8. Retak

35 5 0
                                    

Setelah berganti seragam Dea langsung mengembalikan jaket Aldrian ke kelasnya. Untung saja sudah jam istirahat. Sebenarnya ia enggan karena dari jaket itu ia bisa mencium bau Aldrian yang cukup wangi menurutnya untuk seorang cowok. Setelah sampai di depan kelas, ia ingin membuka pintu tapi seseorang membukanya. Aldrian membuka pintu terlebih dahulu. Dea terkejut begitupula dengan Aldrian. Mereka masih saling menatap.

"Ehmm, gue mau balikin jaket lo," kata Dea sambil memberikan jaket itu.

"Ohh, oke," balas Aldrian. Aldrian kemudian langsung memakai jaket itu dan pergi keluar kelas meninggalkan Dea. Dea terdiam dengan tangannya yang masih sama saat memberikan jaket Aldrian.

"Ma-kasih," katanya sambil menurunkan tangannya. Tentu saja Aldrian tidak mendengar hal itu. Dea kembali menuju kelasnya.

"Apa gue salah karena tidak memaafkan dia? Tapi kan dia yang salah kenapa jadi dia yang marah?" Pikir Dea. Ia sudah sampai di kelasnya. Alfani yang melihat Dea langsung menghampiri Dea.

"Dea gue boleh nanya sesuatu gakk?" Tanya Alfani. Sebenarnya ia malas menanggapi Alfani tapi ia masih berusaha untuk tidak menyakitinya.

"Apa?"

"Lo masih pacaran sama Aldrian? Soalnya tadi gue liat gimana Aldrian nolong lo!" Kata Alfani.

"Aldrian lagi Aldrian lagi! Kenapa harus dia?" Pikir Dea. Akhirnya Dea mengangguk menjawab pertanyaan Alfani.

"Ohh kalau masih berarti informasi ini harus gue kasih tau ke lo, penting!" Kata Alfani.

"Apalagi sihh! Gue lagi males ngebahas Aldrian!"

"Ini penting, Dea! Lo inget kan gue pernah ngasih tau lo kalau Aldrian pernah di tuduh gay? Ternyata dia beneran gay!" Kata Alfani.

"Apa? Lo gila yaa! Jangan nuduh yang aneh-aneh!" Balas Dea marah.

"Iyaa Dea! Kemarin gue liat dia berduaan sama Davino di taman, hampir aja mereka ciuman kalo gue gak cegah, terus gue tanya sama lo dia pernah ngizinin lo buka history browsernya gakk?" Tanya Alfani. Dea berusaha menahan amarahnya.

"Apasih? Gila lo! Gue ngerti kalo masalah historynya itu itu udah sangat privasi, dan kalo emang bener dia gay kenapa dia pacaran sama gue! Kenapa gak langsung sama Davino!" Kata Dea yang mulai agak marah.

"Mungkin dia cuma jadiin lo pelampiasannya dia aja!" Kata Alfani. Dea sudah tidak bisa menahan amarahnya. Rasanya ia ingin memukul mulut Alfani tapi mengingat ini masih lingkungan sekolah ia masih bisa menahan amarahnya lagi.

"Jaga omongan lo! Gue gak percaya semua yang lo omongin! Alfani, Please jangan nambah beban gue okey?" Kata Dea sambil berdiri dan meninggalkan Alfani.

Dea pergi ke kantin dan membeli jus sirsak dan langsung meminumnya untuk menenangkan dirinya. Ia duduk di salah satu bangku. Ia memegangi kepalanya.

"Dea? Lo kenapa?" Tanya Tasya yang baru datang dan langsung duduk di depan Dea.

"Ahh gatau nih! Oh yaa lo gak sama Adlan?" Tanya Dea.

"Adlan lagi di ruang guru ngumpulin tugas, oiya lu belom cerita lo kenapa?" Kali ini Tasya berusaha mengembalikkan ke topik awal.

"Aldrian dituduh gay sama Alfani, katanya dia ngeliat Aldrian mau ciuman sama Davino kemaren," kata Dea.

"Apa? Dia gila! Tapi lo gak percaya kan?" Tanya Tasya. Dea tidak menjawab. Ia malah mengedarkan pandanganya dan menemukan Aldrian sedang bersama Davino. Aldrian tampak senang. Aldrian merangkul Davino. Dea jadi mulai berpikir kalau apa yang dikatakan Alfani memang benar. Tasya yang melihat arah pandangan Dea langsung menegurnya.

SubstituteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang