19. Jarak

4.9K 323 3
                                    

"Hati-hati bisa ga si?!" Revan jadi kesal sendiri melihat nya--Sarah yang dari tadi berjalan tidak memperhatikan ke depan sehingga kadang menabrak tiang. Sementara gadis yang di marahi hanya bisa diam tertunduk. "Gue capek, makanya pusing gini."

"Ya siapa suruh capek?!" Ujar Revan lagi, ia berdecak berkali-kali.

"Apaan si Van, kok marah-marah terus sih!" Kali ini Sarah yang berteriak. Revan menghela napas berat saat melihat Sarah berjalan mendahului nya, ia salah.

Tapi--apakah Revan salah merasa cemburu saat melihat Ardian dan Sarah yang dapat bermesraan di depan mata nya? Ciuh, Revan hampir saja meludahi wajah Ardian ketika laki-laki itu memberikan senyum terbaik nya kepada Sarah. Revan bahkan sempat berpikir apa guna nya ia datang kalau hanya melihat adegan yang justru membuat hati nya panas?

"Sar."

"Diem deh lo Van! Gue lagi pusing, gausah bikin gue tambah pusing." Sambar Sarah berapi-api, tanpa mau pusing menanyakan apa pesanan Revan, perempuan itu hanya menyebutkan pesanan nya kepada salah satu pelayan yang datang.

Sarah sudah punya niat baik, yaitu mengajak Revan jalan-jalan terlebih dahulu--mengganti janji nya. Tapi malam ini Revan justru malah menyebalkan bagi nya. Tidak ada yang berbicara, Sarah diam--jengkel setengah mati.

Sepuluh menit kemudian, pesanan Sarah datang. Satu piring roti bakar telur plus kornet plus keju dan ice green tea. Sarah memakan dengan suka hati, tidak menawari Revan yang memang tidak memesan apa-apa.

Saat sedang asik menusuk potongan roti dengan garpu, Revan menarik piring Sarah beserta garpu yang tadi di gunakan perempuan itu. Tanpa mempedulikan tatapan tajam Sarah, ia memakan satu potongan roti.

Masih dengan wajah datar, Revan menyodorkan satu potongan roti di hadapan Sarah, tidak berbicara apapun. "Gamau!"

"Makan."

"Ogah!" Jawab Sarah ketus. Revan berdecak pelan, lalu dengan satu tangan ia menekan kedua pipi Sarah--agar mulut perempuan itu terbuka dan memasukan potongan roti tersebut. "Harus banget gue gituin baru lo makan?"

"Ya lo ngapain makan punya gue coba?!"

"Lo ga mesenin punya gue." Kilah Revan cepat, saat sampai potongan terakhir, laki-laki itu memberikan nya lagi ke Sarah, di makan dengan Sarah tanpa ada unsur pemaksaan lagi.

Setelah menunggu Sarah menghabiskan minuman nya, Revan menarik tangan perempuan itu menuju kasir lalu membayar apa yang tadi Sarah pesan. Berulang kali Sarah minta di lepaskan, Revan tetap kekeh menggandeng pergelangan tangan Sarah sampai benar-benar ada di dalam mobil nya.

"Safety belt." Revan berujar pelan, tidak ingin memakaikan safety belt Sarah.

"Van lo kenapa si diem aja dari tadi! Terus marah-marah mulu!" Keluh Sarah, ia membuka sandal jepit nya lalu mengangkat kedua kaki nya. "Ga jelas tau ga? Ga mungkin kan lo lagi PMS."

"Bukan nya gue emang ngeselin?"

"Tapi yang ini beda!"

Sarah memaki dalam hati, Revan belum menjawab pertanyaan nya.

"Gue boleh egois ga Sar?" Sarah lantas menoleh, kening nya berkerut samar. Tanda ia tidak mengerti. "Gue cemburu tadi liat lo sama Ardian. Jadi nya gue kesel."

------

"Anjing," Sarah mengumpat sejadi-jadi nya saat melihat empat puluh soal yang semua nya menggunakan huruf Hiragana. Hari ini hari pertama untuk Ujian Kenaikan Kelas--dimana Bahasa Jepang pelajaran pertama yang di ujiankan.

EvanescetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang