13. Farewell

24 3 0
                                    

Flashback On

"Lo kenapa sihh Dea? Harusnya lo gak lakuin semua ini," kata Davino yang duduk di sofa rumah Dea. Dea yang sedari tadi mondar-mandir kemudian duduk di samping Davino.

"Dav, lo tau kan kenapa? Kalo Aldrian masih-," omongan Dea terputus.

"Masih apa? "Kalo dia Masih cinta sama lo masalah ini udah selesai" gitu? Alesan lo itu aja dari dulu, yang lo lakuin itu malah semakin memperburuk keadaan, kalo kalian berdua gaada yang mau ngalah kapan selesainya?" Kata Davino yang sedikit membentak Dea.

"Lo tau kan Dav, gue gamau cinta gue bertepuk sebelah tangan, dan jujur semenjak kejadian itu gue jadi ngerasa "apa bener dia gay?" " Apa gue cuma jadi bahan pelampiasan?" " kata Dea.

"Lo tau kan itu cuma fitnah,"

"Ya iya, tapi kalo emang bener gimana? Gue takut, gue cuma takut Dav," kata Dea. Air matanya keluar. Davino memegang wajah Dea sambil mengusap pipinya.

"Gue yakin Aldrian gak kayak gitu, gue sahabatnya dari dulu, gue kenal Aldrian, jadi lo harus minta maaf," kata Davino. Dea meneluk Davino setelah itu. Davino yang sempat kaget kemudian membalas pelukanya sambil mengelus punggung Dea.

"Makasih Dav,"

Flashback off

Mas agung mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar penjelasan Dea dan Davino.

"Baik, gue percaya kalian, sekarang yang terpenting adalah kita harus ngomong sama Aldrian, kayaknya dia udah sampe rumah, gue telpon dia dulu," kata Mas Agung yang kemudian menuju pintu Depan rumah Dea.

"Lo tenang ya Dea, gue yakin hubungan kalian akan baik setelah ini," kata Tasya yang menenangkan Dea. Dea mengangguk.

"Thanks,"

Mas Agung kembali dengan raut wajah yang panik. Semua mata tertuju pada Mas Agung.

"Kenapa? Apa ada sesuatu?" Tanya Adlan.

"Katanya Aldrian belum sampe rumah, tadi gue nelpon handphonya tapi gak diangkat sama dia, jadinya gue nelpon rumah, harusnya dia sudah sampe rumah, dia pergi kemana?" Kata Mas Agung. Dea yang mendengar hal itu menangis karena ini semua adalah salahnya.

"Dea ini bukan salah lo, okey? Yang terpenting sekarang kita harus cari dia," kata Tasya.

"Lo bawa motor kan Dav?" Tanya Mas Agung.

"Iya mas,"

"Jadi gue sama Davino naik motor, Adlan sama Tasya biar naik mobil, Dea kalo lo mau ikut lo bisa ikut mobil Adlan sama Tasya," kata Mas Agung. Semuanya bergerak menuju mobil dan motor masing-masing. Sambil berjalan Dea berusaha menelpon Aldrian tapi ia tidak mengangkat telponya.

Setelah mencari keliling kota, mereka tak kunjung menemukan Aldrian. Sampai akhirnya handphone Mas Agung berdering yang membuatnya harus menepikan motor Davino. Begitu juga dengan Adlan yang menepikan mobilnya. Setelah menepi Mas Agung turun dan berlari kecil menuju tempat yang agak sepi untuk mengangkat teleponya.

"Kenapa?" Tanya Adlan.

"Ada telfon, gatau juga sihh siapa," Jawab Davino. Adlan hanya diam. Beberapa saat kemudian, Mas Agung kembali.

"Kita ke rumah sakit sekarang, katanya Aldrian kecelakaan dan udah dibawa ke rumah sakit,"

"Apa?"

"Iyaa sekarang cepet kita kesana," jawab Mas Agung. Dengan cepat mereka pergi ke sana. Sebelum berangkat mas Agung sempat memberitahu Tante Juliana. Sesampainya di sana mereka langsung menuju kamar Aldrian dan tepat saat sampai seorang dokter keluar dari ruangan itu.

SubstituteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang