23. Ceroboh

4.6K 313 4
                                    

Sebenarnya Sarah sangat tidak suka masuk pada saat minggu class meet berlangsung, ia kebanyakan memilih untuk tidur di rumah atau bermain bersama Alya. Tapi karena pertandingan ini, Sarah sekarang berada di pinggir tribun lapangan basket.

"YAH BEGO!" Sarah berteriak marah ketika shoot dari anak kelas IPS 2 tidak masuk. Padahal, harus nya ia senang karena IPS 2 sedang melawan kelas nya--IPS 4.

Sebagian murid perempuan kelas IPS 4 melihat Sarah bingung, apalagi Alya yang ikut menyikut lengan Sarah. "Eh itu maksud gue dia bego banget gitu aja ga masuk!"

"Hm."

"Yakali dah Al gue dukung IPS 2," tambah Sarah, meyakinkan. Tapi Alya tetap menatap nya dengan tajam. "Takut keluar gue mah itu mata lo Al."

Permainan kali ini harus di akui Sarah kalau kelas nya memang keren--apalagi Defri. Kelas nya unggul sepuluh poin. "Nyesel ga lo nolak Defri?"

"Pertanyaan macam apa itu? Jelas jawaban nya engga lah!" Jawab Sarah menggebu-gebu, walaupun dalam hati nya mengatakan kalau Defri memang tampan saat sedang bermain basket. Ah, tapi masih gantengan laki-laki yang sedang men-dribble bola oranye tersebut.

"REVAN!" Tidak, Sarah tidak segila itu untuk ikut teriak bersama anak kelas IPS 4 di tengah teman-teman perempuan nya yang lain. Bisa-bisa ia di kira naksir berat sama Revan.

Pertandingan selesai lima belas menit kemudian, kelas Sarah tetap unggul. Perempuan itu berdiri, lalu mengambil handuk putih yang ada di samping tubuh nya.

"Bersihin dong!" Sarah mendecak sebal mendengar teriakan Khafi yang ada di bawah nya. "Lo jadi wakil gue harus totalitas, Sar."

"Pala lo totalitas!" Sungut Sarah, tapi tangan nya melakukan apa yang di suruh Khafi tadi. Bisa di bilang, Khafi dan Sarah itu couple kelas mereka--walaupun sebenarnya bukan couple beneran. Tapi kali ini karena Sarah sudah merasa ada yang mengisi hati nya, ia jadi tidak ingin melakukan hal yang membuat gosip itu memanas lagi.

"Lo main basket apa keramas si?" Tanya Sarah sambil menggosok-gosok handuk tersebut ke rambut Khafi, sedangkan laki-laki tersebut sedang meminum air mineral.

"Keramas, nih kan gue bawa pantene nya." Jawaban cepat Khafi membuat Sarah tertawa sambil menoyor kepala laki-laki tersebut. Karena Sarah berdiri di atas tribun sedangkan Khafi di lapangan, jadi Sarah sedikit lebih tinggi dari laki-laki tersebut.

Setelah selesai, Sarah melempar handuk tersebut ke wajah Khafi yang sigap di ambil oleh nya. "Makasih, Mamah."

"Sama-sama, Pah." Jawab Sarah acuh, lalu kembali duduk. Pandangan nya memperhatikan sekitar, berusaha mencari Revan di sisi tribun, namun hasil nya nihil. Mungkin sudah kembali ke kelas? "Kantin yuk Sar."

----

Hujan deras mulai turun, membuat acara class meet di hentikan sejenak. Suara air jatuh ke bumi menutup suara spatula yang bergerak mengenai penggorengan, juga suara minyak panas yang baru di taruh makanan untuk di goreng. Tapi, suara hujan tidak dapat menutupi tawa meja di pojok kantin.

Disana, Defri dan Khafi sedang duduk berhadapan bersama dengan Alya dan Sarah. Hanya orbolan-obrolan unfaedah yang bisa membuat mereka ber-empat tertawa keras.

Semua nya meneriaki nama Khafi dengan lanjutan kata 'bego, goblok, tolol' dan sebagai nya. Khafi sedang menceritakan bagaimana ia memasak telur dadar sampai gosong kemarin. Sebenarnya tidak lucu-lucu amat, tapi pembawaan Khafi yang khas dan selera humor yang rendah, alhasil mereka semua tertawa.

"Nih ya Fhi, gue jamin kalo lo masak air juga bakal gosong pasti." Defri menambahi, membuat Sarah tertawa terbahak-bahak sambil memegang perut nya sendiri.

"ANJ CAPEK GUE KETAWA MULU! MAMA TOLONG!" Keluh Sarah sambil tertawa, lalu memukul-mukul pundak Alya untuk tidak ikut tertawa juga.

"Bangke lo semua, bukan nya di kasih tips and trick cara masak telur yang bener, malah di ketawain."

"Gimana ga ketawa, lo masak telur aja sampe ketiduran!" Jawab Sarah.

Harum khas bakso mampir di hidung Sarah, membuat perempuan itu berhenti tertawa dan melihat empat mangkuk bakso sudah tersaji di hadapan nya. "Punya gue yang ga pake daun bawang!"

"Emang bakso pake daun bawang ya Sar?" Alya bertanya bingung, sedangkan Khafi sudah menyemburkan tawa nya, di susul Defri tiga detik kemudian. "HAHAHAHA EH IYA LUPA! GUE KIRA MIE AYAM."

"Ciri-ciri orang kebanyakan ngelem nih," ujar Khafi sambil menunjuk wajah Sarah.

Tidak ada yang berbicara setelah itu, ke-empat nya asik makan sampai Defri menghabiskan bakso nya paling awal. "Nikmaaaaaaat!" Khafi beberapa detik kemudian menyusul Defri lalu mengajak untuk kembali ke kelas, meninggalka Alya yang porsi nya masih banyak, sedangkan Sarah sudah ludes sampai kuah nya bersih.

Sepuluh menit kemudian ke-empat anak tersebut berjalan keluar dari kantin saat hujan sudah reda, serempak jalan di pinggir tembok agar tidak kena becekan yang ada di lantai lorong. "Sar, Defri kan mau nembak lo."

"Nanti mati gue!" Sarah sengaja menjawab seperti itu, tidak ingin suasana ini terlalu serius. Apalagi tubuh Khafi yang mendekat, agar tidak bisa di dengar oleh Alya dan Defri yang ada di belakang mereka.

"Si anjing, serius dikit bisa ga si?" Sungut Khafi kesal, sementara Sarah hanya nyengir lalu ia loncat tinggi, membuat becekan yang ada menyemprot ke arah Khafi, Alya dan Defri juga kena, tapi tidak separah laki-laki yang wajah nya basah itu.

"SARAH!!!!!" Sebelum Khafi bisa menangkap nya dan membuat baju nya ikut basah juga, Sarah berlari dengan kencang. Tidak peduli walau melewati ruang BK dan ruang TU sekalipun. Inti nya, Khafi tidak boleh menangkap nya.

Alya dan Defri sama-sama tertawa, tidak memilih mengejar. Tapi tawa kedua nya hilang saat mendengar suara benda jatuh ke lantai. Khafi kalah cepat dengan laki-laki yang baru turun dari tangga.

Revan membangunkan Sarah dari posisi tengkurap nya, hampir saja saat Revan ingin turun tangga ia akan menginjak tubuh Sarah kalau saja tidak lihat-lihat dulu.

"Kampret!" Sarah memaki ketika merasakan beberapa bagian kaki nya nyeri, terutama di lutut. Perempuan itu langsung di bantu Revan untuk berjalan, tangan kanan Sarah di paksa melingkar di pundak Revan, sedangkan tangan laki-laki itu melingkar di pinggul Sarah.

Sementara Khafi malah kebingungan untuk melakukan apa yang harus di lakukan, jadi, laki-laki itu hanya memegang pundak Sarah asal dan memberi semangat untuk berjalan yang padahal tidak berguna sama sekali. Sama seperti Khafi, Defri juga bingung harus melakukan apa. Alya sudah membantu Sarah di sisi kiri, melakukan apa yang di lakukan Revan juga.

"Ceroboh banget si!" Revan berusara, sedikit menyentak tapi kalai di teliti, ada aura khawatir di dalam suara tersebut.

"Ya maaf....."

****

Buat yang mikir "ini kenapa sarah labil banget si?" Jadi, emang sengaja aku bikin gitu wkwkw, karena sebenernya dia juga gatau dia suka sama siapa.

Terus, aku mau tanya, tokoh yang ku buat sukses ga si? Maksudnya karakter nya kuat ga? Soalnya aku merasa engga, karena ada beberapa tokoh yang melenceng dari pikiran asli aku.

Ah tapi yasudah lah ya wkwkw

EvanescetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang