6. Ancaman

48 5 1
                                    

Rumor kalau Aldrian dan Dea jadian sudah menyebar sangat cepat. Banyak yang bertanya pada Dea untuk meyakinkan tapi Dea menjawabnya dengan senyumannya. Sekarang ia duduk di mejanya sambil melihat sebuah surat. Orang itu mengirimkan surat itu lagi. Aldrian yang berada di sampingnya juga ikut serius membaca.

"Alfani lo tau ini tulisan siapa gakk?" Tanya Dea kepada Alfani yang baru datang.

"Gue kira ini tulisan Aldrian," jawabnya. Dea terdiam. Ia bingung. Kemudian Aldrian merebut surat itu dan menyimpannya.

"Udah jangan diliat terus, nanti kita cari tau, yang penting dalam surat itu gak ada kata yang mengancam," kata Aldrian. Kemudian, ia pergi menuju kelasnya karena bel telah berbunyi.

"Woyy lu kenapa bisa jadian sama dia siihh?" Tanya Alfani.

"Yaa bisa lah,"

"Sebagai pajaknya lo beliin gue mie ayam nanti pas istirahat, oke?" Kata Alfani. Dea tersenyum.

"Iyaa Alfani, untung saja gue lagi gak pms," kata Dea.

"Kalau lo lagi pms juga gak bakalan marah soalnya lo kan lagi seneng," kata Alfani. Dea hanya tersenyum.

Sementara itu Aldrian masih melihat kertas itu selama perjalanan menuju kelasnya. Ia cemburu. Walaupun ia sudah mendapatkan Dea tapi ia takut kalau Dea akan berpaling kepada si pengirim surat. Ia meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Jam istirahat Dea menuju ke toilet. Kelasnya berada di lantai 2 dan toilet di lantai 2 hanya satu yaitu di koridor kelas 11. Setelah selesai, Dea mencuci tangannya. Alangkah terkejutnya dia saat di belakangnya seseorang tiba-tiba muncul dan mentap dirinya.

"Haii, lo sasha kan?" Tanya Dea. Ia tau sasha, teman sekelas Aldrian.

"Bagus juga lo tau nama gue!" Katanya sambil mendekat ke arah Dea. Dea pun sampai harus memegang westafel karena Sasha semakin dekat.

"Kenapa lo bisa jadian sama Aldrian?" Tanyanya. Dea terdiam. Sepertinya ia sangat marah saat ini.

"JAWAB GUE DEA! PUNYA MULUT KAN LO!" Katanya dengan nada tinggi. Sasha mulai geram. Ia menjambak rambut Dea sehingga wajah mereka berdua saling bertatapan.

"Putusin Aldrian atau gue akan bertindak lebih dari ini! Dan satu lagi jika lo sampai cepu ke orang gue gak akan segan buat ngeluarin lo dari sini!" Katanya.

"Emang ini sekolah nenek moyang lo?" Jawab Dea dengan sedikit menahan sakit di kepalanya.

"AWW!" lirih Dea karena Sasha makin menjambak rambutnya.

"Jangan berani nantang gue, ngerti?" Katanya sambil melepas jambakanya kemudian pergi. Dea memegangi kepalanya yang terasa sakit. Dia berjalan keluar. Ternyata Sasha masih di depan toilet, ia berbicara pada Aldrian.

"Lo bisa gak gak usah ngerepotin gue? Gue belom 3 bulan disini dan tiap hari gue disuruh nyari lo gara-gara lama ke toilet! Sebenernya lo ngapain sihh?" Tanya Aldrian.

"Sorry yaa all, lo tau kan wanita itu banyak urusan kalau sering ke toilet," kata Sasha sambil tersenyum.

"Ehh Dea!? Lo disini juga?" Kata Aldrian. Dea baru ingin berjalan keluar. Sasha menatap ke arah Dea.

"Yaudah yaa gue duluan," kata Sasha sambil berlalu pergi.

"Iyaa gue dari toilet,"

"Iyaa gue tau lo dari toilet, itu kenapa rambut lo rontok gitu?" Kata Aldrian sambil mengambil rambut yang rontok itu.

"Ehh- itu-, tadi copot mungkin pas lagi benerin iket rambut," kata Dea.

"Tapi lo gak make iket rambut sekarang," kata Aldrian lagi. Dea berusaha membuat Aldrian tidak curiga. Ia tidak mau menceritakan kejadian tadi pada Aldrian. Belum saatnya. Ia masih bisa mengatasinya sendiri.

SubstituteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang