5. Jadi Babu

7.3K 511 16
                                    

Esok hari nya Sarah dapat menjalankan hari nya dengan normal. Gadis itu juga belum melihat Revan sejak masuk sekolah tadi. Ah dia juga tidak peduli.

"Jadi, sungai hujan adalah sungai yang air nya berasal dari air hujan," Alya dengan cekatan mencatat apa yang keluar dari mulut guru yang sedang mengajar. Sebenar nya ia tidak pintar, tetapi karena pelajaran Geografi adalah pelajaran yang ia sukai, ia jadi rajin. Berbanding terbalik dengan Sarah yang malah sibuk bermain ponsel.

Alya berdeham kecil sambil menyikut lengan Sarah, "itu Bu Susi ngeliatin." Sarah langsung memasukan ponsel nya ke kolong meja, lalu mengambil bolpoin dan pura-pura sedang mencatat.

"Permisi Bu maaf untuk ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara, atau yang mewakilkan di panggil buat ikut seminar di aula." Suara itu seperti suara Malaikat bagi Sarah. Tetapi dia bukan malaikat, hanya seorang siswa yang Sarah tidak kenali.

"Ayo itu yang tadi di sebut keluar, ke aula."

"SIAP BU!" Ujar Khafi dengan semangat. Setahu Sarah, Khafi memang tidak suka pelajaran ini. Apalagi sama guru nya.

Sarah menghela napas lega setelah keluar dari kelas nya. Baru sekali ini ia bahagia karena menjadi wakil ketua kelas.

-----

Acara seminar tentang kesehatan itu berakhir dua jam kemudian. Kakak dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia itu berbicara tentang bahaya merokok atau vape yang sedang ngetren itu. Selain di beri ilmu, perwakilan kelas juga mendapat konsumsi makanan berupa snack-snack kecil. Seperti roti, pastel, dan sebagai nya.

"Coba nasi padang ya," ujar Sarah setelah keluar dari aula. "Pengen nya lo itu mah." Tari--si bendahara--terkekeh, tangan nya menoyor kepala Sarah pelan.

"Gue mau ke kantin dulu ya." Sarah pamit kepada empat teman nya yang lain. Tidak ada yang ingin ke kantin, jadi ia hanya sendiri.

Jarak aula dengan kantin memang jauh, kantin di lantai dasar sedangkan aula di lantai dua. Sarah mesti melewati lorong kelas dua belas terlebih dahulu, lalu turun melalui tangga yang ada di depan kelas XII IPS 4.

Belum sampai ke tangga yang di tuju, tangan Sarah tiba-tiba di tarik. Pergerakan tiba-tiba itu membuat Sarah tidak bisa melakukan perlawanan apa-apa sampai masuk ke dalam kelas XII IPA 4. "Apaan si eh?" Sarah bertanya, hampir berteriak. Di sana, semua perempuan sekitar sepuluh lebih menatap Sarah dengan kilatan amarah.

"Lo tau ga? Lo anjing!" Satu di antara mereka maju dan berhetin tepat di hadapan Sarah yang masih setia berdiri di balik pintu. "Apaan si?"

"Gausah sok polos!" Yang lain menyahuti. Sementara yang satu itu memegang kunciran rambut Sarah. Sarah yang tidak terima akan hal tersebut menepis kuat tangan kakak kelas nya. Sontak membuat mereka semua kaget. "Gue ga punya salah ya sama lo semua. Gue aja gatau lo siapa."

"WAH SONGONG!"

"JAMBAK AJA TA!"

"ABISIN!"

"Oh gitu. Kenalin nama gue Dita, mantan ketua cheers tahun kemarin. Semua orang tau gue, masa lo gatau gue?"

"Peduli apa gue harus tau lo?" Sarah menantang. Dagu nya naik, menatap balik semua yang menatap nya. Apalagi ketika mata nya menangkap seseorang yang kemarin menegur nya bersama Revan. Ah, pasti semua ini karena Revan!

EvanescetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang