Aldrian terbangun dari tidurnya. Ia sedikit bingung karena ada yang berbeda terjadi di sekitarnya. Dan butuh waktu sekitar 5 detik sampai akhirnya ia menyadari kalau dirinya sedang menginap di rumah Dea. Dirinya sudah mulai membaik walaupun sedikit pusing. Kemudian, ia membuka selimut dan kemudian pergi menuju kamar mandi.
Setelah siap Aldrian menuju ke meja makan. Aldrian sudah beberapa kali ke rumah Dea sehingga ia sudah hapal letaknya. Di sana ternyata sudah ada Tante Okta, Om Bian, Vinaa, Rio, dan tentunya Dea.
"Pagi om, tante," sapa Aldrian.
"Pagi juga, ayo sarapan dulu," kata Tante Okta. Aldrian tersenyum dan duduk di samping Dea. Ya, karena hanya itu kursi yang kosong.
"Vina? Tumben lo udah bangun?" Tanya Aldrian bingung.
"Udah lah, aku kan tidur sama kak Dea semalem," jawab Vina. Aldrian hanya mengangguk.
"Kamu gak mau istirahat dulu? Kamu kan baru keluar dari rumah sakit," tanya Tante Okta.
"Aku udah agak sehat kok tan," kata Aldrian sambil tersenyum. Kemudian, ia melirik ke arah Dea yang berada di sampingnya. Dea masih terlihat menyantap makanannya.
"Pagi Dea!" Kata Aldrian berbisik. Dea terkejut. "Pagi juga," jawabnya.
"Hari ini kalian berdua olahraga? Bukanya kalian beda kelas?" Tanya Om Bian.
"Ahh kebetulan jadwal olahraga kami berdua sama om," jawab Aldrian. Aldrian bingung kenapa Dea dari tadi hanya diam. Dea kemudian berdiri setelah menyelesaikan sarapanya.
"Pah ayo berangkat," ajak Dea.
"Ohh yaa, papa lupa beritahu kalau papa hanya bisa mengantar vina dan Rio karena sekolah mereka dekat, papa ada pertemuan penting pagi ini," jelas Om Bian.
"Jadi, kalian berdua berangkat bareng," sambar Tante Okta. Dea kembali duduk. Sementara ayahnya beserta Vina dan Rio pamit pergi duluan. Beberapa saat kemudian, Dea kembali berdiri.
"Gue tunggu di mobil, buruan udah siang!" Katanya yang langsung pergi. Aldrian bingung melihat Dea yang berubah sikapnya. Setelah selesai Aldrian pamit kepada Tante Okta dan kemudian pergi ke luar.
Di perjalanan hanya ada diam. Keduanya tidak memulai pembicaraan apapun sampai mereka sampai di sekolah. Aldrian membuka pintu mobil. Saat keluar tiba-tiba Dea mendatanginya dan langsung memeluk Aldrian. Tubuhnya yang lebih pendek dari Aldrian membuat ia harus menjinjit sedikit.
"Maaf yaa aku pagi ini jutek sama kamu, soalnya aku pengen liat reaksi kamu aja," katanya.
"Aku kira kamu kenapa, tapi kalo kamu bener-bener ada masalah cerita aja yaa," kata Aldrian sambil mempererat pelukanya. Setelah itu ia langsung mengajak Dea masuk ke kelas.
Jadwal olahraga mereka kebetulan sama. Yah ini suatu keuntungan menurut Aldrian karena bisa bertemu Dea. Walaupun ia sudah sering bertemu di luar sekolah, tapi Aldrian rasa itu masih kurang.
Setelah berbaris sesuai kelas, Aldrian melirik atau lebih tepatnya mencari keberadaan Dea. Setelah menemukannya kemudian ia meminta temanya yang berbaris di samping Dea untuk bertukar posisi denganya. Dia setuju. Sekarang, Aldrian berada di samping Dea.
"Kamu ngapain?" Bisik Dea. Ia harus berbisik takut guru olahraganya yang sedang menjelaskan materi mendengarnya.
"Pengen di deket kamu," jawab Aldrian sambil tersenyum. Kemudian, Aldrian langsung menggenggam tangan Dea.
"Aldrian lepasin,"
"Sst, pak guru sedang menjelaskan kita sebagai muridnya harus mendengarkan sebagai bentuk kesopanan," Dea langsung melihat ke arah Aldrian sinis. Ternyata hari ini guru olahraga mereka ada tugas di luar sehingga setelah pemanasan anak-anak bebas melakukan aktivitas. Beberapa anak perempuan ada yang menuju ke kelas dan ke kantin. Sementara yang cowok, ada yang bermain futsal dan beberapa lainnya bermain basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Substitute
Teen FictionSejak kematian Tian, Dea mulai menutup dirinya ke semua cowok. Namun, hal itu berubah saat ia menemukan cowok di sekolah barunya bernama Aldrian yang sifatnya hampir mirip dengan Tian serta sekilas mirip dengan Tian. apakah ini sebuah keajaiban yang...