sepenuhnya terbuka.

"Sampe ketemu besok yaa Al," kata Dea sambil keluar dari mobil. Aldrian juga ikut keluar dari mobil.

"Mereka berdua lucu yaa!" Kaya Mbak Niken dari dalan mobil setelah mereka lagi-lagi berpelukan.

"Masih lucuan kita!" Jawab suaminya. Mbak Niken langsung menepuk bahu suaminya. Tak lama kemudian Aldrian masuk ke mobil.

"Udah?" Tanya Mas Agung. Aldrian hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Jangan sok kegantengan jadi cowok,"

"Kalo gak ganteng gaada yang mau deketin," balas Aldrian. Mas Agung kemudian melajukan mobilnya.

"Inget ya al, lo beruntung bisa dapetin Dea, lo jaga dia, jangan pernah nyakitin dia apalagi nyakitin hatinya, karena sekali nyakitin hatinya lo bakal nyesel," kata Mas Agung sambil memberikan tatapan genit pada istrinya. Mbak Niken hanya membalas jijik akan hal itu.

"Lo denger gue kan, Aldrian Adhlino Gavin?" Tanya Mas Agung yang mulai melirik lewat kaca di tengah mobil. Ia kesal karena ia melihat Aldrian sudah tertidur pulas dengan badan yang bersandar di pintu dan kaki yang diselonjorkan.

"Dasar emang nihh anak, lagi di nasehatin gak di denger, kebiasaan,"

"Udah kamu sabar yaa, gimana nanti kalau kamu punya anak? Pasti lebih ribet," kata Mbak Niken. Mas Agung menghela napasnya sambil tetap melajukan mobilnya di jalanan Jakarta.

SubstituteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang