5. Hari Bersejarah

55 7 1
                                    

Akhirnya Aldrian diizinkan untuk menginap di sekolah pada malam 17 Agustus. Seperti biasa, ibunya awalnya melarang tetapi ia mengizinkan dengan syarat ibunya akan menunggunya sampai malam. Sudah jam 9 malam, setelah latihan dari jam pulang sekolah, akhirnya mereka dipersilahkan untuk mandi dan beristirahat. Banyak kakak kelas mengatakan setiap tahunnya diadakan malam pastugus, yaitu malam ini. Mereka tidak memberi tahu apa itu malam pastugus tapi mereka hanya meminta kita untuk waspada.

Sampai latihan selesai tidak ada apapun. Tetapi saat setelah anak-anak kelas 10 tidur, kakak kelas membangunkan kami dengan paksa. Sekitar pukul setengah 12 malam. Kami berkumpul di tengah lapangan. Terlihat topi para instruktur dan alumni sudah di kerek seperti bendera. Setelah itu mereka menyuruh menutup mata dan semua lampu gelap. Kemudian perbaris yang sudah saling memegang pundak segera mengikuti kakak kelas yang sedang menuntun. Jika kami membuka mata maka pasukan kami akan dibubarkan dan tidak akan ada upacara besok. Kegiatan malam pastugus dimulai, ada yang ketakutan, menangis, dan lain-lain. Ada juga yang sampai membaca ayat-ayat suci. Bukan hanya jerit malam, tapi kegiatan lain yang membuat mereka menangis tapi cukup memotivasi untuk kegiatan besok.

Acara selesai pukul 2 pagi. Dea memasuki ruangannya. Matanya sembab. Ia akan beranjak tidur tapi seseorang memberi tahu kalau Aldrian menunggunya di lab biologi. Dea bingung. Dea ingin mengajak temannya tapi orang itu memberitahu kalau ia harus pergi sendiri. Dea semakin bingung dan takut. Beredar rumor bahwa lab biologi adalah tempat paling angker di sekolah. Entah itu benar atau tidak. Ia menaiki tangga menuju lab biologi. Setelah sampai ia membuka pintu dan masuk. Tapi tidak ada seorang pun.

"Aldrian?" Panggil Dea.

Tidak ada jawaban. Kemudian pintu lab tertutup dengan sendirinya. Rasa takut Dea mulai muncul karena seisi ruangan menjadi gelap. Seseorang muncul dari depan lab. Seperti guling tapi meloncat. Dengan cepat Dea menuju pintu lab. Bukannya keluar ia malah jongkok di pintu itu dan menutupi kepalanya dengan kedua dengkulnya. Dea ketakutan. Ia pernah mengalami hal ini karena Tian. Tapi tidak mungkin ini pekerjaan Tian. Kemudian ia bangkit dan melihat pocong sudah berada sekitar 2 meter di depannya. Ia keluar dan alangkah terkejutnya karena satu sekolah gelap. Semua lampu mati.

Dea berniat turun lewat tangga di sebelah lab tapi entah kenapa tangga itu di blokir oleh rak buku sehingga ia tidak bisa lewat. Sepertinya ini disengaja. Ada yang mengerjainya. Dea kemudian berlari menuju tangga di dekat perpustakaan tapi tangga itu juga di blokir. Dea berteriak karena sebuah wajah wanita tiba-tiba muncul di jendela pintu perpustakaan. Itu kuntilanak. Dea reflek jongkok dan menutup wajahnya. Kemudian ada sesuatu yang menyentuh lengannya. Seperti rambut. Dea semakin takut. Ia semakin berteriak. Setelah rambut itu tidak ia rasakan di kulitnya ia mendongak. Tidak ada apa-apa. Kemudian ia menuju tangga antara kelas 10 ipa dan ips. Tapi ia harus melewati lab biologi dan sudah ada pocong yang menunggunya di sana. Dea berusaha menghilangkan rasa takutnya dan berlari ke arah pocong itu. Setelah dekat ia mendorong pocong itu tapi ia tidak merasa bahwa ia mendorong apapun. Dea menghiraukannya.

Tangga di sana juga di blokir. Dea putus asa. Ia menangis karena mulai lelah dan rasa takutnya belum hilang. Kemudian ia masih ingat kalau ada satu tangga lagi. Tangga yang mengarah ke belakang podium. Segera Dea menuju ke sana. Untung tidak di blokir. Tapi ia merasa aneh kenapa ini tidak di blokir.

"Pejamkan matamu Dea, hihihi!" Kata Seseorang di belakangnya. Dea berteriak dan memejamkan matanya. Kemudian seseorang mendorongnya untuk turun ke bawah. Setelah sampai di bawah ia membuka matanya. Dea berteriak karena ada barisan para hantu yang berujung pada podium. Hantu itu melirik Dea tapi ia berusaha untuk tidak melihat. Pipinya mulai basah karena takut. Setelah berjalan pelan mendekati podium, kemudian lampu sorot menyala. Di podium seseorang berdiri memegang satu bucket bunga. Itu Aldrian. Dea bingung dan mengusap pipinya yang basah.

SubstituteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang