6. Perhatian

6.7K 476 18
                                    

Terhitung sudah sepuluh menit setelah Revan dan Sarah keluar dari ruang BK. Kenyataan nya, apa yang Revan katakan benar. CCTV di kelas dua belas itu hidup semua, guru hanya butuh pelaku dan korban untuk di mintai keterangan. Sarah yang secara teknis dalam keadaan terdesak justru mengatakan dengan sejujurnya. Mengatakan kalau kakak kelas nya itu tidak jelas--bahkan hampir mengumpat hewan-hewan kebun binatang kalau ia tidak sadar sedang berbicara kepada guru.

"Ah dasar kambing," ujar Sarah kesal. Sejujur nya ia masih tidak puas kepada hukuman yang di berikan guru nya tersebut. "Gue sampe basah kuyup kayak gini dia cuma di skors lima hari? Sampah. Keluarin aja kakak kelas yang gitu, ga guna. Menuh-menuhin sekolah doang." Sarah berkata gamblang. Membuat Revan yang ada di sebelah nya mengedik ngeri.

"Buset dah Van, kalo gue ketemu mereka lagi nih udah gue kata-katain. Domba dasar." Lanjut nya. Gadis itu masih menggunakan kata "halus" karena mereka belum sepenuh nya menghilang dari depan ruang guru.

Sebagai ganti nya, Revan dan Sarah di perbolehkan tidak mengikuti pelajaran setelah ini--di uks. Apalagi Sarah, perempuan itu mendapat dispensasi untuk tidak masuk beberapa hari kemudian. Guru bk--yang di kenal seperti macan itu meminta maaf kepada Sarah atas kesalahan nya yang tidak bisa mendidik siswa dengan baik.

Setelah sampai uks, Sarah langsung menjatuhkan tubuh nya ke ranjang uks yang terbilang lebih nyaman ketimbang kursi kayu yang sering ia susun untuk tidur di kelas. Sementara Revan beringsut duduk di ranjang yang ada di sebelah nya. Mengeluarkan ponsel.

Pria-Pria Kesepian.

Febrio: woy.

Febrio: lo pd kenapa sekolah lama lama bgt si.

Rozan G: perlu gue ingetin kalo ini masih jam sebelas.

Rozan G: gue keluar jam empat sore.

Revan: tau lo.

Revan: dikira ini sekolah punya bapak lo apa nyet.

Revan: makanya kuliah.

Revan: nanti badan lo membusuk di kamar aja baru tau rasa.

Febrio: xi anying.

Febrio: gue kan udah lulus gblk.

Rozan G: ogty.

Rozan G: yodah sana pacaran dulu sama Gaby.

Rozan G: mumpung gaada orang di rumah bisa bobo cantik dulu.

Febrio: sip.

"Lo ngapain si Van senyum-senyum gitu? Ngeliatin koleksi terbaru Mia Khalifa?" Revan dengan cepat memutuskan menoleh tajam ke arah Sarah. Perlu kalian tahu kalau Mia Khalifa itu model bintang eres-eres atau pria dewasa yang banyak di gandrungi teman-teman kelas Sarah--makanya perempuan itu tahu.

"Engga. Bahaya nanti kalo gue liat disini, ga bisa nahan." Sarah bergedik ngeri kemudian melempar Revan dengan bantal yang ada. "Terus gue juga ga bawa sabun."

"Revan!" Seru Sarah. Tolong hentikan percakapan seperti ini.

-----

"Eh ini pacar nya Sarah?" Naura berkata lembut sembari mempersilahkan laki-laki bernama Revan itu masuk.

"Amit-amit Ma." Sarah menyahut dari arah dapur. Perempuan itu sudah mandi dan mengganti pakaian nya. Naura awal nya bertanya heran mengapa tubuh anak nya bau minuman rasa teh itu. Sarah dengan tenang menjawab, "tadi ada bagi-bagi teh gratis, bukan buat di minum tapi di siram dari atas pake helikopter."

Naura yang mendapat jawaban seperti itu memilih tidak melanjutkan pembicaraan tersebut. Ia selalu ber-istighfar dalam hati saat menyadari kelakuan anak nya itu keturunan suami nya.

Sementara Farhan belum pulang. Ini baru pukul empat sore, pekerjaan Farhan tidak se-simpel sekolah. "Ma Revan suruh pulang aja."

"Ada-ada aja kamu. Di luar masih hujan," tegur Naura kemudian. Revan memang mengantar Sarah pulang sekolah, tetapi saat sampai rumah perempuan itu, hujan lebat justru menyapa. Membuat Revan mau tidak mau harus meneduh di rumah Sarah terlebih dahulu.

"Tau lo, jahat banget sama gue."

"Penjilat." Sarah bergumam, memilih menyalakan televisi di ruang keluarga ketimbang duduk bersama Revan dan Mama nya yang tengah asik membicarakan sesuatu di ruang tamu. Lihat lah cara Revan berbicara kepada Mama nya, begitu baik, sopan dan lembut. Berbeda dengan cara nya memperlakukan Sarah. Ia tahu kalau Mama nya itu cantik, tetapi Revan tidak boleh jatuh hati kepada Mama nya, atau bahkan menyodorkan diri untuk jadi Ayah nya Sarah. Amit-amit deh, walaupun Papa nya--Farhan--mempunyai otak yang sedikit gesrek, ia jauh lebih memilih Papa nya.

"Maafin Sarah ya, dia emang suka gitu, nyebelin." Sarah samar-samar mendengar suara Mama nya. "Aku denger loh, Ma."

"Ya gapapa, biar kamu tau kalo kamu tuh nyebelin."

"PAPA, SARAH DI KATAIN SAMA MAMA!" Naura cekikikan sendiri, tentu omongan nya tadi hanya bercanda.

----

Revan pulang pukul tujuh malam. Lebih lama di banding perkiraan nya karena Farhan justru pulang di saat hujan mereda. Farhan memaksa Revan untuk makan malam terlebih dahulu. Dengan ancaman seperti ini. "Makan dulu, nanti Oom sunat dua kali pake samurai anak-anak SMA tawuran jaman sekarang."

Galak? Iya. Tapi Revan justru tertawa. Kelas lelucon Revan justru sama seperti Farhan. Receh. Sarah juga sebenar nya seperti itu, tetapi keadaan nya memburuk tidak memungkinkan diri nya tertawa. Apalagi panas yang di rasakan seluruh tubuh nya.

Revan memilih untuk tidak memberi tahu kejadian yang di alami Sarah. Bisa-bisa orangtua Sarah--yang sangat peduli ini benar-benar membawa golok ke sekolah. Plus samurai yang di pajang di dinding dapur. Kata Farhan si itu hanya main-mainan, buat maling takut kalo mau nyuri.

"Makasih Oom, Tante. Revan pulang dulu," ujar Revan ramah. Sejujur nya ia berat hati meninggalkan rumah penuh kehangatan ini. Sudah lama sekali ia tidak di perlakukan layak nya seorang anak remaja yang butuh perhatian.

EvanescetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang