24. Taman Kota

4.5K 325 3
                                    

"Apa lo liat-liat?!" Ujar Sarah garang. Sedangkan laki-laki yang di pelototi balas mendecih. "Masih untung gue tolongin!"

Revan melipat kedua tangan nya di depan dada, lalu menyenderkan tubuh nya ke tembok samping ranjang. "Bacot lo berdua, sumpah." Alya akhirnya mengeluarkan suara, menekankan handuk dingin tersebut ke lutut Sarah. "SAKIT BEGO!"

"Ya makanya diem. Orang Revan tadi udah nolongin lo, bukan nya bilang terima kasih malah di marah-marahin."

Revan memang tidak berbuat hal yang menurut nya salah tadi, tapi karena ia memarahi Sarah dengan kata-kata yang terlampau 'kasar', Sarah jadi jengkel. "Makanya kondisiin umur, kalo masih mau lari-larian di sekolah, mending balik lagi ke TK sana." Kira-kira seperti itu yang Revan katakan tadi.

Sarah baru saja ingin mengeluarkan pembelaan nya tapi Alya buru-buru menampar mulut Sarah pelan. "Udah diem ih! Lo liat tuh si Defri sama Khafi kemana? Malah ngerjain PR kan bukan bantuin? Lah ini Revan yang kebetulan lewat aja bantuin."

"Ya iyalah, emang gue siapa nya Defri sama Khafi?"

"Nah. Lo siapa nya Revan emang?" Alya kemudian diam. Mencerna kembali kata-kata spontan yang baru saja keluar dari mulut nya. Mata Alya kemudian menatap tajam Revan dan Sarah, yang langsung menggelengkan kepala. "LO BERDUA JADIAN YA?!"

"Apaan si ngasal."

"Tau lo, kalo mau ngomong mikir dulu!"

----

Terik nya matahari sore membuat hampir sebagian orang yang ada duduk di bawah pepohonan besar, tapi tidak jarang ada juga yang tidak peduli dengan matahari yang menyinari tubuh mereka. Seperti Sarah, perempuan itu tetap asik bermain ayunan berwarna hijau.

"Lo gamau makan?" Tanya Revan, tangan nya memberhentikan ayunan Sarah yang sedang berayun kencang itu.

"Biasa aja, tapi kalo lo mau beliin gue mau!"

"Yaudah, mau kue cubit ga?"

"MAU! YANG SETENGAH MATENG, VAN!" Sarah lantas mengayun kembali dengan kedua kaki nya. Ah, sudah lama sekali ia tidak bermain ayunan.

Taman kota memang tempat yang jarang Sarah kunjungi--atau mungkin hampir sebagian masyarakat karena alasan yang berbeda. Sarah si karena ia tidak pernah punya teman yang suka di ajak kesini. Apalagi Alya.

Dari penglihatan nya, ia bisa melihat Revan yang sedang berjongkok di depan tukang kue cubit. Bukan mau bantuin abang nya, tapi mengobrol dengan anak perempuan yang usia nya kira-kira baru tiga tahun. Walaupun tidak terlalu melihat jelas, Sarah yakin kalau anak kecil itu sangat menggemaskan--di tambah bando berwarna merah muda yang bertengger manis di kepala nya.

Entah kenapa, aura ke-ayahan Revan sukses membuat Sarah senyum-senyum sendiri. Tambah ganteng--menurut nya.

"Makan nya di bawah Sar." Sarah menurut, lantas ikut turun lalu duduk di kursi besi yang ada di bawah pohon besar.

"Nih minum nya." Revan memberi satu gelas plastik lengkap dengan sedotan. Sarah menerima lalu menaruh minuman itu di tengah jarak yang ada antara diri nya dan Revan.

Sarah sudah mengambil lima kue, sedangkan Revan masih diam di tempat nya--memperhatikan Sarah yang sedang makan. Revan suka setiap kali melihat pipi Sarah yang mengembung ketika perempuan itu sedang mengunyah.

"Makan." Sarah menyodorkan kue cubit yang di cetak dengan hewan buaya. Kue itu sempat menari-nari di depan mulut Revan sebelum laki-laki itu mengambil nya.

"Ya Allah enak banget!"

"Makasih orang yang udah nyiptain kue cubit!"

"I love you all!" Revan tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala nya. Ternyata membuat Sarah gampang, tinggal kasih kue cubit saja.

"Kok lo makan nya dikit banget si?!"

"Ga terlalu suka," jawab Revan, sebenarnya alasan pas nya bukan itu. Revan sengaja membuat Sarah makan lebih banyak, karena ia suka saat melihat perempuan ber-jaket merah marun itu mengunyah makanan.

Setelah di rasa ia haus, Sarah meminum apa yang Revan beli tadi. Belum sampai cairan oren itu masuk ke tenggorokan Sarah, perempuan itu langsung memuntahkan nya.

"UWEK!"

"Eh kenapa Sar?!" Revan jadi panik sendiri saat Sarah memuntahkan isi perut nya setelah meminum minuman rasa mangga yang ia belikan di tukang samping kue cubit tadi.

Revan kemudian memberikan air mineral yang tadi juga ia beli. "Lo kenapa si Sar? Tadi ada racun nya?"

"Engga, engga! Gue ga suka mangga." Revan mengerutkan kening nya, kurang mengerti kenapa kalo ga suka sampai muntah-muntah segala? "Bukan gitu, hm nyebut nya apa ya, alergi mungkin? Jadi kalo ada makanan atau minuman apapun yang berbau mangga gue makan, gue pasti muntah. Mangga buah nya juga gitu."

"Lah? Kok aneh?" Sarah mengedikan bahu tidak tahu. "Kata Mama dari bayi gue kayak gitu."

"Berarti lo ga pernah makan mangga? Kasian banget." Ujar Revan sambil tertawa, kalau bisa di bilang ia adalah penyuka berat buah mangga.

"Van, liat!" Sarah berujar antusias, menepuk-nepuk paha Revan dengan tangan kiri nya lalu telunjuk tangan kanan nya menunjuk sesuatu yang ada sekitar lima meter di hadapan nya.

Disana terdapat tukang permen kapas--atau gulali, seperti anak kecil, Sarah berlari dan membeli gulali tersebut. Ikut antre bersama anak-anak kecil tinggi nya kebanyakan hanya sepinggang Sarah.

Anak kecil banget tapi suka, pikir Revan.

Lima menit kemudian Sarah kembali dengan satu gulali berwarna pink yang ukuran nya paling besar. "Lo emang ada uang Sar? Tadi kata nya ke sekolah lupa bawa uang?"

Sarah lantas menggeleng. "Tadi Abang nya gue goyang dulu, jadi nya gratis."

"DEMI APA?!" Revan memekik keras, membuat Sarah menutup kedua telinga nya lalu tertawa. "Ya engga, goblok. Tadi gue nemu sepuluh ribu di kantong jaket. Rejeki anak sholelah banget kan?"

Revan menghembuskan nafas lega. "Sar, bahasa Inggris nya gulali apa?"

"Candy?" Sarah terlihat berpikir sebentar. "Candy crush!"

"Itu permainan, goblok."

"Huehehehe, nyerah deh nyerah." Jawab Sarah sambil terus memakan gulali nya tersebut. "Kalo bahasa Inggris nya aku cinta kamu apa, Sar?"

"I love you, lah! Masa gitu aja ga---"

"I love you too." Balas Revan.

Sarah sempat berpikir sebentar sebelum menyadari kalau laki-laki itu ternyata mengerjai nya. Tapi, semburan merah di wajah Sarah tidak dapat membohongi kalau perempuan itu malu, akhirnya Sarah menutupi wajah nya dengan gulali sambil tertawa, tentu mengatai Revan juga.

"Alah tai lo Van!"

****

Kasih aku cast Sarah dong! Atau Revan juga gapapa kalo ada yang lebih bagus dari yang kemarin aku kasih wkwk

EvanescetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang